( Kultum Hikmah Ramadhon )
oleh
Budi Wibowo
Kultum , 23 Juli 2012
3 Romadhan 1433 H
Tempat
Msjd. Baitul Hidayah
Ramadhon adalah Bulan Pembakaran Jiwa
Manusia
بسم الله الرّحمان الرّحيم
Dalam pengadilan akherat nanti golongan pertama yang dipanggil menghadap Allah adalah orang yang membaca dan memahami Al Qur'an, berikutnya adalah orang yang berjuang di jalan Allah dan berikutnya adalah orang yang memiliki harta banyak. Maka ketika masing2 ditanya dan menjawab pertanyaan Allah SWT, Allah menyangkal "Kamu bohong", seraya Malaikatpun terkejut dan berkata " Jadi selama itu Kamu Bohong..?" Kemudian Allah memerintahkan agar mereka dimasukkan ke dalam neraka. (menjalani proses pembakaran).
Pertanyaanya "Maukah Anda sekalian menjalani proses pembakaran seperti mereka saat di akhirat kelak ?" Dapat kita pastikan semua akan menjawab tidak akan mau.
Romadhan dlm bhs Arab juga berarti pembakaran, maka itulah kemungkinan dari sekian banyak argumen mengapa Allah SWT menetapkan kewajiban puasa di bulan tersebut. Dalam kalimat lain seakan Allah berfirman "Bakarlah jiwamu..di dunia ini dengan melaksanakan perintah puasa, daripada kamu kelak menjalani pembakaran di yaumul akhiir.!!!" Sebagaimana kita memisahkan emas dari campuran lain maka untuk mendaptkan kemurnian emas tsb. hrs melalui proses pembakaran. Itulah kemungkinan alasan mengapa Rasul bersabda "Man shoma romadhona imanan wahtisaban gufiro lahu maa taqoddama min dhambihi" (Barang siapa berpuasa di bulan Ramodhan dengan iman dan penuh perhitungan niscaya diampuni dosa2-nya yg telah lalu).
Mari kita manfaatkan momentum romadhon ini sebaik-baiknya, semoga kita dapat menjauhkan diri kita dari hal-hal yang mengotori diri kita lahir maupun bathin, sehingga kita tidak akan mengalami proses pembakaran lagi di akherat kelak. Amiin. (Kultum by BW, 23 Jul 2012, Msjd. Baitul Hidayah, Bdl, Tjk Barat).
6 Romadhan
1433 H
Tempat Msjd. Baitul Hidayah
Puasa Romadhan adalah Ibadah yang Paling Disukai Allah SWT
بسم الله الرّحمان الرّحيم
بسم الله الرّحمان الرّحيم
Titah manusia
di hadapan Tuhannya hanyalah sebagai pengabdi (‘abidun). Entah berapa milyar
atau bahkan trilyuanan manusia telah diciptakan-Nya. Untuk apa ? Sekali lagi
“untuk mengabdi”. Itulah sebab Nabi bersabda sebaik-baik manusia di antara kamu
adalah orang yang terbaik akhlaknya (dengan kata lain yang terbaik
pengabdiannya kepada Allah SWT).
خَيْرٌ النَاسِ احْسَنُهُمْ خُلُقا
Sebaik-baik manusia di antara kamu adalah yg terbaik akhlaknya. (HR Thabrani dari Abdullah bin umar)
Mengapa Nabi mengatakan demikian ? Karena akhlak mulia itu merupakan buah dari keimanan dan Islam.
Suatu saat Nabi ditanya: “Beritahu padaku sebuah amal yang dengan amal tersebut saya dapat masuk syurga. Nabi menjawab wajib bagimu perpuasa, karena ibadah tersebut tidak ada yang meyamainya.” (HR. Ibn Majah).
Dari jawaban Nabi tersebut seharusnya kita bertanya mengapa bukan ibadah yang lain ? Misal Ibadah sholat, haji atau yang lain.
Saat menjalankan ibadah puasa hamba dipaksa untuk selalu dekat dengan Tuhannya dari terbit fajar hingga matahari terbenam. Walaupun hamba berada di tengah keramaian pasar, walaupun hamba tengah berada di tengah kesibukan mencari rejeki, walaupun si hamba di depan wanita cantik yang menggiurkan sekalipun atau lelaki tampan laksana
Hanya Allah SWT-lah yang tahu dan mencatat nilai kedekatan hamba di saat melukan ibadah puasa tsb. Malaikat tidak tahu apalagi manusia, Allah mengungkapkan kekhususannya ibadah puasa ini, sbb
Setiap amal manusia itu untuknya kecuali puasa itu ditujukan untuk-Ku maka Aku yang membalasnya. (HR Bukhori)
Sebenarnya pengejawantahan dari kedekatan inilah ketika menyembul ke permukaan, tampil sebagai akhlak yang mulia pada diri seseorang
Akhlak yang mulia tergambar dengan sikap santun, tidak berkata kotor, tidak dusta, menghormati sesama, tidak sombong, pendek kata segala kearifan harus diterapkan dalam mejalankan ritual puasa di bulan Romadhon.
Allah SWT telah memberikan sinyalemen bahwa tidak akan diterima ibadah puasa seorang hamba ketika hamba tersebut tidak mau meninggalkan perkataan kotor/keji, kebodohan dan perbuatan palsu (yang tidak sesuai dengan kenyataan aslinya).
فَلَيْسَ للهِ حاجةٌ فى أنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَّا بَهُ
“Maka bukan
ditujukan kepada Allahlah dalam meninggalkan makan dan minumnya (puasanya) (HR.
Ibn. Majah).
Jadi puasa adalah proses pemaksaan (penggemblengan) terhadap hamba selama lebih kurang 30 hari. Dengan demikian diharapkan hamba akan terbiasa dengan perbuatan mulia tersebut. Yakni, berakhlak mulia di hadapan Tuhannya maupun di hadapan sesama manusia. Diharapkan kebiasaan baik ini akan tetap terkemas dan diterapkan pada bulan-bulan di luar Romadhon.
Begitu komplek aspek yang didapat dari ibadah puasa ini, pantaslah bila Allah sangat menyukai ibadah tersebut dibanding dengan amal-amal ibadah yang lainnya.
Jelas bahwa goal Ibadah puasa adalah menjadikan manusia berakhlak mulia, dalam Alquran disebut dengan kata mutaqin (orang yang bertaqwa).
Semoga ibadah puasa kita diterima, sehingga bila setiap saat kita meninggalkan dunia ini mendapat syurga-Nya tanpa melalui proses pembakaran lagi. Amiiin. Wallahu ‘alamu bishawabi. (Kultum by BW, 26 Jul 2012, Msjd. Baitul Hidayah, Bdl, Tjk Barat).
Jadi puasa adalah proses pemaksaan (penggemblengan) terhadap hamba selama lebih kurang 30 hari. Dengan demikian diharapkan hamba akan terbiasa dengan perbuatan mulia tersebut. Yakni, berakhlak mulia di hadapan Tuhannya maupun di hadapan sesama manusia. Diharapkan kebiasaan baik ini akan tetap terkemas dan diterapkan pada bulan-bulan di luar Romadhon.
Begitu komplek aspek yang didapat dari ibadah puasa ini, pantaslah bila Allah sangat menyukai ibadah tersebut dibanding dengan amal-amal ibadah yang lainnya.
Jelas bahwa goal Ibadah puasa adalah menjadikan manusia berakhlak mulia, dalam Alquran disebut dengan kata mutaqin (orang yang bertaqwa).
Semoga ibadah puasa kita diterima, sehingga bila setiap saat kita meninggalkan dunia ini mendapat syurga-Nya tanpa melalui proses pembakaran lagi. Amiiin. Wallahu ‘alamu bishawabi. (Kultum by BW, 26 Jul 2012, Msjd. Baitul Hidayah, Bdl, Tjk Barat).
***
Kultum ,
29 Juli 2012
9 Romadhan
1433 H
Tempat Msjd. Baitul Hidayah
Materi Pokok
Bahan Pelajaran di Kampus Romadhon
بسم الله الرّحمان الرّحيم
Akhlakul karimah
atau akhlak yang mulia merupakan ending point yang diharapkan setelah
hamba menjalani ritual puasa satu bulan lamanya di bulan Ramadhan. Ritual itu diulangi sekali setiap tahun
selama hamba masih menghirup udara segar dunia. Dengan terjadinya pengulangan tersebut
diharapakan hamba semakin terbiasa berbuat kebajikan atau dengan kata lain
hamba semakin meningkat kematangan pribadinya
di hadapan Allah SWT. Allah
berfirman bahwa berpuasalah kamu agar kamu menjadi orang yang bertaqwa.(QS Al
Barah [2] :183)
Ulama menyatakan
bahwa orang yang betaqwa itu adalah
orang yang mampu melaksanakan
perintah-Nya dan menjauhi larangan2-Nya.
Allah SWT berfirman bahwa orang yang mulia di antara kamu adalah orang
yang paling bertaqwa. (Al Hujurat[49]:13)
Bila Allah
menyatakan bahwa orang yang paling mulia di antara kamu adalah yang paling
bertaqwa maka selaras bila rasul
bersabda “Sebaik-baik manusia di
antara kamu adalah yang paling baik akhlaknya.” (HR Thabrani dari Abdullah bin umar), karena akhlakul karimah merupakan
pengejawantahan dari sikap taqwa.
Batas mana
identitas ketaqwaan itu menyembul ke
permukaan dalam diri seseorang ketika
berkolaborasi di tengah
masyarakat?
Untuk menjawab
pertanyaan tersebut Allah SWT memberikan gambaran bahwa orang bertaqwa memiliki
ciri sebagai berikkut.
الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ
وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ
يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ(134)وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا
أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ
الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ
يَعْلَمُونَ(135
(Yaitu) orang-orang yang menafkahkan hartanya baik di
waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan
memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah
menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.
Dan (juga) orang-orang yang apabila melakukan perbuatan keji atau
menganiaya diri sendiri mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka
dan siapa lagi yang dapat menagampuni dosa selain dari Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan
kejinya, sedang mereka mengetahui.
(QS Al Imran [3] : 134-135 )
Yakni ciri-ciri orang yang bertaqwa adalah sbb;
- Mampu menafkahkan sebagian hartanya baik di waktu lapang maupun sempit. (Sebagai dermawan)
- Mampu menahan amarah (Sabar)
- Mampu memaafkan kesalahan orang lain
- Selalu ingat kepada Allah ketika
melakukan perbuatan keji atau menganiaya diri
- (Segera) memohon ampun terhadap
dosa-dosa yang telah ia lakukan.
- (Dan) tidak mengulang perbuatan keji, yang telah ia ketahui.
Ke 6 (enam) point
di atas merupakan materi pokok bahan
pelajaran yang diajarkan di tengah
menjalankan ibadah puasa di Kampus Ramadhan.
Jadi ibadah puasa
bukan hanya sekedar menahan makan dan minum belaka tetapi di dalamnya disertakan pendadaran materi ketaqwaan
sebagaimana telah digariskan secara global oleh Allah SWT dalam surat Al Imron
ayat 134-135 di atas.
Silahkan Anda
melakukan interopaksi (muhasabah), apakah Anda telah melaksanakan 6 (enam) point di atas ?
***
Sekedar ulasan sebagai
renungan pada point ke enam yang
diambil dari Firman Allah SWT .
”Dan mereka tidak meneruskan perbuatan
kejinya, sedang mereka mengetahui” (
وَلَمْ
يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ }
Perbuatan keji
pada manusia di antaranya adalah perkataan kotor, dusta, selingkuh atau
korupsi. Pada kalimat tersebut Allah
memerintahkan untuk tidak meneruskan atau mengulang. Ini merupakan bentuk perintah pada hamba agar
melakukan tobat nashuha (murni). Sebagaimana
disebutkan pada ayat sebelumnya (QS Ali Imran [3]:133).
وَسَارِعُوا إِلَى
مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ
”Dan bersegaralah memohon ampunan dari Tuhanmu”
Silahkan Anda
melakukan perhitungan di bulan Ramadhan ini apakah masih ada harta Anda yang
Anda pungut dengan jalan dusta, selingkuh atau korup. Maka ketika kita tahu dan tidak
mengembalikannya, pertanyaan berikutnya adalah apa artinya puasa yang Anda
lakukan, apa artinya Allah SWT selalu memanggil-mangil setiap tahun sekali
untuk mensucikan diri (melakukan tobat nashuha)
di bln Ramadhan ini ?
Semoga kita dapat
memanfaat momentum Romadhan ini dengan sebaik-baiknya. Amiin.
Washolallahu ’ala
sayyidina Muhammadin wa ’ala aalihi wa shahbihi ajma’in wa ba’du.
Allahu ya’lamu
bishowabi. (Kultum by BW, 29 Jul 2012 / 9 Romadhan
1433H, Msjd. Baitul Hidayah, Bdl, Tjk Barat).
***
Kultum ,
31 Juli 2012
11
Romadhan 1433 H
Tempat Msjd. Baitul Hidayah
Ibadah Puasa Menumbuhkan Sikap Dermawan dan Murah
Hati
بسم الله الرّحمان الرّحيم
Cermin akan memantulkan
cahaya bila terkena sinar matahari, pantulan itu akan sempurna bila Si Empunya
selalu melapnya (mebersihkannya).
Demikian juga hati hamba yang beriman, dia akan menjadi bening ketika
hati itu sering disucikan. Pancaran
kebeningan itu akan menyembul pada wajah pemiliknya dalam bentuk kelembutan dan
kasih sayang. Kasih sayang yang mendapat
ridha Allah SWT.
Rasa trenyuh
(hati mudah terketuk) merupakan sikap yang seharusnya dimiliki oleh seorang
muslim. Karena sikap ini memudahkan
hamba untuk bersikap dermawan atau mudah memberi atau menolong. Sikap ini menggambarkan kuatnya kasih sayang
terhadap orang lain selain kepada diri sendiri.
Sikap kasih
sayang mudah kita temukan dalam jalinan
keluarga dekat, seperti halnya Nabi yang
berlinang air mata ketika menyaksikan puteranya Ibrahim meninggal, atau kita dengan saudara atau anak
kita. Rasul SAW mengajarkan bahwa
hubungan kasih sayang itu tidak berhenti pada kerabat dekat saja tetapi harus dilakukan terhadap kaum mukmin yang lain. Jadi kita sesama mukmin adalah saudara. Sebagaiman nabi bersada sbb;
مَثَلُ
المُئْمِنِيْنَ فِىِ تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِِمْ و تَعَاطُُفِهِِمْ كَمَثَلِ
الجَسَدِ إ ذاَ اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى
لَهُ
سَاءِرُ الجَسَدِ بِالسَّهَرِ والحُمَّى
Perumpamaan kaum mukminin dalam jalinan cinta, kasih
sayang dan kedekatan mereka seperti satu
badan. Jika salah satu dari anggota
badan sakit, maka seluruh anggota badan tidak bisa tidur dan sakit demam. (HR Muslim).
Secara implisit,
Tuhan memerintahkan hambanya
“Berpuasalah agar engkau dapat merasakan sembelit-beratnya saudaramu yang kurang mampu.” Dengan melakukan perintah puasa Roamdhon yang penuh penghayatan, menjadikan hati mudah trenyuh ( mudah terkethuk) terhadap
saudara muslim yang kurang mampu. Alangkah
beratnya penderitaan mereka, kurang makan,
sedikit fasilitas bahkan ketika hendak menyekolahkan putra/putrinya
mereka kebingungan dengan biaya yang besar.
Jadi, sebenarnya dengan memerintahkan hamba berpuasa
tersebut Allah SWT hendak menggiring hambanya ke dalam lembah penghayatan yang paling dalam yakni ke lembah suasana
hati penuh ketrenyuhan, yang akan menjadikan pelakunya memiliki sikap
mudah bederma ( mudah berinfak). Tidak
terkecuali mereka golongan yang mampu atau tidak. Dengan demikian pancaran ketaqwaan
akan selalu keluar pada hamba yang
melaksanakan ibadah puasa. Sebagaimana Allah SWT
berfirman bahwa salah satu ciri
dari hamba yang bertaqwa adalah mampu
menafkahkan sebagian rejekinya baik di waktu lapang maupun sempit (Qs Ali Imran
: 134).
Tanpa adanya rasa kasih sayang tidak akan mungkin seorang
hamba mampu berbagi, terlebih bagi
mereka yang tidak banyak memiliki harta.
Dalam suatu hadis dikisahkan bahwa ketika habis berperang
banyak syuhada yang terluka, seorang
syuhada mengaduh kehausan maka tatkala dia dapatkan air, dia mendengar saudara
lainnya juga mengaduh kehausan, maka tak hendak air itu diminumnya, kemudian air itu diberikanlah kepada
saudaranya lain, ketika air hendak diminum, saudara yang lain juga mengaduh
keahausan, maka tak hendak air itu ia minum kemudian diberikanlah air itu
kepada saudaranya yang lain, demikian seterusnya hingga air itu kembali pada
yang pertama mengaduh kehausan. Ketika
air telah sampai orang pertama, orang
tersebut sudah meninggal demikian juga pada orang berikutnya.
Subhanallah, apakah
kita mampu mencontoh mereka ? Begitu
tingginya kepekaan sosial yang mereka miliki,
begitu besar kasih sayangnya terhadap sesama.
Semoga ibadah puasa kita tahun ini menjadi titik tolak kita
sebagai orang yang dermawan dan murah hati
yang menggambarkan pancaran kasih
sayang yang timbul dalam hati dan
sebaliknya bukan sebagai orang yang telah tercabut rasa sayang terhadap
sesama sebagai indikasi orang yang celaka.
اللّهُمَّ
اجْعَلْنَا فِي هَذِهِ اللَيْلَةِ الشَرِيْفَةِ المُبَرَكَةِ مِنَ الشُهَدَاءِ
المَقْبُلِيْنَ وَلا تَجْعَلْنَا مِنَ الاشْقِيَاءِ المَرْدُدِيْنَ
Ya Allah jadikannlah kami di malam mulia yang penuh
barokah ini sebagai syuhada yang engkau terima di sisi-Mu dan janganlah engkau
jadikan kami sebagai orang yang celaka yang
Engkau tolak segala amal ibadah kami di sis-Mu.
(ket: Sebuah potongan
do’a “Kamilin” yang diajarkan ulama dahulu , dibaca setelah selesai sholat
tarweih).
Semoga ibadah puasa kita tahun ini benar-benar menjadi pencuci jiwa, menjadikan beningnya
kalbu sehingga mudah memantul-pancarkan kelembutan dan kasih sayang terhadap
sesama laksana cermin yang memantulkan
cahaya sempurna karena sering ”di-lap”
oleh pemiliknya. Amiiin.
Washolallahu ’ala
sayyidina Muhammadin wa ’ala aalihi wa shahbihi ajma’in wa ba’du.
Allahu ya’lamu
bishowabi. (Kultum by BW, 31 Jul 2012 / 11Romadhan
1433H, Msjd. Baitul Hidayah, Bdl, Tjk Barat).
***
Kultum , 1
Agt 2012
12
Romadhan 1433 H
Tempat Msjd. Baitul Hidayah
Dua Kebahagiaan
Bagi yang Berpuasa
Di Bulan Romadhon.
Dua kebahagian yang diperoleh bagi mukmin yang melaksanakan
puasa di bulan Romadhon menginspirasi kita untuk menelaah lebih jauh, bahwa pada hakekatnya ada dua jenis
kebahagiaan yang diusahakan manusia di
dunia ini. Pertama adalah
kebahagiaan pendek. Yakni kebahagiaan
yang tidak akan pernah dinikmati di akhirat kelak. Kedua adalah kebahagiaan panjang adalah
kebahagiaan yang kelak akan dinikmati hingga yaumil akhir kelak.
Ulama menyebutkan bahwa barang siapa meletakkan dunia dalam
hatinya maka hidupnya akan dikuasai (disetir) dunia. Mereka akan merasakan kebahagiaan pendek karena segala sepak dan terjangnya
hanya melulu untuk meraih kemuliaan dunia saja. Biasanya orang seperti ini akan melakukan
aktivitas mencari rezeki dengan cara apapun tanpa peduli melalui jalan subhat
atau haram sekalipun. Mereka
mengabaikan bahwa mecari rezeki itu sebenarnya merupakan bagian dari ibadah.
Selanjutnya ulama mengatakan bahwa letakkanlah dunia itu di
bawah telapak kakimu, maka engkau akan dapat menguasai dunia. Ini adalah kebalikan dari yang pertama. Orang yang
bersikap demikian dia akan memanfaat dunia ini sebaik-baiknya demi
kemaslahatan hidup di dunia hingga akherat kelak. Golongan demikian adalah
orang yang selalu berfikir bahwa pencarian rezeki adalah bagian dari ibadah,
sehingga mereka hati-hati (Wara’) dalam mencari rezeki dan
memanfaatkannya. Inilah golongan orang
yang akan memproleh kebahagiaan panjang.
Nabi bersabda :
Sesungguhnya amal itu bergantung niat. Setiap orang akan memperoleh berdasarkan apa
yang ia niatkan. Barang siapa gerak dan
langkahnya utk. menuju Allah dan Rasulnya maka dia akan bertemu dengan Allah
dan Rasulnya. Barang siapa gerak dan
langkahnya untuk mencari dunia atau perempuan yang akan dinikahinya, maka dia
akan mendapat apa yang dia tuju (kehendaki).
Bagi mereka yang gerak dan sepak terjangnya dalam pencarian
rezeki senantiasa untuk ibadah maka dia akan memeperoleh dua
kebahagiaan yakni di dunia dan di akherat kelak. Dalam hadist di atas digambarkan bahwa dia
akan bertemu Allah dan Rasulnya.
Kebahagiaan di dunia akan diperoleh sesuai dengan janji Allah, sbb;
Barang siapa yang bertaqwa kepada Allah maka Dia kan memberi rezeki dari
jalan yang tidak disangka-sangka.
Kebahagian di akherat dia akan bersanding dengan para nabi,
syuhada, shidiqin para sholihin, mereka itulah kawan2 yang baik.
Pantai Prigi Kab. Trenggalek (Jatim) |
Kembali pada masalah ibadah puasa Nabi bersabda bahwa ada
dua kebahagiaan yang akan diperoleh bagi orang yang berpuasa pertama adalah
saat berbuka, kedua pada saat bertemu Tuhannya kelak.
Nabi bersabda bahwa banyak sekali orang yang berpuasa hanya
mendapat lapar dan haus saja. Inilah
indikasi mereka yang hanya menikmati kenikmatan dunia saja, kerena mereka tidak
menjaga puasanya. Mereka hanya
merasakan nikmatnya berbuka puasa.
Sebaliknya bagi mereka yang menjaga pusanya dengan penuh perhitungan dia
akan meraih dua kebahagiaan yakni pada saat berbuka dan pada saat di yaumil
akhir kelak dia di sambut oleh Allah SWT.
Ucapan salam dari Tuhannya.
Salamun qoulan min robbi rahiim.
Itulah gambaran bagi mereka yang berpuasa
Allahu ‘alamu bishawab.
Semoga kita dapat melaksanakan momentum puasa ini dengan
sebaik2-nya, sehingga dua kebahagian benar2 kita peroleh. Amiin
ya robbal ‘alamin.
(Kultum
by BW, 1 Agt 2012 / 12 Romadhan 1433H, Msjd. Baitul Hidayah, Tjk Barat, Bdl,).
Kultum , 2
Agt 2012
13
Romadhan 1433 H
Tempat Msjd. Baitul Hidayah
Puasa Mengendalikan Hawa Nafsu
سم الله الرّحمان الرّحيم
Kata ’puasa’
diambil dari bahasa sanskerta, dalam bahasa Arab ’shoum’ yang berarti mengendalikan diri
Apa yang
dikendalikan yang dikendalikan adalah hawa nafsu. Orang yang mampu mengendalikan hawa nafsu
akan nampak sebagai ’penyabar’. Itulah
sebab Nabi bersabda bahwa
”Puasa itu
separohnya adalah sabar” dan
“Sabar merupakan separoh dari iman”
Salah satu ciri orang yang bertaqwa adalah ‘mampu menahan
amarah, atau dengan kata lain adalah sabar.
وَالْكَاظِمِينَ
الْغَيْظَ
dan orang-orang yang menahan amarahnya ((QS Al Imran
[3] : 134-135 )
Ketika pulang dari perang
Badar Rasul menganggap sebagai pulang
dari jihad kecil saja. Jihad yang
besar adalah jihad melawan hawa nafsu atau jihad melawan diri sendiri.
Kita tahu bahwa daerah Arab
adalah daerah yang panas. Dapat kita
bayangkan betapa berat tugas yang
diemban para syuhada dahulu. Ini mengandung
pelajaran bahwa meskipun kita sedang bekerja puasa tetap kita laksanakan. Kecuali dengan alasan2 tertentu kita tidak
dapat melaksanakannya, meskipun demikian kita harus mengganti pada hari yang
lain.
Meskipun demikian rasul
mengatakan bahwa perang Badar adalah salah satu dari jihad kecil saja,
sedangkan jihad yang besar adalah jihad melawan diri sendiri atau hawa
nafsu. Mengapa ?
Jihad tidak akan terjadi
tanpa ada dorongan keinginan (nafsu) mengarah ke sana .
Proses terjadinya jihad itu didahului oleh penaklukan keinginan
yang berlawanan dari jihad yang dituju.
Bila penaklukan itu tidak sempurna maka yang akan terjadi adalah
ketidaksempurnaan dalam berjihad.
Itulah sebab Rasul bersabda, sbb.
لا يُؤمِنُ أحَدُكُمْ حَتَى يَكُونُ هَوَاهُ
تَبَعاً لِمَا جِئْتُ بِهِ
“Masih belum sempurna iman seseorang di antara kalian sebelum keinginannya (nafsunya) mengikuti petunjuk yang kusampaikan (HR. Al Baghawi, Tabrizi, Ibn Abu ‘Ashim, Muttaqi Al-Hindiy, Ibnu Hajar dan Al Khatib). 2
Banyak sekali manfaat sikap
sabar. Di dalam sabar ada ketelitian yang tinggi. Maka pekerjaan yang dilakukan dengan sabar
akan menghasilkan hasil yang lebih baik dibanding pekerjaaan yang dilakukan
oleh orang yang kurang sabar.
Jadi penyabar adalah sikap
orang beriman sebaliknya bukan penyabar atau pemarah bukan merupakan sikap
orang yang beriman.
Semoga kita dapat membawa
hasil puasa di bulan ini pada bulan2 berikutnya. Salah satu bawaan itu adalah sikap sabar
yang telah kita dalami di bulan Romadhon tahun ini. Amiin.
Allahu ‘alamu bishawab.
(Kultum by BW, 2 Agt 2012 / 13 Romadhan 1433H, Msjd.
Baitul Hidayah, Tjk Barat, Bdl,).
***
Kultum ,
14 Agt 2012
25
Romadhan 1433 H
Tempat Msjd. Baitul Hidayah
Mutiara di Balik
Doktrin Zakat Fitrah
بسم الله الرّحمان الرّحيم
Zakat Fitrah adalah sodaqoh yang di wajibkan bagi muslim
yang memiliki kelebihan makanan setelah melaksanakan rangkaian ibadah puasa di
bulan Ramadhan. Mengapa ?
Zakat berarti pencucian, fitrah berarti sikap
dasar manusia yang sering diartikan sebagai jiwa. Ulama menyimpulkan bahwa zakat fitrah adalah
sodaqoh yang ditujukan untuk pencucian jiwa.
Bila kita mengenang kembali masa kanak-kanak atau
memperhatikan dunia anak-anak, kita akan melihat sebagai dunia yang penuh kasih
sayang jauh dari sifat iri dengki dan permusuhan. Rasa iri, dengki, sombong, permusuhan,
kepura-puraan merupkan beberapa contoh penyakit hati yang melekat pada manusia
dan sikap ini tidak kita temukan dalam diri anak pada usia balita.
Kalau toh terjadi sikap ini tidak sampai tersimpan dalam
hati. Lihat mereka sebentar bermain sebentar bertengkar
kemudian bermain lagi tidak ada ganjalan di antara mereka. Bahkan ada yang mengatakan bahwa alam syurga
itu memancar pada dunia anak-anak.
Suasana hati anak-anak menggambarkan kesucian jiwa. Rasul bersabda
فَمَنْ صَامَهُ وَقَامَهُ إِيْمَناً وَاحْتِسَباً
خَرَجَ مِنْ ذُنُوبِهِ كَيَوْمَ وُلِدَتْهُ اُمُهُ
“Maka barang
siapa puasanya dan sholatnya (penuh) dengan rasa iman dan perhitungan (yang
matang) niscaya dia telah terbebas dari dosa2-nya bagaikan bayi yang baru dilahirkan ibunya (HR Ibn Majah).
Semangat saling memberi adalah hembusan yang selalu
ditiupkan ke dalam hati orang yang beriman, bahkan hembusan itu sampai pada
kalimat berkobanlah !! Tujuan
dari semua itu hanyalah perintah agar kita “saling berkasih sayang !!” Ibadah puasa di dalamnya penuh dengan
pelajaran untuk melatih sikap ini.
Semangat saling menyayang terhadap sesama tidak mungkin
terjadi bila dalam diri seseorang masih terdapat penyakit hati yang dalam
istilah lain disebut sebagai kotoran.
Itulah sebab mengapa Allah SWT mewajibkan mengeluarkan zakat bagi setiap
muslim di bulan Ramadhon, tidak pandang bulu mereka kaya atau miskin. Ketentuannya adalah “bagi mereka yang
memiliki kelabihan makanan pokok ”, maka ketika seorang hamba tidak
menyambut seruan tesebut dia masih dalam kondisi yang kotor.
Bahkan Allah SWT belum menerima puasa seseorang sebelum
mereka mengeluarkan zakat fitrah.
Sebagaiman Rasul bersabda;
صَومُ رَمَاضاَنَ
مُعَلَقٌ بَيْنَ السَّماَءِ وَالاَرْضِ وَلاَ يُرْفَعُ إلاَّ بِزَكَاةِ الفِطْرِ
“Puasa romadhon
bergantung di antara langit dan bumi dan tidak akan di angkat(diterima) kecuali (orang yang berpusa) telah menunaikan
zakat fitrah.” ( HR Abu Hafsh bin Syalin).
Jadi perintah zakat pada intinya adalah perintah yang mana
Allah SWT hendak membuktikan kesucian jiwa seseorang setelah dia melaksanakan
perintah ibadah puasa. Sebagaimana
sucinya jiwa anak-anak yang baru dilahirkan ibunya.
Namun fenomena semacam ini jarang sekali yang mampu
menangkapnya. Bagi mereka yang kaya
mungkin terasa sangat ringan sekali mengeluarkan beras 2,5 kg./per jiwa, sebaliknya bagi mereka yang miskin mungkin
sangat berat sekali. Dua suasana antagonis
ini bisa menimbulkan rasa sombong bagi Si Kaya dan rasa eman (kurang
ikhlas) bagi Si Miskin. Jika terjadi
dua hal tersebut maka sebenarnya dalam diri mereka masih ada kotoran atau
penyakit hati, maka puasa Si Kaya dan Si Miskin demikian belum mencapai
kesempurnaan. Mari
kita berlindung dari dua penyakit tersebut,
sehingga ibadah puasa kita di tahun ini dapat mencapai kesempurnaan yang
bulat sempurna. Amiin
Washolallahu ’ala
sayyidina Muhammadin wa ’ala aalihi wa shahbihi ajma’in wa ba’du.
Allahu ya’lamu
bishowabi. (Kultum by BW, 14 Agt 2012 / 25 Romadhan 1433H, Msjd. Baitul
Hidayah, Bdl, Tjk Barat).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar