Anda adalah Apa yang Anda Makan
Tubuh Anda tesusun dari sel-sel yang terdiri dari berbagai macam unsur kimia. Unsur-unsur ini persis terdapat juga pada makanan yang Anda makan. Karena itu tidak terlalu salah jika saya katakan Anda adalah apa yang Anda makan. Unsur-unsur kimia tersebut membentuk zat-zat yang menjadi komponen penyusun jaringan tubuh. Komposisi tubuh manusia dikurang alat pencernaan terdiri dari 59 % air, protein 18 %, lemak 18 %, mineral 4,3 % dan sisanya zat-zat lain seperti karbohidrat dan lain sebagainya. (Anggorodi).
Untuk apa kita perlu makan ? Tujuan makan adalah untuk produksi dan reproduksi pada tubuh kita. Dengan makan kita dapat melakukan aktivitas selain itu dengan makan akan mempercepat proses penyembuhan jika sakit.
Makan yang Memiliki Nilai Ibadah
1. Tidak Mengumbar Hawa Nafsu
Dalam kitab Minhajul Muslimin disebutkan bahwa tujuan makan dan minum adalah bukan sekedar mencari kelezatannya saja, tetapi makan dan minum itu untuk menjaga keselamatan (kesehatan) badan, dengan demikian akan dapat melakukan ibadah kepada Allah SWT. Ketika makan dan minum hanya bertujuan untuk mengumbar hawa nafsu maka kegiatan itu menjadi tidak memiliki nilai ibadah, maka dari itu agar kegiatan makan dan minum memiliki nilai ibadah, Rasul bersabda;
نحن قوم لا نأكل حتى نجوع و إذا أكلنا فلا نَشبع
“Kami adalah sebuah kaum yang tidak akan makan kecuali lapar dan apabila makan kami tidak sampai kenyang (berhenti makan sebelum kenyang) ( Minhajul Muslimin /100)
2. Baik dan Halal
Selanjutnya agar kegiatan makan itu memiliki nilai ibadah, harus dilakukan sesuai dengan firman
Allah SWT berikut;
يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا إِنِّي بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيم
"Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang saleh. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (Qs. Al Mukminun: 51).
Dari ayat ini kita dapat melihat bahwa ada tiga pesan yakni;
1. Perintah memakan makanan yang baik
2. Perintah melaksanakan amal saleh
3. Manusia harus ingat bahwa setiap gerak dan langkahnya selalu dalam pantauan Allah SWT;
Kata ‘wa’ yang berarti ‘dan’ dalam bahahsa Arab disebut huruf athof, menggambarkan bahwa kedudukan antara perintah memilih makanan yang baik dan berlaku bijak (melakukan amal saleh) adalah saling bertautan dalam kebersamaan, bukan mengandung makna berturutan atau sebab akibat. Tautan ini dapat dijelaskan sbb;
Makanan yang baik adalah makanan secara substansial halal serta hygenis dan tidak mengandung unsur kejahatan ( Minhajul Muslimin /100) Artinya bahwa sebuah makanan meskipun secara subtansial halal serta memiliki kandungan gizi yang tinggi dan hygenis tetapi bila diperolehnya melalui jalan maksiat/kejahatan maka makanan tersebut tidak memenuhi kriteria sebagai makanan yang baik. Atau dengan kata lain mengkonsumsi makanan yang demikian itu sama sekali tidak memiliki nilai ibadah bahkan mengkonsumsinya adalah menjadi haram.. Namun ketika kita menerima undangan makan atau mendapat makanan dari seorang sahabat tidak sepatutnya bertanya (menyelidik kehalalan) kepada si pemberi tentang asal usul makanan tersebut, untuk menjaga etika dalam pergaulan agar tidak menimbulkan prasangka yang buruk dari si pemberi. Allah berfirman;
Wahai orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka. Sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa. Dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain. ( Al Hujurat :12);
3. Diniatkan untuk Ibadah
Selanjutnya agar aktivitas makan dan minum itu memiliki nilai ibadah, aktivitas tersebut juga harus dilakukan dengan niat ibadah kepada Allah ta’ala, sebagai wujud ketakwaan kepadaNya. Nabi mengajarkan bahwa seseorang sebelum menyantap suatu hidangan diperintahkan untuk membersihkan tangan lebih dahulu kemudian menyebut nama Allah dan setelah menyelesaikan aktivitas tersebut diperintahkan untuk memujiNya.
Do’a sebelum menyantap hidangan yang dilakukan Rasulullah SAW. ( Al Adzkar /205)
اللَّهُمَّ باَرِكْ لَنَا فِيْمَا رَزَقْتَنَا وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ , بِسْمِ اللهِ
“Ya Allah berikanlah keberkahan pada rezeki yang telah engkau limpahkan kepada kami dan hindarkanlah kami dari azab neraka, Bismillah”(HR Ibn Suny)
Do’a setelah menyantap hidangan yang dilakukan Rasulullah SAW (Al Adzkar/210)
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيْرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيْهِ غَيْرَ مَكْفِىِّ وَلا مُوَدَّعٍ وَلا مُسْتَغْنًى عَنْهُ, رَبَّنَا
“Pujian yang banyak, kebaikan dan keberkahan adalah milik Allah, yang tidak memerlukan bantuan dan selalu diharapkan dan di butuhkan, Wahai Tuhankami (HR. Bukhori)
Demikian pokok persoalan memaknai tatacara makan agar memiliki nilai ibadah dan masih ada hal-hal lain tentang tatacara Rasul dalam memberikan contoh menyantap hidangan.
Pengaruh Makanan Secara Fisik.
Komposisi tubuh manusia akan berubah sesuai dengan perkembangan usia. Kadar air dalam tubuh semakin rendah sedangkan kadar lemak semakin meningkat. Kenaikan lemak pada tubuh yang tidak terkendali ternyata menimbulkan masalah pada manusia baik dalam masalah kegemukan (penampilan) maupun kesehatan. Akhirnya pengendalian lemak setelah manusia dewasa sangat diperlukan untuk mengatasi penampilan dan kesehatan. Meskipun kemajuan ilmu kesehatan pada jaman Rasul tidak semaju sekarang, jauh-jauh hari rasul telah memperingatkan dalam pengaturan makanan (diet ) “Kami adalah sebuah kaum tidak akan makan kecuali lapar dan berhenti makan sebelum kenyang.”. Bahkan pengendalian makan itu secara langsung diwajibkan dalam Islam dengan diperintahkannya berpuasa di Bulan Romadhon, kemudian disunahkan pada setiap hari Senin dan Kamis atau 3 (tiga) hari dipertengahan bulan. Maka dari itu dapat ditebak bahwa Nabi memiliki postur rata perutnya (tidak buncit) dan gerakannya cepat (Hasan / 72-73). Dalam kitab lain disebutkan bahwa Nabi hampir tidak pernah sakit selama hidupnya.
Dampak Psikologis Makanan yang Haram terhadap Si Pelaku dan
Lingkungannya
Secara parametrik kita tidak bisa mengukur berapa jumlah individu yang telah memakan makanan haram dalam suatu sample. Allah memperingatkan larangan memakan makanan yang haram, karena tindakan demikian merupakan langkah-langkah syetan, kita dapat melihat firman Allah berikut;
يَا أَيُّهَا النَّاسُ كُلُواْ مِمَّا فِي الأَرْضِ حَلاَلاً طَيِّباً وَلاَ تَتَّبِعُواْ خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ
"Hai manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan karena sesungguhnya syaithan adalah musuh yang nyata bagimu." (Qs. Al Baqarah: 178)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ وَمَنْ يَتَّبِعْ خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ فَإِنَّهُ يَأْمُرُ بِالْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَلَوْلا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ مَا زَكَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ أَبَدًا وَلَكِنَّ اللَّهَ يُزَكِّي مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah syaitan, maka sesungguhnya syaitan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar. Sekiranya tidaklah karena kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (Qs. An Nur: 21)
Bila Allah telah menjastise bahwa memakan makanan yang haram itu merupakan perbuatan syetan, kita kembali teringat bahwa pangkal yang mengawali Iblis dilaknat oleh Allah karena;
1. Sikap Sombong.
Sikap sombong (takabur) adalah sebuah sikap merasa lebih tinggi dari pada orang lain, sikap ini ditunjukkan oleh Iblis ketika dia diperintah bersujud kepada Adam. (QS Al Baqoroh [2] : 34)
“Dan (ingatlah) ketika kami berfirman kepada malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam”, maka sujudlah mereka kecuali iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan oarng-orang kafir”.
Sikap sombong adalah sifat yang sangat tercela karena merupakan perbuatan maksiat yang faktor pemicunya lebih didominasi oleh akal bukan nafsu, maka dari itu takabur itu dikatakan ciri dari kebodohan pemiliknya. Orang yang sombong merasa dirinya paling utama sehingga hatinya tertutup terhadap pendapat orang lain, sikap ini timbul biasanya karena kedudukan yang tinggi dan pengaruh yang besar, tetapi kurang bergaul dengan orang yang memiliki status sosial yang sama. (Mawardi). Puncak dari sikap sombong ini adalah pembangkangan terhadap perintah Allah.
2. Sikap Dengki
Pada hakekatnya dengki adalah kesedihan yang terlalu mendalam atas kebahagiaan (kebaikan) yang utama yang diperoleh orang lain, tanpa melalui proses persaingan yang sehat. Sikap iblis demikian ini telah digambarkan Allah dalam Al Qur’an, mengenai kisah nabi Adam karena hasutan iblis ia terjerumus ke dunia. Selain itu juga digambarkan tentang kisah Kabil dan Habil yang diakhiri pembunuhan Habil oleh sudaranya sendiri Kabil.
Kikir dan bakhil erat hubungannya dengan sifat dengki, karena pada diri orang yang bakhil terdapat sifat serakah, sedangkan serakah itu sebenarnya bila ditelusri bermuara pada sikap dengki. Orang yang serakah menjadi gambaran sebagai orang yang selalu kurang bersyukur.
3. Sikap Munafik (Mendua)
Sikap munafik digambarkan Allah dalam surat Al Hasyr [59] : 16;
”(Bujukan orang-orang munafik) itu seperti (bujukan) syetan ketika mereka berkata kepada manusia : ”Kafirlah kamu.” maka tatkala manusia itu telah kafir, ia berkata: ”Sesungguhnya aku berlepas diri darimu karena sesungguhnya aku takut kepada Allah, Rabb semesta alam.”
Dari ayat tersebut dapat kita perhatikan bahwa dusta merupakan sikap utama dari orang munafik. Turunan dari sikap ini adalah sikap riya’ (ingin dipuji); seperti termaktub dalam Surat An Nisa ayat 142, sbb;
”Sesunggunya orang-orang munafik itu akan menipu Allah dan Allah akan membalas tipuan mereeka. Dan apabila mereka berdiri untuk sholat mereka berdiri dengan malas, mereka (mengerjakan sholat itu) bermaksud riya’ di hadapan manusia dan tidaklah mengingat Allah kecuali sedikit.”
Selanjutnya orang munafik itu memiliki sikap ragu-ragu, sebagaimana termaktub dalam Al Qur’an Surat An Nisa ayat 143; sbb;
Mereka dalam keadaan ragu-ragu antara yang demikian (iman atau kafir), tidak kepada ini (Menjadi orang mukmin) dan tidak (pula) kepada itu (mernjadi kafir).”
Dengan petunjuk ayat tersebut kita dapat mengambil kesimpulan bahwa secara psikologis individu yang memakan harta yang haram dipastikan akan memiliki minimal satu derivat (keturunan) dari sifat sombong, dengki dan munafik, yakni antara lain sikap tamak, riya’, iri, dengki, ujub, malas (kurang patuh), dusta dan berbagai macam sifat yang mengindikasi pada kerendahan martabat manusia.
Maraknya korupsi (kejahatan kerah putih) merupakan satu contoh derivasi sifat syetan, yang menjelma di masyarakat yang kemungkinan salah satu indikasinya adalah mereka telah banyak mengkonsumsi makanan haram baik karena bendanya maupun menurut cara perolehannya. Wallahu ‘alamu.
Daftar Pustaka
Al Qur’an Karim, 1996. PT Karya Toha Putra. Semarang.
Anggorodi. 1979. Ilmu Makanan Ternakn Umum. PT Gramedia. Jakarta. 8-9.
Asy Syeikh, Abdullah. 2001. Tafsir Ibn Katsir. Terjemah, Pustaka Imam Syafi’i. Bogor.
Al Jazari. Abu Bakar Jabir. 2006. Minhajul Muslimin. Daril Bayani Lingulumil Quraani.
Bairut Libanon. Hal. 100.
Al Mawardi, Al Imam. 1995. Adabud Dunya wad Din. Terjemah. Pustaka Azzam. Jakarta.
Hal. 334-377.
Hasan. A.. 1995. Mengenal Nabi Muhammad SAW. CV Diponegoro. Bandung. Hal. 72-73
Nawawi, Imam. 1419 H. Al Adzkar. Pustaka Al ’Alawiyah. Semarang. Hal. 210
terimakasih atas infonya pak, saya terbantu sekali
BalasHapusSama-sama Bu, yang baik semua datangnya dari Allah.
BalasHapuskalau menurut medis gmn pak dmpaknya?
BalasHapusSesuatu yang dilarang pasti bertujuan utk. menyelamatkan manusia. Contoh ekstrimnya koruptor kalau ketangkep hampir dipastikan penyakit non psikisnya timbul, yang sakit gigi kek,sakit perut kek, dsb. artinya keseimbangan hormonal ybs. menjadi terganggu sedangkan keseimbangan itu sangat penting dalam kesehatan. Jadi jelas bahwa pemakan makanan yang haram akan terggangu ketenangan jiwanya,padahal ketenangan jiwa ini sangat erat hubungan dengan kesehatan.
HapusMOHON IZIN COPYNYA PAK..........MOHON DEH....
BalasHapusSilahkan, maaf baru buka n balas
BalasHapus