Terima Kasih Anda Telah Mengunjungi Blog Ini

Blog ini bukan untuk tujuan komersial, bila ada gadget tambahan yang bersifat komersial itu bukan kehendak pemilik blog !

Rabu, 06 Juni 2018

Indikasi Kesombongan

Indkasi  Kesombong

by
Budi Wibowo 

بسم الله الرّحمام الرّحيم

Janganlah Anda tertipu dengan penampilan seseorang.  Waspadalah !!  Kekasih Allah itu hampir tidak bisa kita bedakan dari kelompoknya, tetapi barulah kita dapat merasakan dengan sikapnya sehari-hari.  Dia adalah orang yang tidak selalu merasa paling benar, tidak pernah merendahkan orang lain,  tidak tamak dan bakhil serta tidak pandai berdusta.  Dia adalah orang yang  selalu mengajak pada yang ma’ruf dan tegas memberantas kemungkaran.

***

Dalam pergaulan sehari-hari tidak jarang kita temukan orang yang tidak pernah memohon maaf, kecuali saat-saat lebaran atau dalam moment-moment umum yang lain.   Yang jelas ucapan yang dilakukan tersebut bukan mencerminkan sebuah kebiasaan.   Kebiasaan adalah suatu tindakan yang telah berulang.   Kebiasaan yang dilakukan secara simultan oleh suatu masyarakat akan membentuk peradaban atau yang sering kita sebut budaya.  Masyarakat dalam unit kecil adalah keluarga.  Maka peran keluargalah sebenarnya yang sangat menentukan karakter individu-individu di tengah masyarakat.

Fenotype (karakter fisik dan non fisik) seseorang tidak terlepas dari peran genetis dan lingkungan, maka mejadi jelas bahwa sebenarnya karakter seseorang merupakan hasil interaksi antara dua faktor tersebut. Di sini menjadi penting peran orang tua dalam mendidik putra putrinya dan budaya dimana unit kecil itu berada.

Mudah mengarahkan telunjuk kepada orang lain (mudah menuduh ) mengandung beberapa makna filosofis;

  1.  Merasa selalu paling benar.
  2. Kurang  mau instropeksi diri.
  3. Tamak dan bakhil.
  4. Pandai berdusta.

  1.   Merasa selalu paling benar
Merasa selalu paling benar berbeda dengan merasa tidak selalu paling benar.  Merasa selalu paling benar menggambarkan sombongnya seseorang, sifat demikan digambarkan dalam Alqur’an, saat penghuni syurga diperintah untuk sujud, maka sujudlah semuanya kecuali Iblis (Jin yang tidak patuh).    

قَالَ مَا مَنَعَكَ أَلَّا تَسْجُدَ إِذْ أَمَرْتُكَ قَالَ أَنَا خَيْرٌ مِنْهُ خَلَقْتَنِي مِنْ نَارٍ وَخَلَقْتَهُ مِنْ طِينٍ

Allah berfirman:”Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) waktu Aku menyuruhmu?” Menjawab Iblis:”Saya lebih baik dari padanya : Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah.” (QS Al-A’raaf [7]:12)

                                   
  1. Kurang mau introspeksi diri
Orang yang selalu merasa paling benar mudah  merendahkan orang lain.   Sulit sekali menerima masukan atau pendapat orang lain.  Mereka merasa rendah jika begitu saja menerima masukan orang lain meskipun masukan itu benar adanya. Gengsi itulah yang lebih mendominasi dirinya dari pada bersikap santun dan merendah.  Orang demikan biasanya mudah sekali melihat kesalahan orang lain.  Dalam peribahasa sering dinyatakan ; “Kuman di seberang laut tampak, gajah di depan mata tidak tampak.”
Rasul bersabda;
الكِبْرِ بَطَرُالحَقِّ  وَ غَمَتُ النَاسِ

 “ Sombong itu adalah menolak kebenaran dan merendahkan manusia.” (HR. Muslim)

  1. Tamak dan bakhil
Tamak identik dengan sifat rakus, kedua kata tersebut mengandung konotasi yang kurang baik pada manusia.  Tamak dan rakus mengindikasi besarnya dominasi hawa nafsu pada diri penyandangnya.  Ketamakan itu akan menghasilkan hal yang baik bila seseorang mau mengendalikannya, sebab dengan ketamakan itu manusia mejadi semangat dalam meraih atau mencapai cita-cita demi menyelamatkan dirinya.  Bahkan rasul mengatakan bahwa ketamakan yang dapat dikendalikan dalam menegakkan kalimat Allah SWt bisa menggambarkan sebagai kesempurnaan iman seseorang.  Mari kita perhatikan sabda rasul berikut.
لا يُؤمِنُ أحَدُكُمْ حَتَى يَكُونُ هَوَاهُ تَبَعاً لِمَا جِئْتُ بِه

“Masih belum sempurna iman seseorang di antara kalian sebelum keinginannya (hawa nafsunya) mengikuti petunjuk yang kusampaikan (HR. Al Baghawi, Tabrizi, Ibn Abu ‘Ashim, Muttaqi Al-Hindiy, Ibnu Hajar dan Al Khatib).1

Yang menjadi permasalahan dan menggambarkan kerendahan tabiat seseorang adalah adalah ketamakan yang tinggi  dibarengi dengan sifat bakhil.  Simbiose dua sifat ini menjadikan rendah martabat penyandangnya.  Masyarakat akan menjauh darinya.     

Bakhil (kikir) sebenarnya sifat yang pada dasarnya sama halnya dengan tamak, yakni terjadinya dominasi hawa nafsu pada penyandangnya.  Hanya saja bedanya bakhil terwujud dalam bentuk beratnya  seseorang dalam melepaskan sebagian rejekinyadalam hal ini dapat terwujud dalam bentuk harta atau pengetahuan) pada orang lain.
Allah berfirman :

إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُورًا الَّذِينَ يَبْخَلُونَ وَيَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبُخْلِ وَيَكْتُمُونَ

مَا ءَاتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ وَأَعْتَدْنَا لِلْكَافِرِينَ عَذَابًا مُهِينًا

Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membaga-bagakan diri,  yaitu orang yang kikir dan menyuruh orang lain berbuat kikir dan menyembunyikan karunia Allah yang telah diberikan-Nya kepada mereka.  Dan kami telah menyediakan untuk orang-orang kafir (kafir nikmat Allah) siksa yang menghinakannya. (QS An Nisaa’ [4]:36-37).

Ketamakan dan kebkhilan ini dapat kita temukan di tengah masyarakat tidak pada orang kaya saja tapi juga pada orang miskin bukan saja pada orang yang menyandang gelar ilmuwan saja tetapi juga pada orang yang tidak bergelar sekalipun.


  1. Pandai berdusta (Munafik).
Pandainya seseorang mengkomunikasikan kebenaran itu dibenarkan agama, ulama menyebutnya dengan sifat “tabligh”.   Tetapi kepandaian ini bila digunakan untuk memutar balikkan fakta menjadi sangat berbahaya.   Sifat sombong membawa diri merasa paling super diantara orang lain.  Perasaan seperti inilah yang menjadikan manusia berani mempertahankan kedustaan demi menjaga harga diri.   Orang demikian biasanya sangat pandai memutar balikkan fakta atau pandai berkamoplase (dusta). 
Sifat demikian sangat dominan melekat pada kaum munafik, sebagaimana sifat syetan.

إِنَّ الْمُنَافِقِينَ يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْ وَإِذَا قَامُوا إِلَى الصَّلَاةِ قَامُوا كُسَالَى يُرَاءُونَ

النَّاسَ وَلَا يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلَّا قَلِيلًا

 Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka .  Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas.  Mereka bermaksud riya’ (dengan shalat) di hadapan manusia.  Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali. (QS An NIsaa’ [4]:142).

***

Janganlah Anda tertipu dengan penampilan seseorang.  Waspadalah !!  Kekasih Allah itu hampir tidak bisa kita bedakan dari kelompoknya, tetapi barulah kita dapat merasakan dengan sikapnya sehari-hari.  Dia adalah orang yang tidak selalu merasa paling benar, tidak pernah merendahkan orang lain,  tidak tamak dan bakhil serta tidak  pandai berdusta.  Dia adalah orang yang selalu mengajak pada yang ma’ruf dan tegas memberantas kemungkaran.

Semoga bermanfaat bagi penulis dan pembaca sekalian.  WaAllahu ‘alamu bishawab.

و صلّ الله على سيّدنا محمّد وعلى آله وصحبه وسلّم
بَارَكَ اللهُ لِئ وَلَكُمْ فِيْ الْقُرْ اَنِ الْعَظِمَ
وَنَفَعَنِئ وَ أِيَكُم بِا لاَيَاتِ وَالْذِّكْرِ الْحَكِيْمَ
وَ قُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَ اَنْتَ خَيْرٌ الَّراحِمِيْنَ


Bdl,      7 Juni 2018
 22 Romadhon 1439 H

1  Ibn Qoyim Al-Juziah._____.Raudhatul   MuhibbiinWanuzhatul
                         Musytaaqiin Diterjemah: Zubaidi,B,A,I.  2006. Taman Jatuh
                         Cinta dan  Rekreasi Orang-Orang Dimabuk  Rindu. Irsyad 
                         Baitus Salam. Bandung.  Hal.  912.

»»  LANJUT...