Terima Kasih Anda Telah Mengunjungi Blog Ini

Blog ini bukan untuk tujuan komersial, bila ada gadget tambahan yang bersifat komersial itu bukan kehendak pemilik blog !

Minggu, 20 Agustus 2017

TITIAN KE SYURGA


by
Budi Wibowo
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ


Ada tindakan terpaksa tetapi baik hasilnya.  Terpaksa merupakan fenomena yang terjadi dalam diri seseorang ketika hendak melakukan sesuatu tetapi hatinya tidak sejalan ketika itu atau dengan kata lain tidak ikhlas atau tidak ridho.  Timbulnya rasa terpaksa ini karena saat itu dalam diri orang tersebut sedang terjadi pergulatan hebat melawan sekutu dalam diri yang bersangkutan yaitu hawa nafsu. 

"Paksalah !" demikian ungkapan Allah Swt yg tidak boleh ditawar lagi agar si hamba mendirikan sholat dan menunaikan zakat (sedekah yg besifat wajib).
"Dirikanlah sholat dan tunaikan zakat (Al Baqarah:110).
Ketika Anda selalu paksakan diri melaksanakan perintah tersebut lama kelamaan menjadi kebiasaan, maka ketika telah terbiasa menjadi terasa ringan dan tidak terbebani lagi melaksanakannya. Ketika Anda merasa tidak terbebani lagi melaksanakan perintah-Nya, saat itulah Anda telah mencapai pada keridhoan Allah SWt dan itulah yg diharapkan Allah Swt. Kini dapat kita rasakan bahwa keridhoan (keiklasan) itu kadang melalui tangga ketidakikhlasan atau keterpaksaan.
Nabi bersabda:

لا يُؤمِنُ أحَدُكُمْ حَتَى يَكُونُ هَوَاهُ تَبَعاً لِمَا جِئْتُ بِه

“Masih belum sempurna iman seseorang di antara kalian sebelum keinginannya (hawa nafsunya) mengikuti petunjuk yang kusampaikan (HR. Al Baghawi, Tabrizi, Ibn Abu ‘Ashim, Muttaqi Al-Hindiy, Ibnu Hajar dan Al Khatib).
Jadi tugas kita sebenarnya adalah mengalahkan atau mengendalikan sekutu yang ada dalam diri (hawa nafsu) dengan gigih. Ketika seseorang telah mampu menaklukannya, maka pantaslah hamba tersebut mendapat titian menuju syurga, dia termasuk ke dalam golongan orang-orang yang sempurna imannya. Semoga saudaraku semua termasuk di dalamnya. Aamiin YRA.

Medio, 8 Agt '17
Al Faqir
BW
»»  LANJUT...

PEMABUK BUMI DATAR


بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Saudara-saudaraku tingkah laku penghuni neraka kelak sebenarnya telah dicontohkan di bumi datar ini.  Mari kita perhatikan firman berikut:


الَّذِينَ يَأْكُلُونَ الرِّبَا لَا يَقُومُونَ إِلَّا كَمَا يَقُومُ الَّذِي يَتَخَبَّطُهُ الشَّيْطَانُ مِنَ الْمَسِّ

“Orang-orang yang makan (mengambil) riba, tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran (tekanan) penyakit gila (QS Albaqarah : 275).
Mereka seperti orang yg mabuk (logikanya lebih dikuasai nafsu), dalam wujud bisa jadi dia adalah orang yg pandai berlogika. Meski mereka melaksanakan sholat.(QS Al Maa’uun [107]:4-7).
Dia tdk bisa membedakan antara yg haram dan halal, padahal sangat terang benderang bagi hamba yg sholeh.

Rasulullah SAW bersabda,

إِنَّ الْحَلاَلَ بَيِّنٌ وَإِنَّ الْحَرَامَ بَيِّنٌ وَبَيْنَهُمَا مُشْتَبِهَاتٌ لاَ يَعْلَمُهُنَّ كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ فَمَنِ اتَّقَى 


الشُّبُهَاتِ اسْتَبْرَأَ لِدِينِهِ وَعِرْضِهِ وَمَنْ وَقَعَ فِى الشُّبُهَاتِ وَقَعَ فِى الْحَرَامِ

“Sesungguhnya yang halal itu jelas, sebagaimana yang haram pun jelas. Di antara keduanya terdapat perkara syubhat -yang masih samar- yang tidak diketahui oleh kebanyakan orang. Barangsiapa yang menghindarkan diri dari perkara syubhat, maka ia telah menyelamatkan agama dan kehormatannya. Barangsiapa yang terjerumus dalam perkara syubhat, maka ia bisa terjatuh pada perkara haram.” (HR. Bukhari dan Muslim )
Semoga saudara2_ku tidak termasuk golongan pemabuk di bumi datar ini yg kadang terlihat "ndhlahom" dan kadang "blingsatan".

وصلّ الله على سيّدنامحمّدٍ وعلى آله و صحبه وسلّم
Salam,
Alfaqir.
BW
Medio,20 Juni 2017
25 Romadhon 1438 h.
=================================
ndhlahom (jw)=diam dgn pandangan kosong seakan tdk mengerti permasalahan.
blingsatan(jw)= kebakaran jenggot.

»»  LANJUT...

BUNGKUS AGAMA


BUNGKUS AGAMA

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ


Selamat berpusa bagi saudara-saudaraku yang diberi kesehatan dan tetap banyak bertafakur mendekatkan diri kepada Allah SWt. bagi saudara-saudaraku yang sedang diuji dengan sakit sehingga tidak berp[uasa di bulan ini.

Mari kita perhatikan sabda Rasul SAW, berikut!

اِذَا أَرَدَ اللهُ بِعَبْدِهِ خَيْراً فَقَّهَهُ فىِ الدِّيْنِ وَ زَهَّدَهُ فِى الدُّنْيَا وَ بَصَّرَهُ بِعُيُوبِ

Jika Allah SWT menghendaki kebaikan bagi seorang hamba-Nya, maka Dia akan memberi kepandaian dalam agama, menjandikan zuhud di dunia dan memperlihatkan aib (cacat-cacat) dirinya. (HR.Abu Na’im )
Kepandaian dalam agama mengandung makna bahwa si hamba mampu mengambil hikmah dan melaksanakan segala perintah agama. Zuhud mengandung makna bahwa si hamba memiliki pandangan hidup tidak materialistis, menurut Ibnu Abas adalah pribadi yg mampu mengendalikan hawa nafsu.
Selanjutnya Allah Swt membuka atau mempertontonkan aib atau cacat dirinya. Bila seorang hamba telah mendapat ketentuan Allah Swt demikian seharusnya segera sadar dan "semeleh" (mengakui dan berserah diri).

Jika seorang hamba menolak terhadap ketentuan ini (tdk. semeleh), maka kepandaian hamba tsb. dalam beragama tidak lebih hanyalah sekedar bungkus.

، إِذَا لَمْ تَسْتَحِ فَاصْنَعْ مَا شِئْتَ.[رواه البخاري

Jika engkau tidak malu, berbuatlah semaumu.” [HR. al-Bukhari].

Demikian ungkapan Rasul SAW bagi orang2 yg egonya melampaui Tuhannya.
Semoga saudara2-tdk termasuk di dalamnya. Aamiin YRA.

وصلّ الله على سيّدنامحمّدٍ وعلى آله و صحبه وسلّم
Salam
Al Faqir
BW
Medio,9 Juni 2017
14 Romadhon 1438 HB
»»  LANJUT...

TANPA PAMRIH

TANPA PAMRIH

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ


Bila ibadah merupakan ungkapan rasa syukur dalam bentuk amal perbuatan, maka dorongan dari dalam penyebab gerak tersebut merupakan faktor penentu.  Kini kita rasakan bahwa 'niat' sebenarnya merupakan ruh ibadah.  Ekspresi kegembiraan yang menyembul dalam pelaksanaan ibadah menggambarkan niat yang tulus (ikhlas) beriring rasa cinta kepada-Nya.

Sekarang sampailah kita pada pertanyaan:"Pada kondisi apapun mampukah kita selalu merasa gembira dalam setiap ibadah yang kita lakukan?" Bila Anda telah mampu mencapai kondisi tersebut, Anda telah mendapatkan hakekat ibadah yang sebenarnya, tanpa pamrih, tidak ada tujuan lain kecuali mengharap pertemuan dengan-Nya, kekasih yang selalu kita khawatirkan melepas buaian kasih sayangnya.
إِلَّا ابْتِغَاءَ وَجْهِ رَبِّهِ الْأَعْلَى وَلَسَوْفَ يَرْضَى
”Tetapi (dia beribadah itu semata-mata) karena mencari keridhaan Tuhannya Yang maha Tinggi, dan kelak dia benar-benar mendapat kepuasan.” (QS. Al-Lail [92]:20-21).
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ
”Allah ridho(senang) kepada mereka dan mereka ridho (senang) kepadaNya” (QS Al Bayyinah [98]:8).
Semoga bermanfaat.

وصلّ الله على سيّدنامحمّدٍ وعلى آله و صحبه وسلّم
Wallaahu a'lamu bishawab.

»»  LANJUT...