Terima Kasih Anda Telah Mengunjungi Blog Ini

Blog ini bukan untuk tujuan komersial, bila ada gadget tambahan yang bersifat komersial itu bukan kehendak pemilik blog !

Kamis, 26 Agustus 2010

Wali Allah

Oleh
Budi Wibowo

بسم الله الرّحمان الرحيم

Bila seseorang telah berkali-kali menebak dengan benar akhir cerita berbagai macam pentas drama yang digelar,  itu bukanlah sebuah kebetulan, tetapi itu merupakan sebuah kepandaian seseorang dalam membaca di balik tabir atau rahasia-rahasia di belakangnya.    Bila seseorang pandai mengetuk hati Sang Kholik, tersingkaplah tabir sehingga tampaklah rahasia di baliknya. Itulah orang yang selalu dalam buaian Sang Kholik, bagaikan bayi dalam pelukan Ibunya.

***

Allah Maha Pengasih dan Penyayang

Meskipun hanya teriak tangisan, sang Ibu  mampu membaca bahwa bayinya menghendaki agar popok yang basah penuh kencing itu digantikan, atau  agar sang Ibu memberikan teteknya karena ia haus, atau  memberi pelukan  karena  ia merasa dingin perlu kehangatan dan kasih sayangnya. Demikian kasih sayang seorang Ibu kepada anaknya, noktah-noktah kasih sayang itu tetap membekas meskipun sang anak telah dewasa. Ungkapan seorang Ibu selalu menyejukkan, merindukan dan memberi spririt bagi sang anak meskipun sang anak telah mampu terbang sendiri dalam hidupnya.

Ibu adalah kepanjangan tangan Allah dalam menaburkan sikap kasih-sayang (rahman-rahim) pada makhluk yang bernama manusia di bumi ini. Meskipun di samping Ibu ada Bapak namun Allah telah memberikan nilai lebih pada seorang Ibu, yakni nilai 3 (tiga) pada ibu dan 1 (satu) pada Bapak. Perhatikan hadist berikut;

”Dari Abu Harirah RA berkata telah datang seorang laki-laki kepada Rasulullah SAW lalu bertanya;



يا رسول الله من أحقّ النّاس بحسن صحابتى ؟ قال أ مّك , قال ثمّ من ؟ قال ثمّ أمّك , قال ثمّ من ؟ قال ثمّ أمّك, قال ثم من ؟ قال ثمّ أبوك
“ Wahai Rasulullah siapakah orang yang paling wajib dihormati di antara orang yang bergaul denganku ? Rasul berkata :” Ibumu”, Kemudian siapa ? Rasul berkata : “kemudian Ibumu.”, Kemudian siapa ?, Rasul berkata :”Kemudian Ibumu.”, kemudian siapa ? Rasul berkata :”Kemudian Bapakmu.” (HR Bukhori)

Bila anak berlaku menyimpang bahkan masyarakatpun membenci dan mengucilkannya maka hanya ada seorang yang tidak membencinya dan bahkan membawakan makanan kepada anak yang terkucil tersebut, dialah Ibu yang dulu pernah melahirkannya. Bahkan seburuk apapun seorang Ibu tidak rela ketika anaknya di aniaya, dia segara membela  ketika anak memohon dan mengiba kepadanya. Tuhanpun melalui lisan utusannya berpesan bahwa janganlah menganiaya sesama hamba Allah , karena di antara do’a yang segera Ia penuhi  adalah do’a orang-orang yang teraniaya.

إتّقوا دعوة المظلوم : فأنّها تحمل على الغمام يقول الله و عزّتى و جلا لى لأ نصرنّك ولوبعد حين (رواه الطبرنى )

Takutlah terhadap doa orang yang teraniaya, karena sesungguhnya do’a orang yang teraniaya itu dibawa ke atas awan, lalu Allah berfirman,”Demi kemuliaan dan keagungan-Ku benar-benar Aku akan menolongmu sekalipun dalam beberapa waktu lagi.” (HR Thabrani).

Begitulah sikap seorang Ibu ia bagaikan kepanjangan tangan Allah SWT dalam menabur sifat Maha Kasih-Nya, tanpa peduli hamba itu seorang brandal atau koruptor ulung sekalipun.

Mungkin seorang Ibu memiliki lebih dari satu anak , meskipun berasal dari rahim yang sama anak memiliki sifat yang berbeda. Dalam hal yang normatif seorang ibu dianggap berlaku adil dalam bersikap kepada anak-anaknya, namun dalam keadaan tertentu akan memberikan sikap yang berbeda pada masing-masing anak.   Ibu  bijak tentu akan memberi hadiah yang lebih pada  anak-anaknya yang patuh, meskipun kelebihan hadiah itu hanya berupa perhatian dan rasa sayang.    Itulah Ibu dia menaburkan rasa sayang yang lebih dengan pilih-pilih.    Demikian juga Allah Dia mengasihi hamba-Nya tanpa pilih-pilih tetapi menyayangi hamba-Nya dengan pilih-pilih.

Begitu besar peranan Ibu hingga ada orang yang mengatakan bahwa Ibu adalah Tuhan ke dua (bukan bermaksud syirik) setelah Allah SWT, perhatikan

الجنّة تحت أقدام الأ مهات

Syurga itu berada di bawah telapak kaki Ibu (HR Imam Syuyuti )

Hadist ini berhubungan dengan nilai keridhaan ibu (3) yang lebih besar di banding dengan nilai keridhaan ayah (1).

Maka keridhaan Allah SWT adalah menurut keridhaan Ibu, mendurhakai Ibu  sepadan dengan durhaka kepada Allah SWT.

***

Wali Allah / Kekasih Allah (Orang yang Mencitai Allah)

Tidak banyak manusia (selain para Nabi) yang mendapatkan kasih sayang  lebih dari Tuhannya.   Curahan kasih yang lebih ini disebabkan  kecintaan yang mendalam ( patuh) pada-Nya sehingga AllahSWT merubah dalam hati mereka dengan hilangnya rasa khawatir dan sedih.

أَلَا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ(62)الَّذِينَ ءَامَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ(63 )

”Ingatlah sesungguhnya wali-wali (kekasih) Allah itu tidak ada rasa kekhawatiran dalam diri mereka dan tidak (pula) mereka bersedih, (yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa”. (Yunus [10] : 62-63


"إنَّ من عباد الله عبادا يغبطهم الأنبياء و الشهداء" قيل من هم يا رسول الله لعلنا نحبهم, قال : " هم قوم تحابوا بنور الله على غير أموال و أنساب" وجوههم نو ر و هم على منابر من نور لا يخافون إذا خاف الناس ولا يحزنون إذا حزن الناس" (رواه النساء و ابن حبان فى صحيحه)

“Sesungguhnya di antara hamba Allah itu terdapat hamba-hamba di mana para nabi dan suhada iri kepada mereka. Sahabat bertanya siapakah mereka ya Rasulullah agar kami (juga) mencintai mereka ? Rasul berkata:” Mereka adalah sebuah kaum yang saling mencintai dengan sebab Allah bukan karena harta dan keturunan.” Wajah mereka bercahaya dan mereka berada di atas mimbar-mimbar yang terbuat dari cahaya, tidak ada ketakutan pada saat manusia ketakutan dan mereka tidak bersedih ketika manusia merasakan kesedihan ( HR An Nasai dan Ibn Hiban dengan sanad shahih).
   Mereka itu adalah para kekasih Allah selain para nabi dan suhada.

Seperti halnya  Ibu, ketika sang anak tersayang memohon sesuatu maka segera ia memenuhinya. Demikian juga para wali Allah ketika ia berdo’a segera Allah mengabulkannya.

إنّ من عبا د الله من لو أقسم على الله لا برّه

“Sesungguhnya di antara hamba-hamba Allah terdapat seseorang yang seandainya ia berdo’a kepada Allah niscaya Dia mengabulkannya
(HR Bukhari dan Muslim).

Para wali Allah dapat ditemukan dalam komunitas umat Islam, mereka mungkin berada di tengah-tengah para pengkaji /pengamal Al Qur’an, para cendekiawan (ulama’), ahli jihad (orang yang suka mengangkat senjata di jalan Allah), mungkin juga dapat dijumpai pada kalangan pedagang, buruh maupun petani. ( Ibn Taimiyyah). Selanjutnya Ibn Taymiyyah mengatakan bahwa penampilan Wali Allah secara lahiriah tidak dapat dibedakan dari yang lain dalam komunitasnya. Menurutnya bahwa betapa banyak orang jujur yang berjaket dan betapa banyak orang zindik yang bermantel. Jadi belum tentu Wali Allah berpakaian jubah serta jidat  menghitam dan batu tasbih selalu dalam genggaman. 



***
Ahmad Abdul Latief Badr, menuliskan bahwa Wali Allah itu adalah pembantu, yang menguasai urusan dan yang dekat dengan Allah SWT. Wali –dengan tiga arti ini- menunjukkan bahwa ia adalah

1. Orang yang membantu agama Allah, yakni mengajak-ajak kepada agama Allah, memperhatikannya, menjaganya dan tidak lalai dalam menjalankan agama tersebut

2. Orang yang berbuat sesuai dengan jalan yang semestinya (ajaran-ajaran agama),  yakni bersambungnya ilmu dengan amal, tanpa dibuat-buat atau terpaksa dan riya’


3. Orang yang selalu mendekatkan diri kepada Allah dengan tha’at. yakni orang yang ikhlas niatnya, benar nuraninya, bersih hatinya dan terbebas dari hal-hal yang meragukan jiwanya.

Tiga ciri di atas menurut  Ahmad Abdul Latiif Badr, merupakan ciri “Wali” Allah, di luar itu adalah palsu.

Wali Allah bukan orang yang terbebas dari dosa (maksum) tetapi dia adalah orang yang terpelihara (terjaga) dari perbuatan dosa (maksiat),  jika ia melakukan kemaksiatan sangat menyesalinya dan segara bertobat dengan tobat yang sempurna sebagai bentuk pengakuan adanya sebuah dosa pada dirinya. (Muhammad Amin Al kurdi)

Orang-orang demikian, dalam situasi biasa maupun mendesak memiliki ”karomah”. Muhammad Amin al Kurdy menjelaskan bahwa karomah adalah perkara (kejadian) di luar kebiasaan atau kejadian luar biasa. Allah SWT telah menggambarkan kejadian luar biasa itu dalam Al Qur’an tentang kisah Siti Maryam, yang mampu mengetuk hati sang Kholik dengan menghadirkan buah-buahan musim dingin maupun musim panas. Kemudian kejadian luar biasa pernah terjadi pada seorang menteri yang bertugas sebagai sekretaris Nabi Sulaiman AS yang istiqomah menjalankan perintah agama, bernama Ashif bin Barkhiya, ketika Sulaiman AS menginginkan agar singgasan Bilqis di boyong ke wilayahnya , Ashif bin Barkhiya memohon kepada Allah agar singgasana tersebut dipindahkan secepat kerdipan mata, kemudian Allah SWT segera mengabulkannya. Kejadian lain adalah kisah Ashabul Kahfi yang diberikan kemampuan bertahan hidup selama 309 tahun tidur tanpa makan dan minum.

Wali Allah adalah orang-orang yang beriman, dengan kesempurnaan imannya itu dia mampu menyingkap rahasia-rahasia di balik tabir, sebagaimana telah digambarkan pada seorang menteri dari Nabi Sulaiman AS. Nabi berpesan takutlah terhadap firasat orang-yang beriman..

إتّقوُا فراسة المؤمن : فانّه ينظر بنور الله (رواه التمدى

“Takutlah kalian terhadap firasat orang yang beriman, karena sesungguhnya dia melihat dengan cahaya Allah.” (HR Turmudzi)

***

Jadi wali Allah itu memang ada, mereka adalah orang-orang yang istiqomah melaksanakan perintah agama sehingga Allah sangat menyayanginya. Dengan kepandaian mengetuk hati Sang Kholik menjadikan dia dapat mengungkap rahasia-rahasia yang tersembunyi di balik kalimat Allah baik kalamullah yang tertulis dalam Al Qur’an maupun kalamullah yang terjadi pada benda ciptaannya. Walllahu ‘alam bishawab.





Daftar Pustaka
 
Al Qur’an karim. Karya Toha Putra. Semarang.

Al Hasyimi, Sayid Ahmad. 1995 M/1416 H. Mukhtarul Ahadits An Nabawiyah.
(Diterjemahkan oleh Mahmud Zaini. Judul : Mukhtaru Ahadis). Pustaka Amani Jakarta. Hal. 9,129.

Ibn Taymiyyah. 2000M/1420 H. Al-Furcan Bayn al Awaliya’ ar-Rahman wa
Awliya’ asy-Syaythan. (Diterjemahkan oleh Arief B, Iskandar, S.S., Judul : Wali Allah Kriteria dan Sifat-sifatnya). PT Lentera Basritama. Jakarta. Hal. 99

Imam Suyuti, 911 H. Al Jaami’ush Shogiir. Maktab Dar Ihyaa Al Kitab
‘Arabyyah. Indonesia. Hal 145.

Kurdi, Muhamad Amin. 2006M/1427 H. Tanwierul Qulub. Al-Haramain Jaya.
Indonesia. Hal. 410, 411,412.

Latief Badr, Ahmad Abdul.____. Tanwierul-Qulub. (Dieterjemahkan oleh M Adib . .
Bisri) Pustaka Amani.. Jakarta. Hal. 11.

Muhammad, Abdullah. Ishaq Abdurahman. 2004M/1424 H. Tafsir Ibnu Katsir.
(Terjemah). Pustaka Imam Asy-Syafii. Jilid 6. Bogor. Hal. 217

Munawir, A, W. 2002. Kamus Al Munawir Arab-Indonesia Terlengkap
Pustaka Progrsiff. Surabaya.

Zainuddin, Abi Al Abas._______. Tajridush Sharih Li Ahaditsi Jami’ush Shahih.
Al-Alawiyyah. Semarang. Juz II. Hal 138.


Bdl, 25 Agt 2010.



»»  LANJUT...

Senin, 09 Agustus 2010

Istiqomah

(Renungan Bagi Para Manipulator)

by
Budi Wibowo

بسم الله الرّمان الرّحيم

Suatu saat akan terjadi masa di mana wajah-wajah yang tertawa hari ini berbalik tertunduk penuh kepayahan, mereka berada di padang yang tandus nan panas, semua usaha mereka sia-sia, mereka berebut air, air kotor bercampur nanahpun mereka minum, tenggorokan mereka kelu mengering sehingga makanan yang ditelan serasa duri yang menusuk-nusuk, tidak pernah berasa kenyang dan rasa hauspun tidak kunjung hilang.   Namun di sebarang sana ada sekelompok manusia tertawa terbahak-bahak setiap kata di antara mereka selalu membangkitkan kegembiraan. Subhanallah.*)

***

Mungkin tidak banyak manusia yang mau memperhatikan kehidupan Si Turipan.
Turipan adalah seorang anak manusia yang telah meninggalkan tanah Jawa merantau mengadu nasib di Negeri seberang. Entah bagaimana asal mulanya sehingga ia di negeri seberang ini memiliki sebidang ladang yang tidak luas dan sepetak tanah yang terpisah agak jauh dari ladangnya. Di atas sepetak tanah ini dibangunnya rumah tempat tinggal.   Kini dia hidup bersama isterinya. Meskipun usia sudah lanjut penampilannya tidak sepadan dengan umurnya dibanding kebanyakan orang pada umumnya. Ia tampak lebih muda dan gagah perkasa.

Turipan mendapat ketentuan Allah SWT sebagai orang yang tidak dapat mengenyam pendidikan. Oleh karena itu ia tidak pandai berbicara, berteori dan bahkan menjadi orang yang dianggap bodoh oleh tetangga kiri kanannya. Penisbatan ini sesuai dengan penampilan kesehariannya . Tinggi badan +/- 155 cm, kulit coklat legam, muka lusuh bergurat dan pakaian kerja compang-camping , setiap pagi berangkat ke ladang dengan membawa cangkul sabit dan perlengkapan lain. Pulang petang dengan memanggul ramban ( hijauan makanan ternak) di atas kepalanya demi seekor kambing yang dikandangkan dekat rumahnya. Sesekali tidak ke ladang hari ini karena pergi ke pasar dengan membawa hasil ladangnya, singkong, daun bambu, pada saat yang lain memasarkan daun pisang, jagung muda, buah pisang, sayur gambas, daun pepaya, umbi. Hasil ladang itu dibawanya ke pasar dengan menyeret gerobak yang ia miliki, padahal jarak tempat tinggal ke pasar sekitar 5 km. Bangun pagi sudah menjadi kebiasaan, hasil ladang itu kemudian dibawanya ke pasar subuh-subuh.

Turipan dengan segala keberadaannya telah membentuk dirinya. sebagai sosok manusia yang tidak mau merepotkan tetangganya meskipun dia tidak memiliki apa-apa, apa lagi berhutang uang pada tetangga. Pernah suatu saat petugas zakat menyampaikan zakat fitrah berupa beras dan uang kepadanya, Turipan menolaknya. Mungkin dalam benak dia berkata “Saya mampu mencari makan sendiri, tidak pantas saya menerima pemberian semacam ini, ini merupakan penghinaan.”

Sering dia menjadi bahan tertawa para tetangga manakala mereka sedang rapat RT pada saat mereka hendak mengadakan acara tertententu, ketika terjadi usulan pembentukan ketua panitia kadang ada orang yang bergurau agar si Turipan ditunjuk menjadi ketua pelaksana, kontan saja para hadirin tertawa. Turipan tidak mengetahui kalau sesekali ada gurauan semacam itu, karena dia tidak pernah diundang untuk menghadiri acara rembug tersebut. Demikian itulah nasib Turipan sebagai orang yang tidak diberi kepandaian berbicara, tidak bisa bertukang, dia hanya pandai mengayunkan cangkul, tatapan hidupnya hanya tertuju pada hasil ladang, apa yang dapat dipanen untuk menyambung hidup hari esuk.

Di hari Jum’at Turipan selalu hadir ke masjid, ikut malaksanakan sholat Jum’at. Di hari-hari biasa dia tidak pernah pergi ke masjid. Meskipun demikian saya yakin Turipan dengan keterbatasan pengatahuannya ia melaksanakan ibadah sholat.

Kisah tersebut adalah sebuah kisah nyata pada seseorang yang saya amati dengan nama yang saya samarkan. Bagi saya kehidupan beliau banyak memberikan pelajaran yang sangat berharga. Saya sering bertandang ke rumah beliau ketika malam tiba. Saya dapati dia betapa ayem (tenang) menghisap rokok klobot racikan sendiri sambil mendengarkan radio siaran gending (musik) Jawa dan siaran Wayang Kulit kegemarannya. Saya kira Turipan sangat menikmati hidup ini, lihatlah betapa dia dengan tenang dan asyik menghirup rokoknya menghembuskan asap beraroma klembak/kemenyan sambil mendengarkan siaran Wayang Kulit.

***


Allah Menjauhkan HambaNya yang Beriman dari Rasa Takut dan Bersedih.

Allah berfirman dalam Al Qur’an Surat Al Fushilat [41]:30


إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ

”Sesungguhnya orang yang mengatakan:”Tuhan kami ialah Allah”, kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka Malaikat akan turun kepada mereka seraya berseru:”Janganlah kamu merasa takut dan kamu bersedih, sebaliknya bergiranglah dengan sorga yang telah dijanjikan untukmu. (Al Fushilat [41]:30 ).

”Janganlah kamu merasa takut dan bersedih”, demikian bisikan Malaikat . Tidak terlihat perbedaan dalam diri Turipan apakah hari ini dia bersedih atau hari ini dia bergembira. Pasalnya saya tidak pernah melihat Turipan tertawa terbahak-bahak, maupun mengeluh kekurangan atas dirinya. Pernah sekali meminjam uang kepada saya untuk mengobati anaknya yang sakit, namun tidak berapa lama uang tersebut segera dikembalikan. Maka saya berkesimpulan bahwa Turipan adalah seorang yang telah mendapat bisikan malaikat atas izin Allah SWT untuk tidak merasa takut dan bersedih manghadapi hidup ini.


Istiqomah Berdampak pada Kesehatan.


إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا

”Sesungguhnya orang yang mengatakan:”Tuhan kami ialah Allah”, kemudian mereka meneguhkan pendirian (اسْتَقَامُوا).... ,bergiranglah...

Keteguhan pendirian (istiqomah) Turipan telah terbentuk , terbukti dari rutinitas dalam hidupnya. Bangun pagi pergi ke ladang pulang petang. Semata rutinitas ini telah menjadi hiburan dalam hidupnya. Dia bagaikan seekor burung keluar dari sarang pagi hari pulang petang dengan tembolok yang kenyang.

Turipan memiliki badan yang sehat karena otot-ototnya selalu exercise (terlatih bergerak) lemak-lemak dalam tubuhnya selalu terusir, badannya senantiasa segar tidak gemuk dan perut tidak buncit, memancarkan ketenangan dalam hidupnya dan menggambarkan inklusivitas pada dirinya.

Ketenangan hidup dan kesehatan itu sungguh sebuah nikmat yang luar biasa. Nikmat demikian ini menjadikan hidup sangat menggembirakan. Lihat betapa nikmat Turipan menghisap rokok klembak sembil mendengarkan siaran wayang kulit sesekali menyeruput (minum sedikit-sedikit) kopi di hadapannya. Betapa dia menikmati sebuah kenikmatan yang berasal dari ketulusan bukan kenikmatan yang dipungut dari kepalsuan.


Allah Menukar sebuah Kurbanan dengan Nilai yang Lebih Baik.

Ketika Musa AS mengikuti Khidir tiba-tiba Khidir AS membunuh seorang anak yang tidak berdosa,


فَانْطَلَقَا حَتَّى إِذَا لَقِيَا غُلَامًا فَقَتَلَهُ قَالَ أَقَتَلْتَ نَفْسًا زَكِيَّةً بِغَيْرِ نَفْسٍ لَقَدْ جِئْتَ شَيْئًا نُكْرًا

“Maka berjalanlah keduanya hingga ketika keduanya bertemu dengan seorang anak laki-laki Khidir mebunuhnya, Berkata Musa : ”Mengapa kamu membunuh jiwa yang bersih bukan karena dia membunuh orang lain ? Sesungguhnya engkau telah melakukan perbuatan yang mungkar.” (Al Kahfi [18 ] : 74)

Kemudian pada ayat berikutnya Khidir menjelaskan bahwa Allah SWT sebenarnya hendak menggantikan dengan anak yang lebih baik.   Perhatikan ayat berikut,


وَأَمَّا الْغُلَامُ فَكَانَ أَبَوَاهُ مُؤْمِنَيْنِ فَخَشِينَا أَنْ يُرْهِقَهُمَا طُغْيَانًا وَكُفْرًا(80)فَأَرَدْنَا أَنْ يُبْدِلَهُمَا رَبُّهُمَا خَيْرًا مِنْهُ زَكَاةً وَأَقْرَبَ رُحْمًا(81 )



“Dan adapun anak itu kedua orang tuanya orang yang beriman maka kami khawatir bahwa dia akan mendorong keduanya pada kesesatan dan kekafiran. Dan kami menghendaki agar Tuhan mereka kelak mengganti bagi kedua orang tuanya anak yang lebih baik kesuciannya dari anak tersebut dan lebih dalam kasih sayangnya (kepada ibu bapaknya). (Al Kahfi [18] :80-81).

Dari ayat-ayat di atas kita dapat melihat bahwa manusia tidak banyak yang dapat menyingkap hijab/tabir di balik kehendak Allah SWT, sebagaimana Musa AS bertanya-tanya kepada Khidir AS waktu itu. Dari ayat ini juga menunjukkan bahwa Allah SWT Maha Kuasa dan Maha Bijaksana di hadapan makluk di muka bumi ini. Seperti halnya apa yang terjadi pada Turipan dengan kedaannya yang sekarang menjadikan dia sebagai orang yang terhindar dari berbagai macam sifat tercela, seperti sikap sombong karena memang dia tidak memiliki jabatan atau kedudukan yang terpandang di masyarakat, sikap riya’ karena dia tidak pandai berbicara, bila hari ini dia sarapan dengan rebusan singkong tidak pernah mengatakan gorengan ikan, sikap ujub karena dia tidak memiliki harta yang dapat dibanggakan. Sikap iri dan dengkipun telah pupus/musnah pada dirinya karena telah terbiasa melihat dirinya tidak memiliki kemampuan untuk menandingi tetangganya yang memiliki rumah mewah, kendaraan atau fasilitas hidup yang lain. Turipan tidak pernah merasa lebih tinggi karena memang dia tidak mengenyam pendidikan tinggi.

Turipan tidak mengerti bagaimana membuat proposal suatu proyek, Turipan tidak tahu bagaimana cara bermain mata dengan kontraktor. Turipan tidak pernah mendapat pelajaran bagaimana me-mark up sebuah usulan proyek, apalagi memanipulasi pajak dan berbagai macam bentuk manipulasi administrasi lainnya. Turipan telah terhindar dari badai ribawi karena dia takut meminjam uang apalagi dengan uang berbunga.

Demikianlah Allah menetapkan Turipan sebagai orang yang tidak mengenyam pendidikan sehingga dia menjadi bahan tertawaan di mata masyarakat sekelilignya, namun Allah telah menukar semua itu dengan hilangnya kesempatan berbuat cela pada dirinya.

***

Mungkin suatu saat kita akan melihat Turipan tertawa terpingkal-pingkal , kemudian seorang bertanya kepadanya:”Apa yang menjadikan engkau tertawa terpingkal-pingkal?”. Turipan menjawab:”Aku geli melihat mereka. Aku tidak mengetahui sewaktu di dunia, ternyata mereka itu para manipulator. Hua.. ha…ha..ha” WaAllaahu ‘alamu bishawabi.

وصلّ الله على سيّدنامحمّدٍ وعلى آله و صحبه وسلّم

DAFTAR PUSTAKA
Al Qur’an Karim
*) Terinspirasi dari Firman Allah SWT, QS Surat Al Gosyiah.


»»  LANJUT...