Terima Kasih Anda Telah Mengunjungi Blog Ini

Blog ini bukan untuk tujuan komersial, bila ada gadget tambahan yang bersifat komersial itu bukan kehendak pemilik blog !

Sabtu, 02 Juli 2011

Manusia Butuh Tuhan Atau Tuhan Butuh Manusia ?

Sebuah Renungan Menyambut Isro’ Mi’roj 1432 H

by
Budi Wibowo


بسم الله الرحمان الرحيم
 
Terlalu banyak manusia berada di persimpangan yakni antara ingat kepada Tuhannya atau tidak ingat pada Tuhannya, maka menjadi keniscayaan bila 5 (lima) kali dalam sehari Tuhan memanggil-manggil manusia agar menapaki jalan ke haribaan-Nya. Beruntunglah mereka yang selalu mengayunkan kaki menuju ke haribaan-Nya menyambut panggilan-Nya, merekalah orang-orang yang telah mampu menampakkan kecerdikan di tengah hiruk pikuk kehidupan ini.

Bukan Tuhan yang butuh manusia tetapi manusialah yang butuh Dia. Mungkin di antara manusia ada yang bertanya, kalau Tuhan tidak butuh kepada manusia mengapa Dia mewajibkan manusia untuk melakukan sholat atau menyembah-Nya ? Kalau manusia tidak membutuhkan sholat, peduli apa dengan kehidupan ini ? Sholat itu kebutuhan manusia atau kebutuhan Tuhan ? Kalau Tuhan masih membutuhkan manusia agar menyembah-Nya, berarti ada hubungan saling membutuhkan, bukankah demikian ?

***

Dengan akal, manusia dapat mengenali Tuhannya, itulah sebab mengapa Tuhan melengkapi manusia dengan akal. Mari kita menjawab pertanyaan di atas dengan menggunakan mata telanjang dan mata hati dengan mengedepankan akal.

Allah maha pengasih lagi maha penyayang, tanpa kita minta Dia telah memberi kenpandaian berpikir, kemampuan melihat, mendengar serta bertutur kata, perasaan senang serta nikmat dan masih banyak nikmat lainnya yang tidak terhitung banyaknya. Kalau boleh saya katakan bahwa “Allah memberi semua itu karena Dia sangat menghormati hamba-Nya yang bernama manusia.”

Bagaimana perasaan Anda bila datang pada sebuah jamuan di situ Anda diberikan penghormatan berupa pelayanan yang baik dan hidangan melimpah yang menggembirakan ? tentu Anda akan merasa sangat senang dan bahagia. Alangkah bodohnya Anda ketika ditunjukkan buah yang ranum dan segar tetapi memilih buah yang busuk. Alangkah bodohnya Anda ketika dituntun untuk memakan hidangan yang lezat memilih makanan basi yang hendak dibuang ke tong sampah. Kebodohan itu tentu berawal dari pikiran dan ego Anda yang lebih merasa benar dari pada Tuan rumah yang sangat menghormati Anda. Maka cukuplah beralasan bila Allah SWT berfirman:

ماَ أصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ أللهِ وِ مَا أصَبَكَ مِنْ سَيْئَةٍ فَمِنْ نَفْسَكَ

“Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, sedangkan apa saja bencana yang menimpamu maka dari (kesalahan) dirimu sendiri.”(An Nisaa’ (4):77)

Tak hendak surut Allah SWT memberikan penghormatan kepada hamba yang bernama manusia, salah satu bentuk penghormatan lainnya adalah manusia selalu ditunjuki agar mereka (manusia) menuju sebuah ruang khusus yang di ruang itu manusia disediakan hidangan dan pelayanan yang terbaik, yakni syurga yang penuh kenikmatan. Begitulah betapa besar penghormatan Allah kepada manusia. Saya sependapat dengan Imam Mawardi bahwa perintah sholat itu bukanlah kebutuhan Allah.SWT tetapi merupakan bentuk penghormatan Allah SWT bukan pembebanan kepada manusia.

Alangkah naïf, bodoh, kotor dan tidak sopan jika ada seorang hamba di hadapan Sang Maha Raja , berlaku sok pintar, mendua, sombong, compang-camping , tidak mandi, bau tidak sedap, padahal Sang Maha Raja dengan pakaian kebesarannya telah menyambut dengan penghormatan dan pelayanan yang luar biasa. Tentu sikap yang benar bagi hamba adalah keharusan balik memberikan penghormatan kepada Sang Maha Raja dengan mengerahkan segala kemampuan diri di hadapan-Nya, maka dapat kita tebak bahwa siapa hamba yang telah bersikap demikian niscaya akan dipersilakan menikmati hidangan lain bahkan dipersilakan memohon dan bermanja kepada-Nya “Hambaku yang tahu diri apa yang engkau ingini, silahkan ?” maka alangkah sombongnya hamba yang tidak mau memohon (berdo’a) dan bermanja di haribaan-Nya. Di sini dapat kita lihat bahwa siapa butuh dan siapa melayani. Maka telah sempurna keberadaan hamba di muka bumi ini bila dalam dirinya telah terpatri pendirian bahwa sholat mutlak menjadi kebutuhan dirinya, bukan sekedar keharusan (kewajiban).

Alangkah terhinanya mereka yang telah diundang untuk menghadiri jamuan itu tidak datang menyambutnya. Merekalah orang-orang yang menganggap bahwa apa yang ada di sisinya lebih menarik daripada jamuan itu. Padahal yang dipandang indah di hadapannya itu hanyalah fatamorgana. Maka janganlah berkata. ”Kalau manusia tidak membutuhkan sholat peduli apa dengan kehidupan ini !!”

***

”Aku (Allah) adalah menurut sangkaan hamba-Ku” 1,
”Bersyukurlah kepada-Ku, janganlah kamu tidak pandai membalas budi, atau
berterima kasih” 2
”Jika kamu tidak memiliki rasa malu berbuatlah semaumu” 3
“Berbuatlah apa yang kamu kehendaki” 4

” Rahmat-Ku, mendahului murka-Ku”5
”Segeralah menuju Gerbang keampunan-Ku ” 6
”Sebelum Matahari terbit dari Barat” 7
”Akulah Raja di hari Pembalasan” 8
***

Ya Allah alangkah besar dosaku, mungkin dosaku lebih besar dari para pembaca risalah ini, jari ini lancang membuat tulisan ini. Tidak, aku hanya sekedar ingin menggali keberadaan-Mu dan berbagi rasa. Apakah aku bersalah, kalau bersalah aku mohon ampunan-Mu. Aku tidak bermaksud ingin dipuji, karena pujian itu hanyalah milik-Mu. Sampaikan salamku kepada kekasihku Muhammad SAW dan para Nabimu.

Semoga sekapur sirih ini bermanfaat pada diri saya dan jamaah sekalian. Amiin

____________________________

1) HR Bukhori dan Muslim; 2) QS Al Baqarah :2:152 ; 3) HR Bukhori dan Muslim ;
4) QS Fushilat : 41 :40 ; 5) Hadist Kudtsi ; 6) QS Ali Imran :3:133 ; 7) HR Syaichani, dengan derajat mar’fu’ ; 8) QS Al Fatihah :1: 4



Daftar Pustaka

Al Qur’an Karim
Al Jauziyah, Ibnul Qoyim. 2003 M/1424 H. Al-Jawabul Kafi Liman Saala’Anid
         Dawaaisy-syafi (Diterjemah oleh; Ahmad Tarmudzi,Lc: Judul Penawar Hati
         Yang Sakit ). Gema Insani Press. Jakarta. Hal 80-81
Al Mawardi, Al Bashri. 1992 M/1412 H Adabud Dunya wad Din. Darul Fikri. Hal. 61
Kurdi, Muhamad Amin. 2006M/1427 H. Tanwierul Qulub. Al-Haramain Jaya.
        Indonesia. Hal. 419
.

Bdl, 29 Juni 2011
27 Rojab 1432 H

BW



Tidak ada komentar:

Posting Komentar