Terima Kasih Anda Telah Mengunjungi Blog Ini

Blog ini bukan untuk tujuan komersial, bila ada gadget tambahan yang bersifat komersial itu bukan kehendak pemilik blog !

Jumat, 08 Desember 2017

Merawat Kebahagiaan

Merawat Kebahagiaan

by
Budi Wibowo

بسم الله الرّحمام الرّحيم

Bila engkau telah melihat sebuah istana megah yang tak tertandingi, sedang pemiliknya yang ramah dan lembut  memanggil-manggilmu, tentu kegembiraan yang engkau rasakan,  sambutlah segara panggilan itu,  biarkan anjing menggonggong di pintu gerbangnya,  lemparkan sepotong roti dari balik jubahmu, niscaya mereka akan berhenti menyalak.  Engkau akan bahagia bersanding tuan rumah sebab saling merindu
***
Bila kita berada di tengah padang pasir atau di jalan aspal yang sepi  terlihat nun jauh di sana seperti  ada oase ( genangan air), bahkan bangunan gedung-gedung kadang terlihat di sana.  Padahal jika kita kejar  untuk menjemput  tempat  tersebut tidak akan  pernah kita dapatkan.  Fenomena inilah yang kita sebut fatamorgana, adalah tipuan mata yang membentuk ilusi keberadaan air atau gedung-gedung yang diharapkan.     Allah SWt menerangkan bahwa kehidupan dunia itu hanyalah kesenangan yang memperdaya (QS 57: 20).   Fatamorgana adalah salah satu contoh nyata dari firman tersebut.

Rasa bahagia menjadi  tujuan semua hamba Allah di jagat raya ini, banyak ditempuh dengan cara mengumpulkan harta, jabatan dan sebagainya.   Padahal rasa bahagia  tidak dapat diukur dengan keberadaan harta, jabatan, gelar, kecantikan atau ketampanan dan sabaginya yang dimiliki seseorang.   Lantas mengapa setiap hamba mencari kebahagiaan kalau memang itu hanya memperdayai manusia?  Sangat aneh dan unik bukan ?   Seperti  halnya dengan fenomena fatamorgana,  orang yang tidak memahami hakekat kebahagiaan akan terjebak sebagaimana  halnya  pengejar bayangan air dalam fenomena fatamorgana.   Jadi bahagia itu pada hakekatnya adalah rasa nikmat yang merasuk ke dalam jiwa manusia sebab sesuatu yang terengkuh ke dalamnya,  bersifat mudah lepas bergantung bagaimana manusia itu merawatnya.

Manusia selalu menginginkan  hidup  bahagia terus menerus hingga ajal menjemput.   Artinya bila bola bahagia itu sudah terengkuh jangan sampai  bola tersebut  terlepas dari dekapannya.   Sebenarnya keinginan Allah SWt juga demikian  adanya pada manusia, bedanya Allah berkedudukan sebagai penguji sedang manusia hanyalah sebagai obyek yang tidak memiliki kemampuan balik untuk menguji-Nya.  Inilah yang membedakan manusia dengan Tuhannya dan kesadaran seperti inilah yang harus menjadi pegangan yang benar-benar selalu disadari  manusia.   Untuk mempertahankan bola kebahagiaan itu  Allah SWt mengajari  hamba-Nya melalui beberapa firman, di  antaranya seperti berikut;

-          Selalu mempelajari firman-firman-Nya (ayat-ayat qauliyah) dan memperhatikan peristiwa yang terjadi di hadapannya (ayat-ayat kauniyah).

وَلَقَدْ صَرَّفْنَا لِلنَّاسِ فِي هَذَا الْقُرْءَانِ مِنْ كُلِّ مَثَلٍ فَأَبَى أَكْثَرُ النَّاسِ إِلَّا كُفُورًا

Dan sungguh Kami telah menjelaskan berulang-ulang kepada manusia dalam Al Qur’an ini dengan perumpamaan,  tetapi kebanyakan manusia tidak menyukai nya bahkan mengingkari(nya).” (QS Al Isra [17]:89).

Di balik ayat di atas terdapat makna bahwa untuk memelihara rasa bahagia itu manusia agar selalu mengingat (dzikir) Tuhannya dalam artian selalu menyebut, mempelajari dan mengingat pesan-pesan Tuhan-Nya.

أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

“Ingatlah hanya dengan mengingat Allah hati menjadi teenang.”(QS Ar’ad[13]:28)

-          Selalu berdiri di jalan-Nya (Istiqomah).

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا
بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ(30)نَحْنُ أَوْلِيَاؤُكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ

“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan :”Tuhan Kami ialah Allah”, kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka , maka malaikat akan turun kepada mereka  (dengan mengatakan): “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih dan bergembiralah kamu dengan memeperoleh surga  yang telah dijanjikan Allah SWt kepadamu,.  Kamilah pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat.”(QS Al Fushilat [41];30-31).

وَأَنْ لَوِ اسْتَقَامُوا عَلَى الطَّرِيقَةِ لَأَسْقَيْنَاهُمْ مَاءً

Dan bahwasanya bahwasanya jikalau mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu  (agama Islam) benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar (rezeki yang banyak).”(QS Al Jin [72]:16).

Air yang segar dapat diartikan sebagai kegembiraan atau kebahagiaan  berupa rezeki yang banyak.

-          Selalu mensyukuri atas apa yang diterimanya.

لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

Sesungguhnya jika kamu bersyukur , pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari  (nikmat-Ku), maka sesungguhnya Adzab-Ku sangat pedih.”(QS Ibrahim [14]:7).

Nikmat bisa berarti kegembiraan atau kebahagiaan. Syukur dalam arti luas berarti mengungkapkan perasaan puas dalam hati dan lesan serta dalam bentuk tindakan yakni merasa ringan dalam melaksanakan perintah dan  larangan-Nya atas nikmat yang diterimanya sekalipun sedikit.

-          Tidak putus asa  mencari rezeki dunia, bukan hanya duduk di tempat peribadatan.

وَابْتَغِ فِيمَا ءَاتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan ) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan kebahagiaanmu dari (kenikmatan)  duniawi.”(QS  Al Qashas [28]:77)

-           Selalu bersikap qona’ah
القَنَاعَةُ مَالُ لاَ يَنْفَدُ

“Qona’ah adalah harta yang tidak akan hilang.” (HR Imam Suyuti dari Anas r.a salam kitab Jami’us Shagir).

Qona’ah adalah sikap yang mengedepankan bahwa apa yang diperoleh sedikit atau banyak adalah pilihan Allah SWt yang terbaik.  Dengan demikian hamba selalu memelihara prasangka baik kepada Tuhannya.

Demikian menyikapi kehidupan di bumi ini.  Semoga bermanfaat bagi diri penulis dan pembaca sekalian.  Aamiin.
وصلّ الله على سيّدنامحمّدٍ وعلى آله و صحبه وسلّم
Wallahu ‘alamu bishawab.   
***
Bila engkau telah melihat sebuah istana megah yang tak tertandingi, sedang pemiliknya   selalu memanggil-manggilmu, tentu kegembiraan yang engkau rasakan,  sambutlah segara panggilan itu,  biarkan anjing menggonggong di pintu gerbangnya,  lemparkan sepotong roti dari balik jubahmu, niscaya mereka akan berhenti menyalak.  Engkau akan bahagia bersanding tuan rumah sebab saling merindu.

Bdl, Des. 2017
Rabiul Awal 1439 H

Al Faqir
BW
»»  LANJUT...

Selasa, 28 November 2017

Orang Berilmu


by
Budi Wibowo

بسم الله الرّحمام الرّحيم

Segala fenomena di alam ini sebenarnya wujud dari kalam (kalimat) Ilahi.  Hanya orang-orang tertentu sajalah yang mampu  melihat , menggali dan menangkap kalimat-kalimat tersebut dalam kehidupannya.   وَمَا يَعْقِلُهَا إِلَّا الْعَالِمُونَ    “Dan tidak ada yang mengetahuinya  (perumpamaan-perumpamaan yang dibuat Allah) melainkan orang-orang yang berilmu .” (QS Al Al ‘Ankabut [29]:43).)    Dalam Al Qur’an Allah SWt telah banyak mengisyaratkan kalam-kalam tersebut,  salah satunya adalah sbb;

مَا تَرَى فِي خَلْقِ الرَّحْمَنِ مِنْ تَفَاوُتٍ فَارْجِعِ الْبَصَرَ هَلْ تَرَى مِنْ 
فُطُورٍ(3)ثُمَّ ارْجِعِ الْبَصَرَ

كَرَّتَيْنِ يَنْقَلِبْ إِلَيْكَ الْبَصَرُ خَاسِئًا وَهُوَ حَسِيرٌ(4)

Tidak akan kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang pada ciptaan Tuhan Yang maha Pengasih.  Maka lihatlah sekali lagi, adakah kamu lihat sesuatu yang cacat ?  Kemudian ulangi pandanganmu sekali lagi , niscaya pandanganmu akan kembali lagi kepadamu tanpa menemukan cacat dan ia dalam keadaan letih”. (QS Al Mulk [67]:3-4).

Firman tersebut menyuratkan bahwa segala sesuatu yang terhampar di jagat raya ini  menggambarkan fenomena sebab dan akibat, oleh karena itu Allah SWt berfirman  “Tidak akan kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang”,  kemudian Dia menantang manusia agar menggali dan mencari adakah cacat dalam ciptaan-Nya itu?   Sampai kapanpun manusia tidak akan bisa menyangkal fenomena tersebut.   Ini tergambar dari firman Allah SWt berkutnya, “Kemudian ulangi lagi pandanganmu sekali lagi, niscaya pandanganmu akan kembali lagi kepadamu tanpa menemukan cacat dan ia dalam keadaan letih.” 

Manusia hanya mampu memilah-milah fenomena tersebut ke dalam berbagai disiplin Ilmu.   Kaidah-kaidah yang tercipta dalam setiap disipin ilmu itulah sebenarnya sebagian dari kalam-kalam Ilahi.
Kalam itu  ibarat  samudra dan apa yang telah ditangkap manusia hanyalah sebanyak air celupan yang terkumpul di ujung jarum.  Allah SWt berfirman dalam Al Kahfi 109;

قُلْ لَوْ كَانَ الْبَحْرُ مِدَادًا لِكَلِمَاتِ رَبِّي لَنَفِدَ الْبَحْرُ قَبْلَ أَنْ تَنْفَدَ كَلِمَاتُ رَبِّي

Katakanlah : ”Kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis ) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku.” (QS Al Kahf [19]:109).

Sangat beruntung hamba yang mampu menangkap isyarat demikian, mereka itulah sebenarnya orang  berilmu,  orang yang mendapat anugerah yang banyak dari Tuhannya.

يُؤْتِي الْحِكْمَةَ مَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ أُوتِيَ خَيْرًا كَثِيرًا وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّا أُولُو الْأَلْبَابِ

“Allah menganugerahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang  Al Qur’an dan As Sunnah) kepada siapa yang Dia kehendaki.  Dan barang siapa yang dianugerahi Al Hikmah itu, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak.  Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah) .“(QS Al Baqarah [2]:269).

Jalallain menerangkan arti hikmah dalam ayat di atas sebagai ilmu yang berguna yang dapat mendorong manusia untuk bekerja dan berkarya.  Jadi orang  berilmu  adalah orang yang mendapat anugerah besar dari Allah SWt berupa pemahaman yang mendalam  tentang Al Qur’an dan As Sunnah serta fenomena sebab akibat yang diciptakan-Nya di jagat raya ini ,  menyadari  akan  ketentuan yang  dialaminya dan   dipastikan dia semakin takut pada Tuhannya, takut akan siksa dan  kehilangan kasih sayang-Nya.
  
إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ

Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama .’(QS Al Fathir [35]:28).

Jadi bukanlah golongan orang berilmu orang yang tidak memiliki kefahaman Al-Qur’an dan As Sunnah dan jika semakin bertambah pengetahuan tidak menambah takut akan Tuhannya.  WAllahu  ‘alamu bishawab.

***
Semoga tulisan ini dapat menjadi  pendorong pembaca sekalian untuk meningkatkan kemampuan diri  dalam memahami  Al Qur’an dan As Sunnah serta profesi yang digelutinnya.  Aamiin Ya Robbal ‘alamin.
وصلّ الله على سيّدنامحمّدٍ وعلى آله و صحبه وسلّم

Bdl, Nop ‘17/Robiul Awal 1439 H

       Al Faqir
       BW

»»  LANJUT...

Rabu, 27 September 2017

Rahmat Allah itu Mendahului Murkanya



Rahmat Allah itu Mendahului Murkanya

By
Budi Wibowo

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ


Dalam hadist qudtsi disebutkan:
اِنَّ رَحْمَتِيْ تَغْلِبُ غَضَبِيْ

Sesungguhnya rahmat-Ku (kecintaan-Ku) mendahului murka-Ku”. (HR Bukhari).

Makna firman tersebut dapat kita jelaskan dengan gambaran seperti berikut;
Bahwa, perjalan hidup manusia mulai dari dalam rahim hingga lahir ke dunia hingga dewasa (akhil baligh) belum mendapat pembebanan.  Perbuatan salah dalam masa itu belum dicatat sebagai dosa, sebaliknya perbuatan baik yang dilakukannya merupakan  bonus pahala untuk orang tuanya.   Oleh karena itu dalam masa demikian peran orang tua sangat penting.

رُفِعَ الْقَلَمُ عَنِ ثَلَاثَةٍ : عَنِ النّائِمِ حَتَّى يَسْتَيْقَظَ وَ عَنِ الْمَبْتَلِى حَتَّى يَبْرَأوْ 

وَ عَنِ الصَّبِى حَتَّى يَكْبِرَ                     

”Pena diangkat dari tiga orang ;  orang yang tidur sampai dia bangun, orang yang sakit hingga dia sembuh dan anak kecil hingga dewasa.” (HR Tarmidzi).

كُلُّ مَوْلَدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ حَتَّى يُعْرِبَ عَنْهُ لِسَانُهُ فَأبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ

أَوْ يُمَجِّسَانِهِ

Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci, hingga lisannya dapat mengungkapkan kehendak dirinya, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya sebagai Yahudi, Nasrani atau Majusi.” (HR Al Aswad Ibnu Surai).

Selanjutnya setelah memasuki masa akhil baligh (dewasa) mulailah dia menerima pembebanan.  Mulai saat inilah jika seseorang melakukan perbuatan yang tidak sesuai perintah-Nya akan mendapat sangsi.  Sangsi ini bisa terjadi saat di dunia saja atau di akhirat dan keduanya.  

Orang yang mencuri  kemungkinan akan tertangkap dan dihukum atau  tidak tertangkap sehingga luput dari hukuman, tetapi di akhirat kelak  dia mendapat hukuman  atas perbuatannya.  Sangsi di dunia kemungkinan akan menjadikannya  jera dan bagi mereka yang lolos akan mendapat sangsi di akhirat kelak. 

Dari fenomena ini dapat ditarik benang merah bahwa saat manusia mendapat sangsi di dunia kemudian dia bertobat, mengandung makna  bahwa sebenarnya dia mendapat pertolongan-Nya, sedangkan mereka yang tidak ketahuan akan mendapat murka-Nya di akhirat kelak kecuali telah bertobat dan masih mendapat kesempatan untuk beramal bijak.


KESIMPULAN :

  1. Pelaku  pelanggaran pada hakekatnya adalah orang yang tidak mensyukuri atas pemberian-Nya. 
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

Artinya : Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan : “Sesungguhnya jika kamu bersyukur , pasti Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (QS Ibrahim [14]:7).

  1. Pelurusan kembali  dari jalan yang salah pada  manusia baik melalui jalan sangsi maupun kesadaran manusia itu sendiri sebenarnya merupakan pertolongan Allah SWt sebab kecintaan-Nya.

اِنَّ رَحْمَتِيْ تَغْلِبُ غَضَبِيْ

  “ Sesungguhnya kecintaan-Ku (pertolongan-Ku) mendahului murka-Ku.


  1. Pertolongan itu bisa jadi berupa sesuatu yang disukai dan bisa jadi berupa sesuatu yang tidak disukai.  Sesuatu yang tidak disukai dirasakan sebagai kemurkaan atau siksaan-Nya bagi hamba yang tidak kunjung sadar akan kecintaan-Nya.  Dengan demikian jelas bahwa pada hakekatnya Tuhan tidak pernah murka terhadap hamba-Nya.   
Firman Allah SWt :

إنْ أَحْسَنْتُمْ لِأَنْفُسَكُمْ وَ إِنْ أسأْتُمْ فَلَهَا

"Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat. maka (kerugian kejahatan) itu untuk dirimu sendiri." (QS Al-Israa'[17]:7)


  1. Pada hakekatnya kemurkaan Allah SWt itu adalah adzab yang ditimpakan di akhirat kelak  dengan menempatkan ke dalam neraka selama-lamanya terhadap hamba-hamba  penyekutu Allah SWT dan kaum kafir Ahli Kitab.  

إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا أُولَئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ

Sungguh, orang kafir dari golongan Ahli Kitab dan orang-orang musyrik akan (masuk)  ke neraka Jahanam; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya.  Mereka itu adalah sejahat-jahat makhluk.” (QS Al Bayyinah [98]:6).

Demikian tulisan pendek ini semoga bermanfaat bagi penulis dan pembaca sekalian.  Amiin.

وصلّ الله على سيّدنامحمّدٍ وعلى آله و صحبه وسلّم
  Wallahu ‘alamu bishawab.   
Sept. 2017 /Muharam 1439 H
»»  LANJUT...

Kamis, 21 September 2017

Pertolongan Allah itu Dekat

by
Budi Wibowo

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Pertolongan Allah itu dekat.  Seberapa dekat pertolongan itu ?  Kedekatan pertolongan itu bergantung pada:

  1. Jauh dekatnya hubungan seorang hamba terhadap Robnya
Terpenuhinya permohonan itu setelah terkabulnya permintaan.      Bila seseorang telah melaksanakan apa yang telah diperintahkan dan mengamalkan banyak hal yang wajib dan yang bersifat anjuran selain syurga sebagai imbalannya  juga dalam bentuk pertolongan-pertolongan.    Pertolongan itu bisa jadi melalui perantara ketika si hamba  berusaha mencapai tujuan, bisa jadi  tanpa melakukan usaha.   Pertolongan itu dapat berupa sesuatu yang disukai dan kemungkinan bisa berupa sesuatu yang tidak disukai si hamba. 
Firman Allah SWt dalam Surat Al Baqarah 186:

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي

وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُون

Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka  jawablah bahwasanya Aku adalah dekat.  Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu dalam kebenaran. (QS Albaqarah [2]: 186).

Dalam ayat tersebut diterangkan bahwa bukti kedekatan itu ditandai dengan si hamba  melaksanakan perintah-Nya dan beriman kepada-Nya  berkesinambungan, sehingga hamba selalu dalam kebenaran.


  1. Restu Allah SWt.
Restu Allah SWt sangat menentukan tercapainya tujuan yang menjadi keinginan hamba,  meskipun bentuk pertolongan itu melalui  jalan yang  tidak disukai.  Sebaliknya sesuatu yang tidak mendapat restu dari-Nya tidak akan mendapat pertolongan-Nya, karena : 

  1. Si  hamba menduakan-Nya.   
لَهُ دَعْوَةُ الْحَقِّ وَالَّذِينَ يَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ لَا يَسْتَجِيبُونَ لَهُمْ بِشَيْءٍ إِلَّا كَبَاسِطِ

 كَفَّيْهِ إِلَى
 الْمَاءِ لِيَبْلُغَ فَاهُ وَمَا هُوَ بِبَالِغِهِ وَمَا دُعَاءُ الْكَافِرِينَ إِلَّا فِي ضَلَالٍ

Hanya bagi Allahlah (hak mengabulkan ) doa yang benar. Dan berhala-berhala yang mereka sembah selain Allah tidak dapat memperkenalkan sesuatupun bagi mereka, melainkan seperti orang yang membukakan telapak tangannya ke dalam air supaya air sampai ke mulutnya, padahal air itu tidak dapat sampai ke mulutnya.  Dan doa (ibadat) orang-orang kafir itu hanyalah sia-sia. (QS Ar Ra’d [13]:14).

Manusia sering terjebak pada fenomena ini, sebab banyak orang-orang yang hidup dalam kemusyrikan sukses secara materiil  kehidupan dunianya dan terlihat tentram,  seakan mereka mendapat restu dari Allah SWt.  Bagaimana jawaban Allah Swt dengan fenomena demikan?  Mengapa Tuhan tidak murka pada mereka?  Inilah jawaban Allah SWt.:

-        Mereka  menguasai sunatullah (ketentuan Allah Swt) dalam kehidupan dunia, tetapi tidak menguasai ilmu akhirat, sebagaimana telah populer  di kalangan para ulama ungkapan berikut;


مَنْ أَرَادَ الدُّ نْيَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ وَمَنْ أَرَادَ الآخِرَةَ َفَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ 
وَمَنْ أَرَادَ  هُمَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ


“Barang siapa menghendaki kehidupan dunia maka wajib baginya memiliki ilmu, dan barang siapa menghendaki kehidupan akhirat, maka wajib baginya memiliki ilmu dan barang siapa menghendaki keduanya wajib baginya memiliki ilmu."

-       Mereka mengira Allah SWt tidak mengetahui  segala aktivitas mereka.

وَلَا تَحْسَبَنَّ اللَّهَ غَافِلًا عَمَّا يَعْمَلُ الظَّالِمُونَ إِنَّمَا يُؤَخِّرُهُمْ لِيَوْمٍ تَشْخَصُ فِيهِ الْأَبْصَارُ

“Dan jangan sekali-kali kamu (Muhammad) menyangka  Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim.  Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka pada hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak.” (QS Ibrahim[14]:42).

-       Allah SWt sengaja memberi tangguh  pada mereka agar kembali ke jalan yang benar:

إِنَّهُمْ يَكِيدُونَ كَيْدًا وَأَكِيدُ كَيْدً    فَمَهِّلِ الْكَافِرِينَ أَمْهِلْهُمْ رُوَيْدًا

Sesungguhnya mereka merencanakan tipu daya yang jahat , dan Akupun membuat rencana yang jitu.  Karena itu berilah penangguhan kepada orang-orang kafir.  Berilah mereka kesempatan untuk sementara waktu”. (QS Ath-Thoriq [86]:15-17]

-       Allah SWt menampakan kemurkaan-Nya di hari pengadilan nanti.

إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا أُولَئِكَ 

هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ

Sungguh, orang kafir dari golongan Ahli Kitab dan orang-orang musyrik akan (masuk)  ke neraka Jahanam; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya.  Mereka itu adalah sejahat-jahat makhluk.” (QS Al Bayyinah [98]:6).

Jadi sesuatu yang buruk jelas tidak mendapat restu dari Allah.  Ketidak restuan-Nya itu ditunjukkah  di hari perhitungan nanti.

  1. Allah mengganti yang lebih baik.
 Allah SWt  menganggap permintaan baik  hamba  yang bersangkutan tidak lebih baik dari apa yang diberikan-Nya. Oleh sebab itu ada do’a yang tidak dikabulkan atau tidak mendapat restu Allah Swt.

وَعَسَى أَن تَكْرَهُواْ شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ

وَعَسَى أَن تُحِبُّواْ شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ وَاللّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لاَ تَعْلَمُونَ

Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal dia amat baik bagimu dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu padahal dia amat buruk bagimu.   Allah SWt mengetahui sedang kamu tidak mengetahui (QS Al Baqarah [2]:216). 

Jadi ada sesuatu yang baik tapi tidak mendapat restu dari-Nya.   Sesuatu yang buruk  tidak akan mendapat restu, tetapi dengan cara-Nya sendiri  Allah SWt menunjukkan  ketidakrestuan-Nya itu     Kecintaan-Nya terhadap hamba tetap mendahului ketidakrestuan-Nya. 


***
Diterimanya ketentuan ini bergantung pada prasangka hamba yang bersangkutan terhadap Allah SWt,  tidak mungkin Allah SWt akan menganiaya hamba-Nya sementara si hamba telah mematuhi perintah-perintah-Nya.   Maka wajib bagi hamba untuk memelihara prasangka baik tersebut terhadap-Nya dan berserah diri (tawakal) pada-Nya  Allah berfirman dalam hadist qudtsi:

 أَناَ عٍنْدَ ظَنِّ عَبْدِى بىِ وَأنَا مَعَهُ حَيْنَ يَذْكُرُنِى

“Aku menurut prasangka hamba-Ku terhadap-Ku, dan Aku bersama dengannya ketika ia ingat kepada-Ku (HR Syaikhani dan Turmudzi)
dan Allah SWt berfirman,

وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ

Dan barang siapa yang bertawakal (berserah diri) kepada Allah niscaya  Allah akan mencukupkan  kepentingannya. (QS Ath Thalaaq [65] :3)

Sikap tawakal inilah  pembangkit energi yang kuat dalam menghadapi tantangan  kehidupan di tengah masyarakat, sebagaimana Rasul bersabda.

مَنْ سَرَّهُ أنْ يَكُوْنَ أَقْوَى النَّاسِ فَلْيَتَوَكَّلْ عَلَى اللهِ

“Barang siapa ingin dirinya menjadi orang yang paling kuat, hendaknya ia bertawakal kepada Allah” (HR Thobroni, Abu Ya’la, Al Hakim dan lainnya  ).

Demikian tulisan pendek ini semoga bermanfaat bagi penulis dan pembaca sekalian.  Amiin.

وصلّ الله على سيّدنامحمّدٍ وعلى آله و صحبه وسلّم

Wallahu ‘alamu bishawab.   

Bdl, Sept. 2017
Dzulhijah 1438 H
»»  LANJUT...