Terima Kasih Anda Telah Mengunjungi Blog Ini

Blog ini bukan untuk tujuan komersial, bila ada gadget tambahan yang bersifat komersial itu bukan kehendak pemilik blog !

Rabu, 08 Februari 2012

Gajah di Depan Mata Tidak Tampak

by 
Budi Wibowo 

بسم الله الرّحمان الرّحيم

Ada fenomena mencolok di depan mata kita yang benar-benar tidak kita sadari. Apakah itu ?    Peristiwa minimnya tokoh-tokoh penggiat kebenaran di masyarakat dimana kita berada.     Selama ini tokoh penggiat kebenaran hanya dilakukan oleh para ilmuwan yang belajar dalam bidang agama yakni mereka yang telah belajar di sekolah-sekolah agama seperti IAIN atau para lulusan pondhok-pondhok pesantren.    Padahal banyak ilmuwan-ilmuwan yang lain, mengapa mereka tidak banyak yang berani berdakwah ?    Taruhlah kalau bukan ilmuwan adalah mereka yang memiliki kedudukan atau jabatan-jabatan penting di masyarakat seperti, RT, lurah, camat, bupati, para wakil rakyat atau DPR, para manajer perusahaan, para guru, dosen, dsb.  

Sering kita temukan bahwa penyeru kebenaran itu kadang bukan dari golongan yang berprofesi sebagai da’i atau orang yang telah menguasai pengetahuan ilmu-ilmu agama.    Mereka terkadang berada di hadapan kita tanpa kita sadari keberadaannya.    Beberapa contoh akan penulis sampaikan di bawah ini ; 

Dalam suatu keluarga yang anggotanya banyak tidak melakukan ibadah sholat (ibadah dalam arti sempit), ternyata ada satu anggota yang tekun beribadah, salah satu anggota itu mungkin satu di antara putra-putrinya.    Bahkan tidak menutup kemungkinan bahwa yang tekun melakukan ibadah itu adalah pembantunya. 

Contoh lain, di antara para buruh pekerja di suatu perusahaan ternyata masih ada salah seorang yang tekun bekerja dan tidak melalaikan sholat di tengah kesibukannya. 

Mungkin di sekitar Anda ada sebuah mushola atau masjid, pernahkah di benak Anda terpikir bahwa apapun bentuk dan posisi masjid tersebut tetap saja ada orang yang setia merawatnya dan mengumandangkan adzan setiap kali memasuki waktu sholat.

Pernahkah terlintas dalam benak Anda bahwa di antara tetangga kita ternyata ada seseorang yang rajin melangkahkan kaki ke masjid manakala suara adzan telah berdengung bahkan pernahkah Anda berpikir dan merasakan bahwa di antara jiran/tetangga Anda ada seseorang yang selalu melantunkan bacaan al Qur’an di masjid sambil menunggu waktu subuh atau magrib tiba ?

Pernahkan Anda merasakan getaran da’wah yang dilakukan oleh pegawai atau anak buah di tempat Anda bekerja, meskipun Sang anak buah itu tidak pernah menyeru atau mengajak Anda untuk melaksanakan sholat tepat di awal waktu, tetapi dia selalu melaksanakan ibadah tersebut dengan rutin.    Meskipun kondisi demikian ini sangat langka, tetapi saya yakin bahwa fenomena demikian ini pasti ada.

Pernahkah Anda melihat seorang pengemudi Truk atau Bus atau kendaraan umum lain yang selalu berhenti sejenak di surau atau di masjid untuk menunaikan sholat sembari istirahat sejenak.    Meskipun mohon maaf fenomena ini langka kita dapatkan, saya yakin bahwa fenomena ini pasti ada.

Penulis pernah melihat seorang pendorong gerobak bakso yang meyempatkan untuk mampir ke sebuah masjid ketika datang waktu sholat.     Terlintas dalam benak penulis bahwa orang-orang demikian ini adalah orang-orang yang tulus menjalani kehidpannya dan mereka tidak lalai terhadap penciptanya.    Penulis memiliki dugaan yang kuat bahwa di tempat lain terdapat juga orang-orang yang masih tekun menunaikan ibadah di tengah terpaan badai kehidupan yang keras dan persaingan ketat, entah itu tukang sol sepatu atau petani yang punggungnya selalu tertimpa terik matahari atau para abdi negara yang bertugas di perbatasan maupun mereka yang berada di tengah kota yang selalu ditimpa terik panas dan hujan dalam melaksanakan tugasnya.

Mereka adalah orang-orang yang tenggelam di tengah riak gelombang kehidupan, seakan tidak tampak di mata masyarakat karena mereka hanyalah orang biasa yang seakan tidak memiliki pengaruh di tengah masyarakat.     Hanya orang-orang yang memilki 'ainul basyiroh /ketajaman pandang saja yang mampu menangkap fenomena demikan bahwa sebenarnya mereka adalah da’i yang selalu mengajak masyarakat atau bangsanya menuju kesalehan sosial yang sangat kita harapkan dewasa ini.

Tidak kita sadari selama ini bahwa sebenarnya kita selalu berjalan dengan muka tertengadah, seakan tali belenggu melilit leher kita.    Padahal di depan ada lubang, duri dan dinding yang membentang. Sebentar kita terperosok, sebentar kita menginjak duri, sebentar kita terbentur dinding, tidak henti-hentinya keadaan demikian kita alami, membuat sumpek diri kita.    Sebagaimana Allah menggambarkan terhadap orang-orang yang selalu tidak menghiraukan peringatan yang telah Dia sampaikan.

إِنَّا جَعَلْنَا فِي أَعْنَاقِهِمْ أَغْلَالًا فَهِيَ إِلَى الْأَذْقَانِ فَهُمْ مُقْمَحُونَ(8)وَجَعَلْنَا مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ سَدًّا 

وَمِنْ خَلْفِهِمْ سَدًّا فَأَغْشَيْنَاهُمْ فَهُمْ لَا يُبْصِرُونَ

"Sesungguhnya Kami telah memasang belenggu di leher mereka, lalu tangan mereka (diangkat) ke dagu, maka karena itu mereka tertengadah.     Dan kami adakan di hadapan mereka dinding dan di belakang mereka dinding (pula) dan Kami tutup (mata mereka) sehingga mereka tidak dapat melihat.”( QS.Yasiin [36] : 8-9). 

Kini kita harus menyadari bahwa kita tidak lebih pintar dan mulia dalam menangkap hidayah dibanding seorang pembantu rumah tangga yang tekun beribadah, seorang buruh perusahaan yang patuh yang tidak pernah melalaikan sholat, tetangga yang hidup bersahaja yang selalu melangkahkan kaki pergi ke masjid dengan bersarung mengumandangkan azan dan membaca ayat-ayat suci menunggu waktu subuh dan magrib tiba, meskipun kita telah menyandang gelar pendidikan maupun kemuliaan lain di tengah masyarakat. 

Mengapa kita harus enggan dan malu menyematkan kain sarung melangkahkan kaki ke masjid meyambut seruan sholat?   Mengapa harus enggan dan malu ?!     Bukankah itu prototype berpakaian yang benar, bukankah Allah tidak menyukai pakaian yang menampakkan lekuk tubuh ?    Alangkah eloknya hidup ini bila setiap hari kita melihat mereka yang telah mendapat gelar dan kedudukan mulia kemasyarakatan itu dengan menyematkan pakaian sholat, berjalan dari rumah atau kantor menyusuri lorong-lorong kampung menuju surau, mushola atau masjid dekat tempat tinggal mereka.    Bila Anda tidak sanggup melakukan demikian maka Anda adalah seorang yang takut dengan anjing yang menggonggong, padahal dia selamanya tidak akan pernah menggigit.     Bila demikian untuk apa Anda selalu mengenakan jubah kebesaran Anda ?

Inilah potensi besar yang tidak pernah kita sadari, tidak kita fahami padahal secara akademisi mungkin kita lebih tinggi atau secara struktur kemasyarakatan kita lebih mulia.    Seandainya kita mampu memberikan keteladanan seperti yang telah dilakukan mereka, sungguh negeri ini elok rasanya dipandang, cukup dengan meramaikan surau, mushola atau masjid-masjid di sekitar kita.    Sebuah pertanyaan besar, mengapa kita tidak mengetahui potensi besar laksana gajah di depan mata yang seharusnya kita manfaatkan ini , padahal contoh-contoh penyeru sering kita lihat di depan mata dan dengar di sekitar kita berada.

خِِيَارُكُمْ مَنْ ذَكَرَكُمْ بِاللهِ رُؤْيَتُهُ, وَزَادَفِيْ عِلْمِكُمْ مَنْطِقُهُ , وَرَغَبَكُمْ فِيْ الآخِِرَةِ عَمَلَهُ 

Sebaik-baik orang di antara kamu adalah yang apabila melihatnya membuatmu teringat kepada Allah, perkataannya menambah ilmu agamamu, serta amal perbuatannya memberi semangat kepada kalian untuk beramal demi akhirat kalian.” (HR Al Hakim dari Ibn Umar dengan shahih). 1

Saudaraku !!    Hendaklah kita selalu camkan sabda Nabi ini, camkan dan bawalah jangan sampai lepas !! 

وصلّ الله على سيّدنامحمّدٍ وعلى آله و صحبه وسلّم 

Mohon maaf, semoga  untaian kata ini bermanfaat pada diri saya dan jamaah sekalian.    Amiin. Allahu ’alamu bishawabi. 

Bdl, 7 Feb 2012

      BW.

====== 
1 Imam Suyuti. _______. Al Jaamingush Shogir.   Juz II.   Maktab Dar Ihya Alkitab Arabiyah.   
         Indonesia.   Hal. 7.

2 komentar:

  1. Subhanalloh... menyentuh untuk bahan introspeksi kita semua pak kyai, jazakumulloh khairan.

    BalasHapus