Terima Kasih Anda Telah Mengunjungi Blog Ini

Blog ini bukan untuk tujuan komersial, bila ada gadget tambahan yang bersifat komersial itu bukan kehendak pemilik blog !

Sabtu, 06 Agustus 2011

Perintah Puasa adalah Sebuah Perintah Melakukan Revolusi Peradaban

by
Budi Wibowo

بسم الله الرّحمان الرّحية


Telah dikisahkan dalam Alqur’an bahwa ketika Adam dan Hawa berada dalam syurga datanglah Iblis dengan berbagai cara membuat tipu daya agar Adam dan Hawa mendekati pohon buah kuldi, adalah pohon buah terlarang yang harus dihindari oleh mereka berdua.  Karena dorongan nafsu atau keinginan kuat untuk mencicipi, akhirnya Adam dan Hawa mendekati dan memakan buah tersebut. Padahal mereka berdua telah diperingatkan Allah SWT agar tidak mendekati pohon tersebut.

Tamsil ini menggambarkan bahwa ada 2 (dua) buah bentuk pelanggaran perintah (kedurhakaan) yang dilakukan oleh makhluk terhadap Allah SWT.   Sebagaimana Imam Gozali ra, dalam kitabnya Mukasafatul Qulub, menjelaskan

1. Kedurhakaan hamba kepada Allah SWT, sebab permainan akal yang dalam hal ini diperankan oleh 

    Iblis.

2. Kedurhakaan hamba kepada Allah SWT, sebab permainan hawa nafsu. yang dalam hal ini

    diperankan oleh Adam dan Isterinya.

Akhirnya Adam bersama Isterinya (Hawa)  diusir untuk bertinggal di bumi beberapa saat sebagai
hukuman, sedangkan Iblispun dibiarkan turun pula ke dunia karena Allah telah mengambil ikatan sumpah kepadanya.

***

Dari tamsil tersebut kita
juga dapat mengambil pelajaran tentang suasana qalbu (hati) yang berbeda pada dua makhluk tersebut,

1. Adanya penyesalan. 

 
Ketika sadar akan kesalahan mereka, Adam dan isterinya sangat menyesali perbuatan yang telah dilakukan dan segera mereka memohon ampunan Allah SWT.

قَالَا رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

(Adam dan Hawa) berkata :” Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri
kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat
kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.

(QS Al A’raf :7:23)



2. Tidak adanya penyesalan.
 

Iblis tidak merasa menyesal bahkan dia memiliki semangat besar untuk mencari kawan yang sepaham dengannya.

Maka dari itu Allah menggambarkan bahwa manusia di dunia ini terbagi dalam dua golongan atau partai, yakni golongan/partai Allah (Hisbullah) dan golongan/partai syaiton (Hizbusy Syaiton).



Pertanyaannya siapakan dalam dunia realita yang termasuk anggota partai-partai tersebut ? 



***
Hisbullah

Orang yang masuk dalam anggota partai Allah adalah mereka yang apabila telah melakukan kesalahan merasa menyesal, yang tentu konsekwensi dari penyesalan itu adalah segera mohon ampunan dan bertekad tidak mengulangi perbuatan yang sama pada waktu yang lain.   Selain menyesal dia juga merasa benci terhadap perbuatan tersebut sebagaimana bencinya setelah merasakan sumpek (serba tidak enak) hidup dalam penjara siksa neraka.   Kebencian itu terus berlanjut apabila di sisinya ada benda atau barang yang memiliki kaitan dengan perbuatan tersebut, mereka segera menghindari atau mengembalikan kepada yang seharusnya berhak memiliki.    Mereka selalu melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya sebagai penjagaan agar terhindar dari perbuatan maksiat


Hizbusy Syaiton

Orang yang masuk dalam anggota partai syaiton adalah orang yang tidak menyesali kedurhakaan yang telah dilakukan,  bahkan mereka selalu mengulang perbuatan tersebut pada saat yang lain, bahkan merasa senang atau bangga dengan perolehan yang ada di sisinya.    Inilah ciri yang membedakan bila kedurhakaan itu dilakukan dengan perencanaan dibanding dengan kedurhakaan tanpa perencanaan.   Kita tahu bahwa perencanaan merupakan hasil dominasi buah pikir.    Seperti sifat sombong adalah sifat yang lebih didominasi oleh buah pikir  Sofyan Ats Tsaury ra, mengungkap bahwa,


كُلُّ مَعْصِيَةٍ عَنْ شَهْوَةٍ فَإِنَّهُ يُرْجَى غُفْرَانُهَا كُلُّ مَعْصِيَةٍ عَنْ كِبْرِ فَإِنَّهُ لاَ يُرْجَى غُفْرَانُهَا

لِأنَّ مَعْصِيَةٍ إِ بْلِيْسَ كاَنَ أصْلُهَا مِنَ اَلكِبْرِ فزَلَّةُ سَيِّدِنَا آدَمَ كَانَ اَصْلُهَا مِنَ الشَهْوةِ

“Setiap maksiat yang timbul karena dorongan nafsu bisa diharapkan ampunannya, dan setiap maksiat yang timbul karena sifat sombong, tidak bisa diharapkan ampunannya, karena kedurhakaan Iblispun bersumber dari sikap sombong, sedangkan kesalahan nabi Adam sumbernya dari nafsu.”
 

Puncak contoh orang demikian adalah kehidupan Fir’aun yang dengan pikirannya dia berpikir bahwa dirinya adalah Tuhan.   Meskipun di penghujung kematiannya Fir’aun menyadari kesalahannya bahwa dia bukanlah Tuhan.   Inilah yang kita sebut dengan penyesalan yang terlambat.

Selanjutnya golongan ini juga tergambar pada sekolompok manusia yang memiliki dua sisi penampilan, sebagaimana Iblis menampakkan sebagai orang alim di hadapan Adam dan Hawa sehingga Adam menjadi percaya kepadanya.   Di dalam realitas hidup sehari-hari golongan demikian kita sebut sebagai kaum hipokrit atau munafik.   Terhadap golongan ini Allah sangat benci kepada mereka, mereka kelak  diletakkan pada tempat yang paling bawah di neraka atau sering kita sebut dijadikan sebagai kerak neraka.   Kecuali mereka bertobat, dan masih memiliki waktu untuk berbuat kebajikan.


الْمُنَافِقِينَ فِي الدَّرْكِ الْأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ وَلَنْ تَجِدَ لَهُمْ نَصِيرًا

إِلَّا الَّذِينَ تَابُوا وَأَصْلَحُوا وَاعْتَصَمُوا بِاللَّهِ وَأَخْلَصُوا دِينَهُمْ لِلَّهِ

Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) yang paling bawah dari nereka.   Dan kamu sekali-kali tidak mendapat seorang penolongpun dari mereka, kecuali mereka bertobat dan berbuat kebajikan dan berpegang teguh pada agama Allah dengan tulus dan iklas. “(QS An Nisaa : 4: 145-146)

Demikian bunyi ayat tersebut,  semoga kita tidak terjebak ke dalam golongan ini.   Na’uzubillahi min dzalik


Realitas kehidupan yang saya gambarkan di atas dapat kita rasakan di tengah masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dewasa ini, kita dapat melakukan interospeksi /muhasabah siapa kita sebenarnya ? Apakah kita termasuk sebagai anggota Partai Allah atau Partai Syetan ? Dalam Al Qur’an Hisbullah juga sering disebut golongan kanan (ashhaabul yamin) sedangkan Hizbusy Syaiton sering disebut dengan golongan kiri (Ashhaabusy Syimali)

***

Telah jelas terlihat bahwa kemunduran bangsa ini bukan sekedar karena kebodohan yang dikendalikan hawa nafsu belaka, tetapi kemunduran bangsa ini juga disebabkan oleh rusaknya system berfikir dalam diri sebagian besar anak bangsa.   Iblis atau syaiton telah berhasil membisikkan doktrin mereka kepada sebagian besar anak bangsa ini, sehingga Iblisitas atau syaitonitas tampak pada mereka.   Ini dapat kita rasakan hampir pada setiap lini kehidupan dan dapat kita lihat setiap hari pada tayangan media elektronik atau media-media masa lainnya.

Bagaimana merubah pola pikir yang sudah hampir membudaya ini ?   Orang bilang hukum harus ditegakkan.   Bagaimana kalau penegak hukum itu sendiri sistim pikirnya sama saja dengan si pelanggar ?   Alangkah rendahnya peradapan bangsa ini.    Bila demikian alangkah sulit memperbaikinya !!   Saya katakan sulit karena pola pikir yang kita lihat seperti itu seakan telah menjadi suatu yang lumrah atau dianggap sebagai sebuah kewajaran.   Satu-satunya cara adalah melakukan revolusi total pola berpikir.
Bagaimana caranya ?
Kembali pada tali Allah yakni Alqur’an dan Sunnah.   Revolusi ini harus dimulai dari masing-masing individu.   Apabila setiap jiwa menyadari hal ini niscaya negeri ini akan menjadi negeri yang gemah ripah loh jinawi (negara yang makmur penuh keberkahan).

***

Perintah puasa di bulan Romadhon sebenarnya, merupakan perintah untuk melakukan revolusi jiwa besar-besaran anak bangsa ini.   Sinyalemen ini diungkapkan oleh Allah SWT melalui hadist Qudtsi seperti berikut:

كُلُ عَمَلِ اِبْنِ أدَمَ لَهُ إلاّ الصَّومِ فَاِنَّهُ لى وَ اَنَا اَجْزِيْ بِهِ


Setiap amal anak Adam adalah miliknya, kecuali puasa, sesuingguhnya puasa itu bagiku dan Aku yang akan membalasnya . (HR Bukhori).



كُلُّ حَسَنَةٍ بِعَشْرِ اَمْثَالِهَا أِلىَ سَبْعِمِأَةِ ضِعْفٍ اِلاَّ الصَّوْمِ فَاِنَّهُ لِىْ وَ اَنَا اَجْزِيْ بِهِ

"Setiap kebaikan itu dibalas sepuluh  hingga 700
kali lipat kecuali puasa, karena puasa itu bagiku dan Akulah yang membalasnya."(HR. Muslim).


Apakah makna tersirat di balik ungkapan yang bertkaitan dengan perintah puasa tersebut ?    Kalau kita mau mencermati sesungguhnya salah satu makna utama di balik itu adalah perintah berbuat jujur, hanya Allah dan manusia yang bersangkutan yang mengetahui apakah manusia jujur kepada-Nya atau tidak.

Pada hakekatnya orang yang jujur terhadap sesama adalah juga jujur kepada Tuhannya, karena semua fenomena di jagat raya ini tidak lepas dari pengawasan Allah SWT.

وَمَا تَسْقُطُ مِنْ وَرَقَةٍ إِلَّا يَعْلَمُهَا

Tidak ada sehelai daun yang gugur kecuali Dia mengetahuinya (pula)” (QS Al An’am :6:59).

Jujur dalam arti sempit adalah adanya kesamaan atau keselarasan antara hati dan ucapan.   Apabila keadaan ini diwujudkan dalam tindakan maka jadilah ia sebagai orang yang benar atau ”sidiq”.   Lawan dari sikap jujur adalah sifat hipokrit (munafik), selingkuh, menipu atau korup yang semuanya itu merupakan manifestasi dari sifat iblis dan keturunannya

Seharusnya umat Islam di negeri ini dapat menangkap sinyalemen yang disampaikan Allah SWT tersebut tentang makna perintah puasa.   Sehingga kita dapat melihat diri kita di waktu sekarang, apakah kita masih termasuk anggota partai syaiton (Hizbusy Syaiton) atau telah berpindah ke dalam partai Allah (Hizbullah) ?   Tidak berlebih apabila dikatakan bahwa perintah puasa di bulan Romadhon merupakan sebuah perintah untuk melakukan revolusi peradaban di muka bumi ini.
 

Allahu ’alamu bishawab.

Hidangan lezat berbuka telah tersaji hampar di hadapan Anda,
Sebagai hasil ramuan ahli juru masak dari berbagai belahan bumi,
Tentu yang terasa lezat adalah yang sesuai dengan lidah Anda,

Meskipun bahan baku itu dari bahan yang sama,
Juru masak dari Palestin akan mengahasilkan cita rasa yang berbeda,
Di banding dari Indonesia.

Ajaklah saudaramu,
segera santaplah hidangan itu, agar badanmu sehat, merasakan kenikmatan hakiki, bukan kepalsuan yang selama ini engkau tampakkan
ketahuilah bahan baku hidangan itu adalah untaian akar Firman Allah dan Sunnah kekasih-Nya. 


Demikian uraian singkat ini semoga bermanfaat pada diri saya dan jama’ah sekalian. Amiin.

Bdl, 4 Agt 2011

BW
______________________________________________________________
Materi kutbah Jum’at tgl. 5 Agt. 2011. di salah satu Masjid Di Bnadar lampung.

 

Daftar Pustaka


Al Qur’an Karim
Addamsyiq, Nawawi. 2004 M/1425 H. Riyadush Shaalihin. Dar Al-Kotob Al Ilmiyah.
       Beyrut-Lybanon. Hal 10-17
Al Gozali, Muhammad Abu Hamid.____. Mukasafatu Al-Qulub. Al Haramain Indinesia. Hal 23-25
Kurdi, Muhamad Amin. 2006M/1427 H. Tanwierul Qulub. Al-Haramain Jaya.
       Indonesia. Hal. 418 - 422
Nawawi Ibn Umar, Muhammad. ___. Syarah Nashaaihu Al ‘Ibaad. Maktab Darul Ihya Al Kitab Al-      
       Araabiyah. Indonesia. Hal. 5.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar