by
Budi Wibowo
بسم الله الرّحمان الرّحيم
Rasul bersada:
المُؤمِنُ مِرْاَةُ المُؤمِنِ
“Seorang mukmin adalah cermin bagi mukmin yang lain.” (HS Ath-Thabrani dari Anas)
Mengapa Rasul bersabda demikian? Ada hikmah apa di balik sabda tersebut? Mari kita kupas sejenak:
Semua para Nabi/Rasul itu menjadi teladan pada masanya dan Allah menyudahi penurunan Rasul-Nya setelah mengutus Rasul-Nya bernama Muhammad S.A.W. Untuk apa Allah mengutus para Rasul-Nya itu? Yakni untuk menyempurnakan akhlak para hambaNya, sebagaiman Rasul SAW, bersabda:
إنَّمَا بُعِثْتُ لِاُتَمِّمَ صَالِحَ الاَخْلاَقِ
“Sesungguhnya aku diutus tidak lain hanyalah untuk menyempurnkan kebaikan akhlak.” (HR Baihaqi dar Abu Hurairah)
Oleh karena itu setiap muslim sebagai orang yang beriman memiliki kewajiban untuk memperbaiki moralitas pribadi masing-masing, sehingga setiap muslim dapat menjadi teladan dalam kebaikan di tengah masyarakat.
Ada beberapa makna yang dapat kita petik dari ucapan Rasul SAW bahwa seorang mukmin adalah cermin bagi mukmin lainnya:
1. Kita adalah hamba Allah yang memiliki
kwalitas terbaik.
Sebagaimana Rasul bersbda:
خَيْرُ النَّاسِ قَرْنىِ , ثُمَّا لَّذِيْنَ يَلُونَهُم , ثُمَّا لَّذِيْنَ يَلُونَهُم
"Sebaik manusia adalah generasiku,
kemudian orang sesudah mereka, lalu orang sesudah mereka lagi”. (HR Syaikhan)
Sebagaimana cermin dia terbuat dari bahan pasir tertentu. Jadi cermin terbuat dari bahan pilihan yang memiliki keistimewaan. Demikian pula seorang mukmin seharusnya memiliki keistimewaan-keistimewaan dalam kebaikan di tengah masyarakatnya.
2. Bermanfaat untuk semua orang.
Cermin sangat dibutuhkan untuk memperbaiki penampilan. Oleh karena itu cermin dapat kita temui di setiap tempat tinggal manusia, dari kalangan orang yang mampu hingga golongan kaum duwafa yang tinggal di gubuk seadanya sekalipun.
Mengambil hikmah dari sabda Rasul tersebut tergambar bahwa begitu pula hendaknya seorang mukmin ia menjadi orang yang sangat dibutuhkan oleh semua kalangan dan memberikan manfaat bagi orang lain tanpa membedakan status.
خَيْرُ الناسِ أَنفَعُهُم لِلنَّاسِ
“Sebaik-baik manusia adalah yang
paling bermanfaat bagi orang lain.” (HR ath-Thabrani)
3. Penasehat yang bijak.
Secara sadar atau tidak bila kita menghadap ke cermin, segera kita merapikan penampilan kita bila terlihat ada yang kurang sesuai dengan kehendak kita, baik itu rambut kita atau pakaian yang kita pakai atau yang lainnya, sehingga mejadi penampakan yang enak dipandang oleh kita maupun orang lain. Begitulah cermin secara tidak kita sadari sebenarnya dia menasehati kita akan penampilan kita.
Begitupula kita sebagai orang yang beriman seharusnya kita mampu menasehati sesama mukmin dengan bijak penuh adab kesopanan sehingga orang lain yang kita beri nasehat dengan senang hati bahkan merasa senang bila kita menesahitanya. Berkaitan dengan sifat cermin tersebut rasul bersabda:
خَيْرُكُمْ مَنْ ذَكَّرَكُمْ باِاللهِ رُؤْيَتُهُ وَزَادَفِى عِلْمِكُمْ مَنْطِقُهُ وَرَغَّبَكُمْ فِى الاَخِرَةِ عَمَلُهُ
“ Sebaik-baik orang di antara kalian adalah seseorang yang dapat mengingatkan kalian kepada Allah bila melihatnya, dan perkataannya menambah ilmu agamamu, serta amal perbuatannya dapat memberi semangat kepada kalian untuk beramal demi akhirat kalian”. (HR AL Hakim)
4. Memberi contoh kejujuran
CCermin tidak pernah berbohong kepada orang yang berdiri di depannya. Cermin akan memberikan informasi apa adanya pada orang yang berada di depannya tentang yang bersangkutan.
Mengambil pelajaran dari sifat ini, maka seorang mukmin harus senantiasa berkata jujur kepada siapapun dimanapun.
Rasul pernah ditanya:
“Apakah seorang mukmin mungkin orang yang pengecut?” Beliau menjawab “Ya”. “Apakah seorang mukmin mungkin orang yang kikir?” Beliau menjawab “Ya”. “Apakah seorang mukmin mungkin pendusta?” Beliau menjawab “Tidak”
Pada hadist lain Rasul menjelaskan, kecuali dalam keadaan perang maka seorang mukmin diperbolehkan tidak jujur kepada musuh.
5. Menjaga rahasia
Cermin tidak pernah membuka rahasia kepada siapapun yang pernah berdiri di depannya. Rasul bersabda:
“Barang siapa menutupi aib seseorang maka Allah akan menutupi aibnya di dunia dan diakherat kelak”. (HR Muslim).
6. Membutuhkan orang lain untuk menjaga dan membersihkannya.
Betapapun cermin memiliki berbagai sifat kebaikan, namun ia juga memiliki kekurangan, ia akan pecah kalau tidak dijaga dan dilindungi, ia akan kotor berdebu kalau tidak dibersihkan secara rutin oleh orang yang memakainya.
Jadi sehebat apapaun seorang mukmin ia masih membutuhkan nasehat dan sumbang sih pemikiran dari orang lain. Oleh karena itu sebaiknya orang mukmin hidup di tengah orang-orang shaleh sehingga mereka terpelindungi dari godaan yang menyesatkan
.Wallahu ‘alamu bishawab
Demikian kotbah singkat ini semoga bermanfaat
bagi diri penulis dan jamaah sekalian.
Aamiin.
وصلّى الله على سيّدنا محمّد و على آله و اصحايه وسلّم
بَارَكَ اللهُ لِئ وَلَكُمْ فِيْ الْقُرْ اَنِ الْعَظِمَ
وَنَفَعَنِئ وَ أِيَكُم بِا لاَيَاتِ وَالْذِّكْرِ الْحَكِيْمَ
وَ قُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَ اَنْتَ خَيْرٌ الَّراحِ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar