Terima Kasih Anda Telah Mengunjungi Blog Ini

Blog ini bukan untuk tujuan komersial, bila ada gadget tambahan yang bersifat komersial itu bukan kehendak pemilik blog !

Jumat, 22 Juli 2011

Tobat di Antara Logika Manusia dan Tuhannya



By
Budi Wibowo

بسم الله الرحمان الرحية

Lihatlah Si Marhaen tiap pagi bangun pagi setelah sholat subuh pergi ke ladang , kadang ke hutan mencari ranting kering kayu bakar, pulang petang. Isterinya penjual nasi uduk dan gorengan di depan rumah. Di samping rumah ada kandang ternak tempat memelihara beberapa ternaknya, kokok ayam selalu membangunkan Marhaen dan keluarganya di waktu pagi . Punggungnya yang coklat legam dan tengkuknya yang menyembul menggambarkan dia orang yang tekun bekerja, Si Marhaen tidak pernah takut lapar, dia bagaikan burung terbang pagi pulang petang dengan tembolok kenyang, tidak pernah merekayasa kejujuran, apa yang ia nikmati bersama keluarganya adalah hasil kepolosan usahanya dari ladang dan ternak yang dimilikinya

Kadang pernahkah terlintas dalam benak kita, apakah pantas tertawa di atas kendaraan yang kita miliki bila barang itu dari hasil grativikasi sebab jabatan kita atau rumah yang kita bangun sebagai hasil dari rekayasa kejujuran yang pada hakekatnya adalah ketidak jujuran ? Bila Anda telah sadar bahwa fasilitas yang Anda nikmati itu adalah sebagai catatan buram masa lalu, apakah Anda masih menggunakan fasilitas itu ? Bila demikian siapakah sebenarnya penyandang kolifah asli di muka bumi ini ?

***

Sekarang, siapa di antara kita berlaku benar dan siapa penabrak pagar kebenaran ?   Menegakkan kebenaran itu kadang memang pahit, bahkan Rasul pernah mengajarkan bahwa, bila engkau sudah tidak sanggup lagi hidup di tengah lingkungan yang tidak tegak kebenaran, hidup di tengah hutan lebih baik.

فاَ عْتَزِلُ تِلْكَ الفِرْقَ كُلَّهَا و لو أنْ تَعَضَّ عَلَى أصْلِ شجَرَةَ حَتَّى يُدْرِكَنَ المَوْتُ وَ أنْتَ عَلَى ذَلِكَ

Kamu hendaklah memencilkan diri dari kumpulan mereka walaupun kamu terpaksa memakan akar-akar kayu dan tinggallah kamu di sana sehingga kamu mati dalam keadaan demikian (HR Bukhori)

Kebenaran itu kadang hanya berpathokan pada logika hawa nafsu manusia tidak mengacu pada logika Sang Pembuat logika, tidak banyak yang menyadari, bahwa bila kebenaran itu menurut logika nafsu manusia, dunia segara mengalami kehancuran, Tuhan pernah berfirman:


وَلَوِ أتَّبَعَ الْحَقُّ أَهْوَاءَهُمْ لَفَسَدَتِ ألْسَمَآوَاتُ وَالاَرْضُ وَمَنْ فِيْهِنَّ



"Andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi dan semua yang ada di dalamnya." (Al Mukminun [23]:71).

Begitulah Tuhan memperingatkan si hamba. Namun Ia masih memaklumi pada hamba yang bernama manusia bila berbuat salah, sebab penghormatan Dia yang luar biasa kepada manusia.

Allah telah bersumpah bahwa pemimpin bumi ini adalah manusia bukan malaikat dan bukan Jin. Meskipun malaikat telah berucap sopan kepada-Nya agar merekalah yang diangkat menjadi pemimpin, demikian juga Jin (Iblis) yang merasa lebih mulia dari manusia. Namun Allah menjawab, ”Tidak, karena Aku lebih tahu daripada kalian.” Perhatikan ayat berikut;

وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ

Padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau, Tuhan berfirman :”Sesungguhnya Aku lebih mengetahui apa yang tidak kamu ketahui. (QS Al Barah :2 : 30 ).

Tersirat bahwa dari dua protes yang dilancarkan makhluk Tuhan tersebut Allah SWT memaklumi kepada manusia sebagai kholifah di muka bumi ini, walaupun manusia selalu tidak luput dari berbuat salah , dalam sebuah hadist disebutkan ;


Bila seorang hamba telah tertimpa dosa kemudian berkata:”Ya Tuhan aku telah berbuat dosa, kemudian dia mohon ampun, Tuhan berkata:”Hambaku telah mengetahui bahwa dia memiliki Tuhan yang akan mengampuni suatu dosa, dengan sebab itu dia melakukan kesalahan, niscaya Aku mengampuni hambaku itu”, kemudian dia (hamba) berkhitmat melakukan apa yang diperintahkan Allah SWT, kemudian tertimpa dosa lagi, lalu berkata : ”Ya Tuhan aku telah berbuat dosa yang lain, ampunilah aku!” Tuhan berkata:”Hambaku telah mengetahui bahwa dia memiliki Tuhan yang akan mengampuni suatu dosa, dengan sebab itu dia melakukan kesalahan , niscaya Aku mengampuni hambaku itu”, kemudian hamba berkhitmat melakukan apa yang diperintahkan Allah SWT. (HR Syaichani, dengan derajat mar’fu’).

Begitulah Allah SWT memberikan kebebasan kepada manusia, kalau boleh saya katakan dengan bahasa kita yang bodoh, maka Allah berkata :”Jangan takut berbuat salah, demi tugasmu sebagai kholifah di muka bumi ini.” Maka, sepatutnya sebagai hamba Allah SWT, tidak boleh ragu-ragu dalam bertindak apalagi bagi para pemimpin, dengan catatan bahwa hamba tidak mengulang perbuatan dosa yang sama, sebagaimana diterangkan pada hadist di atas dan firman Allah SWT. berikut

وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ

"Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu sedang mereka mengetahui“(QS Ali Imran : :135)

Sayang sekali dewasa ini ketidakraguan manusia itu telah menjelma pada keberanian yang salah, Pada awalnya ketika melakukan kesalahan ada bisikan kebenaran yang membisikkan bahwa “Jangan berbuat demikian, itu adalah kedurhakaan !” sehingga timbul keraguan dalam dirinya. Kalau ragu sebaiknya jangan kita lakukan. Tertapi banyak hamba yang mengatakan “Peduli amat dengan bisikan itu.!” Orang-orang yang sudah tidak peduli dengan bisikan kebenaran itu bagaikan cermin buram yang tidak mampu lagi memantulkan cahaya. Apabila cermin itu kita ibaratkan kalbu dan cahaya itu adalah petunjuk kebenaran, maka kalbu itu tidak dapat merespon petunjuk Ilahi lagi, dikatakan hahwa dia telah tertutup oleh sebuah lapisan hitam gelap yang disebut raynan .

Sebagaimana firman Allah SWT. dalam QS Al Muthofifin : 83 :14

كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

Sekali-kali tidak demikian, sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka”

Lapisan hitam itu berawal dari sebuah noktah, karena tidak ada usaha untuk menghilangkannya maka titik-titik itu semakin banyak dan membentuk lapisan gelap. Sebuah noktah hitam (dhulmah) identik dengan sebuah dosa yang telah dilakukan seorang hamba, dosa itu dapat  terhapuskan apabila hamba merasa menyesal, bertekad menghidar,  tidak mengulang perbuatan itu kembali dan selalu melaksanakan perintah-Nya sebagai bentuk pengagungan kepada-Nya.

Suatu kebaikan akan menghapus keburukan yang lain.

Mari kita bertobat kepada Allah dengan tobat semurni-murninya.

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا

Wahai orang yang beriman kepada Allah, bertobatlah kepada Allah dengan tobat semurni-murninya.” ( QS At Tahrim:66:8)

Murni artinya benar secara lahir maupun bathin laksana emas tidak tercampur logam lain, yakni kembali ke jalan yang benar, merasa segala tindakan dalam pengawasan Allah SWT, selalu mengagungkan Allah, takut dan bertekad tidak mengulang perbuatan itu kembali.

***

Di antara kita siapa menipu Tuhan dan siapa menipu diri ? Pada hakekatnya tidak ada yang mampu menipu Tuhan karena seluruh makhluk di dunia ini berada dalam genggaman-Nya.

وَمَا تَسْقُطُ مِنْ وَرَقَةٍ إِلَّا يَعْلَمُهَا

Tidak ada sehelai daun yang gugur kecuali Dia mengetahuinya (pula)” (QS Al An’am :6:59).

Mari kita sejenak terbang melayang melihat sandiwara kehidupan manusia di punggung bumi ini, maka akan tampak oleh kita hamba-hamba yang menampakkan kealiman dan kedermawanan, tetapi dengan kepandaiannya itu digunakan untuk merampok hak orang lain.  Banyak orang yang menaruh simpati kepada mereka, begitulah di satu sisi lakon sandiwara itu tampak.  Mereka sering melakukan pertobatan, tetapi pertobatan tersebut tidak merubah sikap mereka. Tobat hamba-hamba semacam ini hanyalah sebatas lahir saja, secara bathin tidak. Orang demikian bagaikan tempat sampah yang ditutup kain sutera yang indah maka ketika kain sutera itu dibuka menghindarlah semua yang mendekatinya. Ingatlah ;

يَوْمَ تُبْلَى السَّرَائِرُ

Pada hari itu dinampakan semua rahasi-rahasia yang tertutup.” ( QS Ath thoriq:86 :9 )

Di satu sisi ada orang yang dalam hatinya telah menyadari akan kesalahan dan dia menyesali, sehingga secara lahir tampak dengan rajin melaksanakan ritual ibadah, tetapi pada kondisi lain dia menampakkan, keserakahan, kaku dan tidak dermawan bahkan puncaknya adalah rasa bangga dengan prestasi yang diperoleh, padahal perolehan yang didapat di masa lalu ditempuh dengan jalan kemungkaran, kendaraan mewah yang diperoleh adalah prestasi buram masa lalu, rumah yang diperoleh adalah prestasi buram masa lalu bahkan jabatan yang diperoleh adalah prestasi buram masa lalu. Saat ini memang mereka telah menyadari akan kesalahan masa lalu dan tidak akan mengulang kembali perbuatan buram masa lalu tersebut. Di satu sisi memang  benar, tetapi di sisi lain tidak, karena  rumah kendaraan dan jabatan yang doperoleh dari prestasi buram itu masih tetap mereka nikmati. Bila demikan siapa sebenarnya menipu diri dan siapa menipu Tuhannya ?

Apakah mungkin Tuhan akan menerima model tobat yang demikian ?

يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَالَّذِينَ ءَامَنُوا وَمَا يَخْدَعُونَ إِلَّا أَنْفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُونَ

Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar (QS Al Baqarah :2 :9).

فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ فَزَادَهُمُ اللَّهُ مَرَضًا وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ

Di dalam hati mereka ada penyakit lalu Allah menambah penyakit, bagi mereka adzab yang pedih dengan sebab mereka berdusta” (Qs Al baqarah : 2 :10-11)

***

Saudaraku, untuk apa Anda menipu diri, Allah SWT telah memberikan kepandaian berpikir pada Anda, mari kita berpikir sebagaimana Allah ajarkan kepada hambanya.


وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Bertaublah kepada Allah semuanya (kamu sekalian) wahai orang-orang yang beriman agar kamu beruntung”(QS An Nuur:24:31)

Apabila kata taubat itu kita rubah dengan kata kembali karena makna kata taubat itu salah satunya adalah kembali, maka firman Allah tersebut dapat bermakna kembalikan kepada Allah semua yang bukan hak kita atau kembalikan kepada yang berhak semua yang kita miliki yang bukan hak kita.  Insya Allah dengan sebab tindakan demikian, Dia akan menerima taubat kita, bahkan dalam sebuah hadist disebutkan bahwa Allah lebih gembira bila ada hambanya yang bertindak demikian bahkan kegembiraannya melebihi seorang pengembara yang kehilangan onta tunggangannya di padang luas nan tandus yang dipunggungnya banyak perbekalan dan bawaan, karena telah putus asa mencari ke sana kemari tidak menemukannya, ia istirahat tertidur lelap di bawah pohon kayu, ketika bangun dia dapati unta tunggangannya itu telah berada di depannya, begitu gembira sambil memegang kendali onta tidak menyadari salah dalam berucap “ Aku Tuhanmu dan engkau hambaku.”   Kegembiraan Allah SWT melebihi kegembiraan orang tersebut.

Saudaraku mari kita injakkan kaki ke bumi kembali, jangan berkecil hati, ketahuilah bahwa memang di bumi ini banyak kholifah-kholifah palsu, meski pahit tetaplah tegakkan kebenaran dan terus tetaplah dalam jalan kebenaranmu
.  Mari kita siapkan anak dan cucu kita untuk menjadi generasi soleh dan solihah yang selalu dilekati oleh akhlakulkarimah.   Lihatlah Si Marhaen yang tekun dan pasrah kepada Sang Pencipta, dia jelas menikmati hidup bahagia di punggung bumi  ini dan insyaAllah di akherat kelak.    Semoga Ibu Pertiwi  segera melahirkan Marhaen-Marhaen yang lain. Amiin. 


وصلّ الله على سيّدنامحمّدٍ وعلى آله و صحبه وسلّم

Semoga bermanfaat pada diri saya dan jamaah sekalian .  Amin...

Wallahu ‘alamu bishawab.




DAFTAR PUSTAKA

Al Qur’an Karim.
Addamsyiq, Nawawi. 2004 M/1425 H. Riyadush Shaalihin. Dar Al-Kotob Al Ilmiyah.
         Beyrut-Lybanon. Hal 10-17
Kurdi, Muhamad Amin. 2006M/1427 H. Tanwierul Qulub. Al-Haramain Jaya.
         Indonesia. Hal. 418 - 422



Bdl, 14 Juli 2011 
12 Rajab 1432
BW

Tidak ada komentar:

Posting Komentar