Oleh Budi Wibowo
Susunan Tubuh Manusia dan Fungsinya
Tubuh manusia itu terdiri dari ruh dan jasad. Terbukti bahwa jika Allah menghendaki ruh tidak memfungsikan jasad lagi , maka berhentilah semua sistem yang ada dalam jasad kemudian kembalilah jasad itu bersatu dengan bumi sedangkan ruh menuju alamnya yang disebut alam ruh.
Maka manusia pada hakekatnya adalah ruh itu sendiri. Nanti di pengadilan hari akhir, menghadirkan manusia sebagai pesakitan disaksikan oleh jasad dan malaikat yang mencatat amal manusia ketika hidup di dunia. Persaksian jasad itu secara kontekstual disebutkan dalam firman Allah Surat Yasin[36]:65
ألْيَومَ نَخْتِمُ عَلَى أَفْوَاهِهِْمْ وَتُكَلِّمُنَآ أَيْدِيْهِمْ وَتَشْهَد
ُ
أَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِِبُونَ
"Pada hari itu Kami tutup mulut mereka dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksian kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan"(QS Yasin[36]:65)
sedangkan persaksian malaikat pembuat tulisan (catatan amal) tergambarkan pada hadis yang mengisahkan keheran-heranan malaikat ketika menyaksikan vonis yang ditentukan oleh Allah swt terhadap 3 (tiga) golongan manusia, yakni : Seorang yang membaca Alqur'an dan memahaminya, seorang yang berperang di jalan Allah dan seorang kaya yang dermawan, ternyata amal perbuatan yang mereka lakukan ketika masih hidup di dunia adalah palsu (semata-mata tidak karena Allah swt. (HR Al Faqih, dari Abu Hurairah);
Jadi, meskipun malaikat itu menyaksikan dan mencatat amal perbuatan manusia ketyika di dunia dia tidak mengetahui niat yang ada dalam hati manusia. Rahasia ini hanya Allah dan manusia itu sendiri yang mengetahui, sebagimana hadis berikut;
اِنَّ الله لا يَنْظُرُ اِلَى اِجْسَا مِنْكُمْ وَلاَ إلَى صَوَرِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إلَىَ قُلُبِكُمْ
"Sesungguhnya Allah swt tidak melihat bentuk tubuhmu dan tidak pula ketampananmu, tetapi Allah melihat hatimu." (HR Muslim)
Hati (qolbu) menurut para ulama merupakan bagian ruh yang mengendalikan amal perbuatan manusia. Jejak niat berasal dari hati ini. Menurut Imam Gozali tubuh manusia (ruh dan jasad) dianalogikan dengan alam semesta (makro kosmos) sedangkan hati adalah sebagai pengendalinya. Akal sebagai penasehat yang berdiri di belakang hati meberikan masukan Ilmu pada hati (qolbu) untuk menumbuhkan keyakinan dan kesabaran, sedangkan nafsu (jiwa) adalah sebagai pendorong semangat untuk mempengaruhi hati dalam mewujudkan amal perbuatan. Di sini dapat kita perhatikan bahwa peranan nafsu sangat besar terhadap qolbu dalam memutuskan sebuah pesan untuk dilaksanakan oleh seluruh anggota badan.
Ibnu Qoyim membagi nafsu yang mempengaruhi hati ke dalam dua bagian, yaitu nafsu amarah bissu' (jiwa yang memerintahkan keburukan dan yang lain adalah nafsu muthmainah (jiwa yang selalu tenang dan tegar dalam kebenaran). Sebagaimana Allah berfirman dalam QS Asy-Syam[91]:7-8
وَنفَْسٍ وَ مَا سَوَّاهَا فَاَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَهَا
"Dan (demi) jiwa serta penyempurnaannya, maka Allah mengilhamkan jiwa itu (jalan kefasikan dan ketakwaan". (Asy Syams[91]:7-8)
Jiwa yang mengandung kefasian/keburukan terbagi menjdi dua;
1. Jiwa yang memiliki karakter buas lagi temperamental (nafsu amarah).
Kesenanganya menjurus pada sikap memaksa, melampaui batas, sewenangwenang di muka bumi, sombong
dan suka menguasai orang lain dengan cara yang tidak dibenarkan. Itulah yang menjadi kesenangannya.
2. Jiwa yang berkarakter hewani (nafsu hawaniyah.
Yakni sifat yang penuh dengan birahi. Kesenangannya cenderung pada makanan, minuman dan sex.
Adakalanya kedua jenis sifat ini tergabung menjadi satu dalam diri seseorang, sehingga menimbulkan kecenderungan sikap diktator di muka bumi ini. Ia gemar menimbulkan kerusakan, sebagaimana firman Allah dalam QS Al Qashshash[28]:4;
"Sesungguhnya Fir'un telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah, dengan menindas segolongan dari mereka, menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka. Sesungguhnya Firun termasuk orang yang berbuat kerusakan." (Al Qashshash[28]:4)
Selanjutnya jiwa yang mendorong pada kebenaran /ketaqwaan itu antara lain mengandung sifat, yang kesenangannya menjurus pada hal-hal yang bersifat pengetahuan, meraih keutamaan dan kesempurnaan yang dapat digapai oleh kemampuan manusia dan jauh dari hal-hal yang bersifat rendah.
Masing-masing jiwa tersebut di atas memandang bahwa apa pun yang disukainya berhak untuk dipreoritaskan dan bahwa berpaling dari hal lain atau cenderung pada selain kesukaannya sama halnya dengan tindakan yang merugikan dan menghilangkan keberuntungan.
Pengaruh Malaikat dan Syetan
Setelah kita memahami kedudukan ruh, jasad, hati (qolbu), akal dan nafsu (jiwa), terrnyata Allah swt menurunkan malaikat untuk melindungi manusia, sebagaiman Firmannya dalam sureat Ar-Ra'd [13]:11
لَهُ مُعَقِّبَاتٌ مِّنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ يَحْفَظُونَهُ مِنْ أمْرِ اللهِ
"Bagi manusia selalu ada malaikat-malaikat yang sellumengikutinya bergiliran, di muka dan di belakang, menjaganya atas perintah Allah." (Ar Ra'd [13]:11)
Malaikat melaksanankan tugasnya dengan selalu membisikkan nafsu (jiwa) utk. selalu berjihad di jalan Allah agar mempengaruhi hati mengambil keputusan demikian. Bagian nafsu yang menerima bisikan malaikat inilah yang disebut nafsu muthmainah.
Sesuai denga perjanjian awal Allahpun mengijinkan Iblis dan keturunannya (syetan ) untuk mempengaruhi manusia dengan membisikan jiwa agar mau mengikuti jalannya, sebagaimana Firman Allah dalam QS A'raaf [7]:16-17;
"Karena Engkau telah menghukum aku tersesat, aku benar-benar akan menghalng-halangi mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudia aku akan datangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukurt (taat)". (Al A'raaf [7] : 16-17)
Demikian hati setiap saat mendapat pengaruh dari malaikat dan tekanan dari syetan, pengaruh dari dua sisi ini menyebabkan hati mondar-mandir atau bolak-balik sebelum menetapkan keputusan. Maka dari itu dalam bahasa Arab disebut dengan istilah "qolbu" yang berarti bolak-balik.
Bagaimana menjaga hati agar tidak selalu mengikuti bujukan syetan?
Senjata manusia yang paling berbahaya bagi syetan adalah dzikir dan memerangi hawa nafsu, ketika syetan melihatmelihat seseorang dapat mengendalikan hawa nafsunya maka larilah dia dari bayangannya.
1. Dzikir
Dzikir dalam arti luas berarti 'sebut', 'ingat' dan 'ajar', dengan dzikir akan menguatkan hati karena
di dalamnya akan menambah pengetahuan yang berakibat semakin kuatnya keyakinan untuk mengambil
keputusan yang seuai dengan petunjuk Allah dan Rasul-Nya.
2. Memerangi hawa nafsu
Allah swt telah mengajarkan kepada hambanya tentang tata cara memerangi hawa nafsu, yakni seperti fir-
man-Nya yang termaktub dalam QS Ali Imran [3]:200, sbb;
"Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap
siaga dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu beruntung." (Ali Imran [3]:200).
Yakni dengan,
- Bersabar, yakni bersikap sabar ketika mendapat berbagai ujian.
- Menguatkan kesabaran, misal dengan melukan puasa sunah.
- Waspada (tertap bersiap siaga), yakni menjaga panca indera kita dari pervuatan maksiat
- Bertawakal kepada Allah, yakni berserah diri kepada Allah dari segala daya dan upaya kita dalam
menjalani hidup ini.
Demikian renungan singkat ini semoga bermanfaat bagi diri saya dan pembaca sekalian.
Amiin.
bbbbbbb
BalasHapus