Terima Kasih Anda Telah Mengunjungi Blog Ini

Blog ini bukan untuk tujuan komersial, bila ada gadget tambahan yang bersifat komersial itu bukan kehendak pemilik blog !

Minggu, 13 Maret 2011

Zuhud

By
Budi Wibowo

Setiap individu harus memiliki sikap zuhud, terlebih para pemimpin birokrasi di samping ahli dalam bidangnya sikap ini mutlak diperlukan, tanpa itu keberhasilan birokrasi sebagai jauh panggang dari api, ingat pemimpin merupakan agen-agen perubahan moral yang sangat dibutuhkan dalam pembangunan mental bangsa di negeri ini.


***

Harian Lampung Post, pada hari Kamis 10 Maret 2011, pada halaman utamanya membuat judul artikel “Akhlak Tentukan Birokrasi”. Judul ini diambil dari hasil diskusi para pejabat teras ( Para Bupati/Wali Kota, Rektor Unila, Danrem Gatam dlsb) di Prop. Lampung Disimpulkan dari hasil diskusi tersebut bahwa moralitas pemimpin sangat menentukan karakter birokrasi. Pemimpin yang berakhlak selalu berusaha memberikan pelayanan terbaik kepada warganya.



***

Bagi para birokrat yang mau mempelajari agama pernyataan demikian itu bukan merupakan hal yang baru, lebih kurang 1500 tahun yang lalu Nabi kita Muhammad SAW telah menunjukan ilmu menejemen birokrasi demikian dengan sabdanya, sbb:

لَنْ تَهْلِكَ الرّعِيَّةُ وأِنْ كاَنَتْ ظَالِمِةً مُسِيئَةً أِذاَ كَانَتِ الوُلاَةُ هاَدِيَةً مَهْدِيَّةً وَلَكِنْ
تَهْلِكُ الرَّعِيَّةُ واِنْ كَانَتْ هَا دِيَةً أِذاَ كَانَتِ الوُلاَةُ ظَالِمَةً مُسِيْئَةً
Rakyat tidak akan mengalami kehancuran sekalipun mereka sesat dan jelek, apabila keadaan pemimpin/pemerintahannya suka menunjukkan ke jalan yang benar dan suka ditunjukkan ke jalan yang benar. Akan tetapi rakyat akan hancur sekalipun mereka suka menunjukkan ke jalan yang benar dan suka diberi petunjuk , apabila keadaan pemerintahannya sesat dan jelek.” (HR Abu Nu’aim).


Permasalahannya adalah apakah setiap pemimpin itu telah berlaku zuhud ? Tanpa memiliki kezuhudan keberhasilan birokrasi sebagai jauh panggang dari api. Syarat mutlak seorang pemimpin adalah zuhuditasnya, yakni sikap hidup yang tidak tergantung (memberati) pada keduniaan, tidak mengharamkan dan menyia-nyiakan yang halal, selalu berorientasi mancari pahala dan menjauhi maksiat.

Sikap tidak tergantung (memberati) pada keduniaan ini telah tersirat dalam Al Qur’an 

قُلْ مَتَاعُ الدُّنْيَا قَلِيلٌ وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ لِمَنِ اتَّقَى ا
“Katakan Muhammad, kesenangan dunia adalah sebentar dan akhirat lebih baik bagi orang yang bertakwa. (QS An Nisa’:4 :77).

لِكَيْ لاَ  تَأْسَوْا عَلَى مَا فَاتَكُمْ وَلاَ تَفْرَحُوا بِمَا
(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu.” ( QS Al-Hadid:57 :23)

Sabda Rasul SAW ; 


إذَا رَأيْتُم الرَّجُلَ قَدْ أُوتِىَ زُهْدًا فِى الدُّنْيَا وَ مَنْطِقًا فَاقْتَرِبُوا مِنْهُ فَإِنَّهُ يُلَقَّنُ الحِكْمَةَ 
Jika di antara kamu sekalian melihat orang laki-laki yang selalu zuhud dan berbicara benar, maka dekatilah dia. Sesungguhnya dia adalah orang yang mengajarkan kebijaksanaan.” (HR Abu Khalad, Abu Nu’aim dan Baihaqi).


Nabi bersabda mengenai pengertian zuhud


اَلزَّهَادَةُ فِى الدُّنْيَا لَيْسَتْ بِتَحْرِيْمِ الحَلاَلِ وَلاَ إضَاعَةِ ألمَالِ وَلَكِنَّ اَلزَّهَادَةُ فِى الدُّنْيَا لَيْسَتْ أنْ لاَتَكُونَ بِمَا فِى يَدِكَ أوْثَقَ مِنْكَ بِمَا فِى يَدِاللهِ وَاَنْ تَكُوْنَ فِى ثَوَابِ المُصِيْبَةِ اِذَا اَفْتَ اُصِبْتَ بِهَا اَرْغََبَ مِنْكَ فِْهَا لَوْ اَنَّهَا اُبْقِيَتْ لَكَ (رواه الترمزى و ابن ماجه
(
"Zuhud di dalam dunia itu bukanlah dengan cara mengharamkan yang halal, dan bukan pula dengan menyia-nyiakan. Akan tetapi, sesungguhnya zuhud dalam urusan dunia adalah kamu tidak menggantungkan diri kepada sesuatu yang ada pada dirimu, tetapi lebih percaya dengan sesuatu yang ada di tangan Allah dan lebih senang menjadikan kesempatan memperoleh pahala dalam menjauhi maksiat dari pada maksiat itu ada padamu". (HR Turmudzi, Ibn Majah dari Abudzar).


Menurut Ibn Abas ra. orang yang zuhud adalah pribadi yang mampu meninggalkan (mengendalikan) hawa nafsu. Seorang ulama shaleh perpendapat:

طُوبَى لِمَنْ كَانَ عَقْلُهُ أمِيْراً وَ هَوَاهُ أسِيْراً
وَوَيْلٌ لِمَنْ كَانَ هَوَاهُ أمِيْراً وَعَقْلُهُ اَسِيْرًا
Bahagialah orang yang keadaan akalnya jadi raja, sedangkan nafsunya menjadi tawanan. Dan celakalah orang yang keadaan nafsunya jadi raja sedang akalnya menjadi tawanan". (Kitab Nashohul ‘ibad)

Hawa nfsu itu bukan sekedar dikendalikan tetapi hawa nafsu itu menurut Rasululllah SAW harus diarahkan kepada apa yang telah diajarkan oleh Rasul, sebagaimana

Nabi bersabda:

لا يُؤمِنُ أحَدُكُمْ حَتَى يَكُونُ هَوَاهُ تَبَعاً لِمَا جِئْتُ بِهِ

Masih belum sempurna iman seseorang di antara kalian sebelum keinginannya (nafsunya) mengikuti petunjuk yang kusampaikan (HR. Al Baghawi, Tabrizi, Ibn Abu ‘Ashim, Muttaqi Al-Hindiy, Ibnu Hajar dan Al Khatib).

Orang baru mampu mengendalikan hawa nafsu bila dia selalu melakukan ketaatan dan riyadhah (latihan/ try out)

Yahya bin Muadz Ar-Razi ra. raberkata :

جَاهَدْ نَفْسَكَ بِالطَاعَةِ وَ لرِيَاضَةِ
Perangilah nafsumu dengan ketaatan kepada Allah dan riyadhah".

Ketaatan kepada Allah
, yakni melaksanakan rukun Islam sebagai kawajiban yang telah ditetapkan, di antaranya adalah kewajiban melaksanakan sholat, zakat, puasa dan pergi haji

Riyadhah
, yakni terus menerus melakukan ibadah-ibadah sunnah, seperti gemar melakukan sholat tahajud, bicara seperlunya, tidak mudah tergoda terhadap glamor/gemerlapnya dunia dan gemar melakukan puasa sunnah. Buah riyadhah akan nampak sebagaimana terpancar pada kehidupan dan performan Rasulullah SAW, sebagai pemimpin yang harus di teladani;


1. Hidup Sederhana
,
Kehidupan demikian adalah telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW, sbb:
Suatu saat Umar r.a. datang kepada Nabi SAW, sedangkan Nabi berada di atas tikar yang membekas pada lambung beliau. Maka Umar ra. menangis sehingga Nabi bertanya: ”Apa yang menyebabkan kamu menangis hai Umar?” ( ما يُبْكِيْكَ يا عُمَرَ؟ ) Umar menjawab :” Saya ingat Kaisa Kisra dan Hercules serta harta benda yang mereka miliki, sedangkan engkau adalah utusan Allah, sementara tikar berbekas di pinggangmu.” Maka Nabi bersabda :
اُلولآئِكَ قُوْمٌ عُجِلَتْ لَهُمْ طَيِّبَاتُهُمْ فِى حَيَاتِِهِمُ الدُّنْيَا و نَحْنُ قُوْمٌ اُخِرَتْ لَنَا طَيِّبَاتُنَا فِى الآخِرَةِ 
Mereka itu kaum yang bagi mereka disegerakan keenakan—keenakan mereka di kehidupan dunia, sedangkan kami adalah kaum yang diakhirkan, bagi kami keenakan-keenakan kami di akhirat.” (HR Abu Laits)


2. Wajah yang Selalu Bercahaya (ceria)

Ada dua kegembiraan, yakni kegembiraan karena diperolehnya dunia ini merupakan kegembiraan yang menipu, dan kegembiraan karena kedekatan kepada Allah SWT karena merasakan manisnya iman, inilah sebenarnya kegembiraan sejati.

Rasulullah selalu melakukan latihan penaklukkan hawa nafsu, salah satunya adalah melakukan sholat malam (qiyamu lail). Orang yang salalu melakukan sholat malam pagi harinya tampak segar dengan jiwa yang baik, tetapi jika tidak melakuka n hal tersebut, niscaya jiwanya menjadi keji dan juga malas. Demikian seperti sabada Rasul SAW , berikut:

فأصْبَحُ نَشِيْطاً طَيِّبَ النَفْسِ و إلاّ أصْبَحُ خَبِيْثَ النَفْسِ كَسْلَانِ
Maka (orang tersebut) pada pagi hainya tampak segar, tetapi apabila tidak melakukan (sholat malam) niscaya jiwanya menjadi keji dan malas” (HR Bukhori dan Muslim)

3. Berbadan Ideal,Llembut dan Sabar, tetapi Gerakan Cepat

Rasulullah selalu melakukan latihan penklukan hawa nafsu yang dengan melkukan puasa-puasa sunah. Puasa inilah sebenarnya yang membentuk karakter beliau menjadi penyabar.

Ingat sabda beliau: Puasa itu separuhnya adalah sabar. ( الصوم نصف الصبر ), efek dari puasa selain sabar adalah badan sehat dan timbunan lemak tubuh sedikit, sehingga Rasusullah memiliki badan ideal dan pergerakannya cepat.

Demikianlah keteladanan yang harus diambil dari Rasulullah SAW sehingga seorang pemimpin birokrat dapat berhasil memimpin rakyatnya. Sebenarnya keteladanan ini bukan saja melulu pada mereka yang memilki kedudukan jabatan dalam birokrasi, tetapi berlaku pada setiap individu. Rasul bersabda bahwa

ألآ كُلُّكُمْ  رَاعٍ  وَ كُلُّكُمْ مَسْئُلٌ عَنْ رَعِيَّتِه 
Ingatlah kamu semua adalah pemimpin dan kamu semua akan bertanggung jawab terhadap apa yang kamu pimpin”. (HR Bukhori :1084)

Oleh karena itu ke depan marilah kita pilih pemimpin-pemin yang memiliki zuhuditas tinggi di samping memiliki ahli dalam bidangnya
.

وصلّ الله على سيّدنامحمّدٍ وعلى آله و صحبه وسلّم

Demikian sekapur sirih ini semoga bermanfaat bagi diri saya dan jama’ah sekalian;
Amiin. Wa Allaahu a’lamu bishshowab

______________________________
Disampaikan Penulis dalam Kutbah Jum’at di salah satu masjid di Bandar Lampung, tgl 11 Maret 2011.


DAFTAR  PUSTAKA

Al Qur’an Karim
Al- Qusyairi._____. Ar-Risalatul Qusyairiyah Fi’Ilmit Tashawwuf. Darul Khair. Penyadur
         Umar Faruq. 2002. Judul Risalah Qusyairiyah Sumber Kajian Ilmu Tasawuf
         Pustaka Amani. Jakarta. Hal 153.
Imam Gozali.____. Mukasyafatul Qulub. Al Haramain. Indonesia. Hal 13-15
Imam Gozali.____. Ihyaau “Ulumud Diin. Darul Kitab. Jilid I. Beirut. Hal. 219-332
Ibn Qoyim Al-Juziah._____.Raudhatul Muhibbiin Wanuzhatul Musytaaqiin Diterjemah:
         Zubaidi, B,A,I.  2006. Taman Jatuh Cinta dan Rekreasi Orang-Orang Dimabuk
         Rindu. Irsyad Baitus Salam. Bandung. Hal : 912.
Imam Suyuti. _______. Al Jaamingush Shogir. Juz II. Maktab Dar Ihya Alkitab
         Arabiyah. Indonesia. Hal. 8,13,95
Nawawi bin Umar, Muhammad.______. Nashaihul ’Ibad. Maktab Dar Ihya
         Arabiyah. Indonesia. Hal. 40,48.
Nashr, Al Faqih.______.Tanbiihul Ghafilin. Diterjemah : Sunarto,A. 1995. Balai Buku.
          Surabaya. Juz I. Hal. 434.
.
Bdl, 11 Maret 2011


»»  LANJUT...