by
Budi Wibowo
Arti Muhasabah
Kita sering mendengar
istilah muhasabah, dalam bahasa Arab ditulis dengan مُحَاسَبَةَ (muhaasabatan) yang berarti perhitungan, merupakan
bentuk masdar dari wazan ( حاسب) يُحَاسِبُ)) (مُحَاسَبَةَ ). Makna yang popular
adalah mengevaluasi diri atau interospeksi.
Tujuan Muhasabah
Tujuan muhasabah adalah
untuk perbaikan diri agar keburukan di masa lalu tidak terulang kembali pada masa
mendatang. Allah SWT telah memerintahkan
kegiatan demikian sebagaimana tersirat dalam QS Surat Al Hasyr [59]:18;
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ
وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ
“Wahai orang yang
beriman, bertaqwalah kepada Allah SWT, hendaknya setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (QS Al
Hasyr [59]:18 )
Kisah Muhasabah
- Sesungguhnya
Nabi Daud AS sering menyamar menanyakan pendapat mereka tentang perilaku
dirinya. Datanglah malaikat
Jibril AS. dalam bentuk seorang
manusia. Maka Nabi Daud AS bertanya
padanya: “Wahai pemuda, apa komentarmu tentang nabi Daud ?” Dia berkata
:”Daud adalah manusia yang paling baik, hanya saja dia mempunyai satu
kelemahan. “Beliau bertanya “Apa itu?” Dia berkata:” Dia makan dari kas
negara.” Nabi Daud kemudian segera
kembali ke mihrabnya menangis dan mendekatkan diri kepada Allah SWT, dia
berkata :”Wahai Tuhanku, beritahukanlah kepadaku suatu pekerjaan yang
dapat kulakukan dengan tanganku, selanjutnya
dapat menjadikanku terlepas dari kas negara.” Maka Allah SWT memberitahu kepadanya
untuk memproduksi baju besi.
وَعَلَّمْنَاهُ
صَنْعَةَ لَبُوسٍ لَكُمْ لِتُحْصِنَكُمْ مِنْ بَأْسِكُمْ
“Dan telah Kami ajarkan kepada Daud membuat baju besi
untuk memelihara kamu dalam peperanganmu (QS Al Anbiya [21]:80)
Begitulah Nabi Daud AS setiap kali selesai mengurusi urusan rakyat /pemerintahan,
beliau membuat baju besi kemudian dijualnya untuk menghidupi diri dan
keluarganya.1
- Nabi SAW pernah mengumpulkan para sahabat lalu menyatakan bahwa siapa yang pernah disakitinya maka pada hari itu dia siap menerima balasan dari mereka yang pernah disakitinya itu.2
- Umar bin Khotob RA. Sering bertanya kepada para sahabatnya tentang kelamahan atau kekurangan dirinya. Umar berdo’a : “Mudah-mudahan Allah SWT memberi rahmat pada orang yang mau menunjukkan kepadaku mengenai kelemahan-kelemahanku”.3
Pembahasan
Dari keterangan dan kisah yang telah dipaparkan tersebut di
atas kita dapat mengambil pelajaran bahwa
1. Allah SWT memerintahkan agar setiap diri selalu
sibuk metani (mencari-cari) kelemahan atau kekurangan diri masing-masing,
bukannya sibuk mencari-cari kekurangan orang lain.
2. Kita kadang sulit menemukan
kelemahan yang melekat pada diri kita, tetapi dengan bertanya kepada orang lain
tentang kelemahan diri kita merupakan tindakan yang mulia.
3. Kritikan atau ungkapan
mengenai kelemahan kita dari orang lain sebenarnya merupakan sebuah rahmat
Allah SWT pada kita, oleh karena itu keadaan ini harus kita terima dengan senang dan penuh kesabaran. Allah SWT selalu bersama orang yang sabar dan
adanya kritik akan memperbaiki kita. Rasul
bersabda;
اِذَا أَرَدَ
اللهُ بِعَبْدِهِ خَيْراً فَقَّهَهُ فىِ الدِّيْنِ وَ زَهَّدَهُ فِى الدُّنْيَا وَ
بَصَّرَهُ بِعُيُوبِ
Jika
Allah SWT menghendaki kebaikan bagi seorang hamba-Nya, maka Dia akan memberi
kepandaian dalam agama, menjandikan zuhud di dunia dan memperlihatkan aib
(cacat) dirinya. (HR.Abu Na’im) 4.
Faqih = Pandai
menangkap dan mengaplikasikan perintah agama; Zuhud = Sikap hidup yang tidak ngeboti (memberati) materi keduniaan, tidak
mengharamkan dan menyia-nyiakan yang halal, selalu berorientasi mancari pahala
dan menjauhi maksiat.
Kesimpulan
Mudah menerima
kritik tentang kelemahan diri menunjukkan tingginya derajat keimanan seseorang,
sebaliknya orang yang mudah tersinggung atau tidak mau merima kritik dari orang
lain menunjukkan rendahnya keimanan seseorang.
Wallahu ‘alamu bishawabi.
بَارَكَ اللهُ لِئ وَلَكُمْ فِيْ
الْقُرْ اَنِ الْعَظِمَ
وَنَفَعَنِئ وَ أِيَكُم بِا
لاَيَاتِ وَالْذِّكْرِ الْحَكِيْمَ
وَ
قُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَ اَنْتَ خَيْرٌ الَّراحِمِيْنَ
Pustaka
Al Qur’an Karim
1 Nashr Al Faqih.
1995. Tanbihul Ghofilin. Diterjemah
oleh
Achmad Sunarto. Balai Buku. Surabaya.
Juz
II. Hal 245 -250
nashihin. Penerjemah : Abu
H.F Ramadlan. Mahkota.
Surabaya. Hal. 216-218.
3 Al Gozali, Muhammad Abu Hamid.____. Mukasafatu
Al-Qulub. Al Haramain
Indonesia. Hal 249.
4 Imam Suyuti. _______. Al Jaami’ush Shogir. Juz
I. Maktab
Dar Ihya Alkitab Arabiyah. Indonesia. Hal.
17.
_________
* Telah disampaikan penulis dalam khutbah Jum’at
menyambut tahun baru 2014 M, di salah
satu Masjid di Bandarlampung .
barokalloh fiik tausyahnya pak Budi
BalasHapusSyukron akhiy
BalasHapus