by
Budi Wibowo
مَن
سَرَّهُ اَن يَكُونَ أقوَى النَّاسِ فَليَتَوَكَّلْ عَلَى اللهَ
و
مَن سَرَّهُ اَن يَكُونَ أكْرَمَ النَّاسِ فَلْيَتَّقِ اللهَ
و
مَن سَرَّهُ اَن يَكُونَ أغْنَى النَّاسِ فلْيَكُنْ بِمَا فِى يَداللهِ أو ثَقََ مِنْهُ بِمَا فِى يَدِهِ
”Barang siapa keinginannya hendak menjadi orang yang paling kuat di antara manusia hendaklah dia bertawakal kepada Allah SWT, dan barang siapa keinginannya hendak menjadi orang yang paling mulia di antara manusia hendaklah dia bertaqwa kepada Allah SWT, dan barang siapa keinginannya hendak menjadi orang yang paling kaya di antara manusia hendaklah dia lebih mempercayai apa yang ada di sisi Allah daripada apa yang ada di tangannya. *)
***
1. مَن َسَرَّهُ اَن
يَكُونَ أقوَى النَّاسِ فَليَتَوَكَّلْ عَلَى اللهَ
Barang siapa keinginannya hendak menjadi orang yang
paling kuat di antara manusia hendaklah dia bertawakal kepada Allah SWT. (HR.
Ibn Abiddunya dari Ibn ‘Abas dengan sanad hasan)1.
Kata “tawakal”berasal dari kata
“wakalah” yang berarti perwakilan. Maka kata
tawakal berarti menyerahkan segala urusan kepada wakil.
Bila yang kita tunjuk menjadi wakil itu adalah Allah SWT, maka kita percaya
bahwa segala urusan dan perolehan dari segala usaha yang kita lakukan kita
serahkan kepada Allah SWT, apa dan bagaimana kesimpulannya, total tanpa syarat
dan syak wasangka kepada-Nya. Kita
harus yakin bahwa apa yang kita peroleh itu adalah suatu yang pantas dan terbaik
buat kita. Jadi tawakal harus
didahului dengan usaha yang maksimal bukan menyerahkan urusan kepada Allah SWT
begitu saja. Demikian sebenarnya yang
dianjurkan Rasul kepada umatnya.
Godaan
yang paling kuat menyerbu setiap manusia adalah perolehan rezeki duniawi. Banyak manusia terjebak bahwa ukuran kemuliaan itu ditentukan oleh
banyaknya perolehan rezeki atau fasilitas duniawi. Padahal ukuran kemuliyaan itu bukan dari banyak
sedikitnya harta yang kita miliki di hadapan Allah SWT, tetapi berapa besar ketaqwaan
kita kepada-Nya.
Godaan / iming2 semacam ini dapat
kita atasi bila kita berserah diri kepada Allah SWT. Kita harus yakin dan percaya bahwa dengan niat yang benar
dan bermodal tawakal kebutuhan kita akan tercukupi, krn Dia telah berjanji.
وَمَنْ
يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ
“Dan
barang siapa bertawakal kepada Allah SWT, niscaya Allah akan mencukupkan
(keperluan)nya”. (QS Athaalaq [65]:3)
Ketika
sikap demikian telah tertanam dalam diri kita, niscaya kita mejadi orang kuat yang dibutuhkan di tengah
masyarakat. Masyarakat akan berlindung
pada kita karena mereka tahu bahwa ”backing” atau yang berada di belakang
kita adalah ”Zat Yang Maha Melindungi” atau Allah SWT.
2. مَن
سَرَّهُ اَن يَكُونَ أكْرَمَ النَّاسِ فَلْيَتَّقِ اللهَ
“Barang siapa keinginannya hendak menjadi orang yang
paling mulia di antara manusia hendaklah dia bertaqwa kepada Allah SWT.”
Kata taqwa berasal dari kata quwwatan
yang berarti takut. Ulama menerangkan
bahwa taqwa mengandung pengertian menjalankan semua yang diperintah oleh Allah
dan menjauhi segala yang dilarang oleh-Nya.
Artinya kita harus menyesuaikan diri di tengah kehidupan ini dengan
kehendak dan keridhaan Allah SWT. Taqwa
juga berarti berhati-hati dalam gerak dan tindak-tanduk dalam hidup. Tindak tanduk itu harus sesuai dengan
ajaran Allah dan Rasul-Nya.
Bila demikian ketaqwaan sangat erat kaitannya
dengan akhlaq yang mulia. Artinya
semakin tinggi tingkat ketaqwaan seseorang maka semakin mulia hamba tersebut di
hadapan Allah dan manusia. Maka dari
itu pada kondisi lain Rasul juga bersabda
خَيْرٌ النَاسِ احْسَنُهُمْ خُلُقا
Sebaik-baik manusia di
antara kamu adalah yg terbaik akhlaknya.
(HR Thabrani dari Abdullah bin umar).
Sebagai pengejawantahan dari
firman Allah SWT
إِنَّ
أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ
“Sesungguhnya
yang paling mulai di antara kamu di sisi Allah SWT adalah yang paling
bertaqwa.” (QS Al Hujurat [49] : 13)
3. مَن شَرَّهُ اَن يَكُونَ
أغْنَى النَّاسِ فلْيَكُنْ بِمَا فِى يَداللهِ أو ثَقَ مِنْهُ بِمَا فِى يَدِهِ
“Barang siapa keinginannya hendak menjadi
orang yang paling kaya di antara manusia hendaklah dia lebih mempercayai apa yang ada di sisi Allah daripada apa
yang ada di tangannya “
Yang
ada disisi Allah adalah amal kebajikan kita atau tabungan pahala kita. Sedangkan yang ada di sisi kita atau di tangan
kita adalah kekayaan yang berupa harta, jabatan dan keturunan. Tidak ada
jaminan bahwa mereka yang memiliki harta yang melimpah, kerabat dan keturunan
yang banyak sebagai orang kaya di sisi-Nya.
Jadi orang kaya itu seperti apa
? Adalah
orang yang tidak merugi. Yakni orang yang timbangan pahalanya lebih berat dari pada
dosanya.
فَأَمَّا مَنْ ثَقُلَتْ مَوَازِينُهُ(6)فَهُوَ فِي عِيشَةٍ
رَاضِيَةٍ(7)وَأَمَّا مَنْ خَفَّتْ مَوَازِينُهُ(8)فَأُمُّهُ هَاوِيَةٌ
”Dan adapun orang yang berat timbangan kebaikannya, maka dia berada dalam
kehidupan yang memuaskan. Dan orang yang
ringan timbangan kebaikannya, maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah.”
(QS Al Qaariyah [101]:6-9)
Dalam suatu hadist disebutkan
sebagai orang yang tidak bangkrut. Secara
global penampakan orang yang tidak rugi itu adalah orang yang selalu melakukan
kebajikan dan menganjurkan kebenaran dan berlaku sabar.
وَالْعَصْرِ(1)إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ(2)إِلَّا
الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ
وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْر ِ( 3 )
”Demi masa seungguhnya manusia itu
benar-benar dalam kerugian kecuali orang yang beriman dan mengerjakan amal
sholeh, nasehat menasehati supaya menaati kebenaran dan nasehat menasehati
supaya menetapi kesabaran.” (QS Al ’Ashr [103]:1-3).
Yang penting dari itu semua adalah keyakinan merasa cukup dan tidak memberati dunia, inilah prinsip yang membawa seseorang menjadi kaya.
Yang penting dari itu semua adalah keyakinan merasa cukup dan tidak memberati dunia, inilah prinsip yang membawa seseorang menjadi kaya.
Demikian uraian singkat ini semoga bermanfaat
bagi diri saya dan jamaah sekalian. Amiin
بَارَكَ اللهُ لِئ وَلَكُمْ فِيْ الْقُرْ اَنِ الْعَظِمَ
وَنَفَعَنِئ وَ أِيَكُم بِا لاَيَاتِ وَالْذِّكْرِ الْحَكِيْمَ
وَ قُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَ اَنْتَ
خَيْرٌ الَّراحِمِيْنَ
_________
*) Imam Gozali ._____. Syarah Kitab Minhajul ‘Abidin.
Pustaka Alawiyah. Semarang . Hal. 47
1 Imam Suyuti. _______. Al Jaamingush
Shogir. Juz II
Maktab Dar Ihya Alkitab Arabiyah. Indonesia .
Hal.
173.
Jazakumullohu khoeron katsiron singkat padat sangat bermanfaat......izin copas ustadz
BalasHapusSukronn
BalasHapus