Terima Kasih Anda Telah Mengunjungi Blog Ini

Blog ini bukan untuk tujuan komersial, bila ada gadget tambahan yang bersifat komersial itu bukan kehendak pemilik blog !

Kamis, 30 Agustus 2012

Hikmah Romadhon

( Kultum Hikmah Ramadhon )
oleh
Budi Wibowo

Kultum , 23 Juli 2012
3 Romadhan 1433 H
Tempat  Msjd. Baitul Hidayah


Ramadhon adalah Bulan Pembakaran Jiwa Manusia

بسم الله الرّحمان الرّحيم


Dalam pengadilan akherat nanti golongan pertama yang dipanggil menghadap Allah adalah orang yang membaca dan memahami Al Qur'an, berikutnya adalah orang yang berjuang di jalan Allah dan berikutnya adalah orang yang memiliki harta banyak. Maka ketika masing2 ditanya dan menjawab pertanyaan Allah SWT, Allah menyangkal "Kamu bohong", seraya Malaikatpun terkejut dan berkata " Jadi selama itu Kamu Bohong..?" Kemudian Allah memerintahkan agar mereka dimasukkan ke dalam neraka. (menjalani proses pembakaran). 

Pertanyaanya "Maukah Anda sekalian menjalani proses pembakaran seperti mereka saat di akhirat kelak ?" Dapat kita pastikan semua akan menjawab tidak akan mau. 

Romadhan dlm bhs Arab juga berarti pembakaran, maka itulah kemungkinan dari sekian banyak argumen mengapa Allah SWT menetapkan kewajiban puasa di bulan tersebut. Dalam kalimat lain seakan Allah berfirman "Bakarlah jiwamu..di dunia ini dengan melaksanakan perintah puasa, daripada kamu kelak menjalani pembakaran di yaumul akhiir.!!!" Sebagaimana kita memisahkan emas dari campuran lain maka untuk mendaptkan kemurnian emas tsb. hrs melalui proses pembakaran. Itulah kemungkinan alasan mengapa Rasul bersabda "Man shoma romadhona imanan wahtisaban gufiro lahu maa taqoddama min dhambihi" (Barang siapa berpuasa di bulan Ramodhan dengan iman dan penuh perhitungan niscaya diampuni dosa2-nya yg telah lalu). 

Mari kita manfaatkan momentum romadhon ini sebaik-baiknya, semoga kita dapat menjauhkan diri kita dari hal-hal yang mengotori diri kita lahir maupun bathin, sehingga kita tidak akan mengalami proses pembakaran lagi di akherat kelak. Amiin. (Kultum by BW, 23 Jul 2012, Msjd. Baitul Hidayah, Bdl, Tjk Barat).

***

 Kultum , 26 Juli 2012
6 Romadhan 1433 H
Tempat  Msjd. Baitul Hidayah

Puasa Romadhan adalah Ibadah yang Paling Disukai Allah SWT

بسم الله الرّحمان الرّحيم


Titah manusia di hadapan Tuhannya hanyalah sebagai pengabdi (‘abidun). Entah berapa milyar atau bahkan trilyuanan manusia telah diciptakan-Nya. Untuk apa ? Sekali lagi “untuk mengabdi”. Itulah sebab Nabi bersabda sebaik-baik manusia di antara kamu adalah orang yang terbaik akhlaknya (dengan kata lain yang terbaik pengabdiannya kepada Allah SWT).


خَيْرٌ النَاسِ احْسَنُهُمْ خُلُقا

Sebaik-baik manusia di antara kamu adalah yg terbaik akhlaknya. (HR Thabrani dari Abdullah bin umar)

Mengapa Nabi mengatakan demikian ? Karena akhlak mulia itu merupakan buah dari keimanan dan Islam. 

Suatu saat Nabi ditanya: “Beritahu padaku sebuah amal yang dengan amal tersebut saya dapat masuk syurga. Nabi menjawab wajib bagimu perpuasa, karena ibadah tersebut tidak ada yang meyamainya.” (HR. Ibn Majah).

Dari jawaban Nabi tersebut seharusnya kita bertanya mengapa bukan ibadah yang lain ? Misal Ibadah sholat, haji atau yang lain. Ada misteri apa gerangan di balik Ibadah puasa itu ?

Saat menjalankan ibadah puasa hamba dipaksa untuk selalu dekat dengan Tuhannya dari terbit fajar hingga matahari terbenam. Walaupun hamba berada di tengah keramaian pasar, walaupun hamba tengah berada di tengah kesibukan mencari rejeki, walaupun si hamba di depan wanita cantik yang menggiurkan sekalipun atau lelaki tampan laksana Yusup AS sekalipun, hamba harus selalu merasa bersama-Nya sehingga tidak akan dan tidak boleh tergodha bujuk rayu apapun. Itulah sebab dikatakan bahwa pada bulan puasa syetan terbelenggu. 

Hanya Allah SWT-lah yang tahu dan mencatat nilai kedekatan hamba di saat melukan ibadah puasa tsb. Malaikat tidak tahu apalagi manusia, Allah mengungkapkan kekhususannya ibadah puasa ini, sbb 

Setiap amal manusia itu untuknya kecuali puasa itu ditujukan untuk-Ku maka Aku yang membalasnya. (HR Bukhori)

Sebenarnya pengejawantahan dari kedekatan inilah ketika menyembul ke permukaan, tampil sebagai akhlak yang mulia pada diri seseorang 

Akhlak yang mulia tergambar dengan sikap santun, tidak berkata kotor, tidak dusta, menghormati sesama, tidak sombong, pendek kata segala kearifan harus diterapkan dalam mejalankan ritual puasa di bulan Romadhon.

Allah SWT telah memberikan sinyalemen bahwa tidak akan diterima ibadah puasa seorang hamba ketika hamba tersebut tidak mau meninggalkan perkataan kotor/keji, kebodohan dan perbuatan palsu (yang tidak sesuai dengan kenyataan aslinya).


فَلَيْسَ للهِ حاجةٌ فى أنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَّا بَهُ


“Maka bukan ditujukan kepada Allahlah dalam meninggalkan makan dan minumnya (puasanya) (HR. Ibn. Majah). 

Jadi puasa adalah proses pemaksaan (penggemblengan) terhadap hamba selama lebih kurang 30 hari. Dengan demikian diharapkan hamba akan terbiasa dengan perbuatan mulia tersebut. Yakni, berakhlak mulia di hadapan Tuhannya maupun di hadapan sesama manusia. Diharapkan kebiasaan baik ini akan tetap terkemas dan diterapkan pada bulan-bulan di luar Romadhon.

Begitu komplek aspek yang didapat dari ibadah puasa ini, pantaslah bila Allah sangat menyukai ibadah tersebut dibanding dengan amal-amal ibadah yang lainnya.
Jelas bahwa goal Ibadah puasa adalah menjadikan manusia berakhlak mulia, dalam Alquran disebut dengan kata mutaqin (orang yang bertaqwa).

Semoga ibadah puasa kita diterima, sehingga bila setiap saat kita meninggalkan dunia ini mendapat syurga-Nya tanpa melalui proses pembakaran lagi. Amiiin. Wallahu ‘alamu bishawabi. (Kultum by BW, 26 Jul 2012, Msjd. Baitul Hidayah, Bdl, Tjk Barat).

***

Kultum , 29 Juli 2012
9 Romadhan 1433 H
Tempat  Msjd. Baitul Hidayah

Materi Pokok  Bahan Pelajaran di Kampus Romadhon

بسم الله الرّحمان الرّحيم

Akhlakul karimah atau akhlak yang mulia merupakan ending point yang diharapkan setelah hamba menjalani ritual puasa satu bulan lamanya di bulan Ramadhan.   Ritual itu diulangi sekali setiap tahun selama hamba masih menghirup udara segar dunia.   Dengan terjadinya pengulangan tersebut diharapakan hamba semakin terbiasa berbuat kebajikan atau dengan kata lain hamba semakin meningkat kematangan pribadinya  di hadapan Allah SWT.  Allah berfirman bahwa berpuasalah kamu agar kamu menjadi orang yang bertaqwa.(QS Al Barah [2] :183) 

Ulama menyatakan bahwa  orang yang betaqwa itu adalah orang yang  mampu melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan2-Nya.    Allah SWT berfirman bahwa orang yang mulia di antara kamu adalah orang yang paling bertaqwa. (Al Hujurat[49]:13)  

Bila Allah menyatakan bahwa orang yang paling mulia di antara kamu adalah yang paling bertaqwa maka selaras  bila rasul bersabda  “Sebaik-baik manusia di antara kamu adalah yang paling baik akhlaknya.” (HR Thabrani dari Abdullah bin umar),   karena akhlakul karimah merupakan pengejawantahan dari sikap taqwa.

Batas mana identitas ketaqwaan itu  menyembul ke permukaan dalam diri seseorang ketika  berkolaborasi di tengah   masyarakat?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut Allah SWT memberikan gambaran bahwa orang bertaqwa memiliki ciri sebagai berikkut.

الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ(134)وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ(135

(Yaitu) orang-orang yang menafkahkan hartanya baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain.   Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.     Dan (juga) orang-orang yang apabila melakukan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri mereka ingat akan Allah,  lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat menagampuni dosa selain dari Allah?  Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya, sedang mereka mengetahui.  (QS Al Imran [3] : 134-135 ) 


Yakni ciri-ciri orang yang bertaqwa adalah sbb;

  1. Mampu menafkahkan sebagian hartanya baik di waktu lapang maupun sempit.  (Sebagai dermawan)
  2. Mampu menahan amarah (Sabar)
  3. Mampu memaafkan kesalahan orang lain
  4. Selalu ingat kepada Allah ketika melakukan perbuatan keji atau menganiaya diri
  5. (Segera) memohon ampun terhadap dosa-dosa yang telah ia lakukan.
  6. (Dan) tidak mengulang perbuatan keji,  yang telah ia ketahui.

Ke 6 (enam) point di atas merupakan materi pokok  bahan pelajaran yang diajarkan  di tengah menjalankan ibadah puasa di Kampus Ramadhan.

Jadi ibadah puasa bukan hanya sekedar menahan makan dan minum belaka tetapi di dalamnya  disertakan pendadaran materi ketaqwaan sebagaimana telah digariskan secara global oleh Allah SWT dalam surat Al Imron ayat 134-135 di atas.

Silahkan Anda melakukan interopaksi (muhasabah), apakah Anda telah melaksanakan  6 (enam) point di atas ? 

***

Sekedar ulasan sebagai renungan pada point  ke enam yang diambil dari Firman Allah SWT  .

 ”Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya, sedang mereka mengetahui” (  وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ }

Perbuatan keji pada manusia di antaranya adalah perkataan kotor, dusta, selingkuh atau korupsi.   Pada kalimat tersebut Allah memerintahkan untuk tidak meneruskan atau mengulang.  Ini merupakan bentuk perintah pada hamba agar melakukan tobat nashuha (murni).    Sebagaimana disebutkan pada ayat sebelumnya (QS Ali Imran [3]:133). 

وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ

Dan bersegaralah memohon ampunan dari Tuhanmu

Silahkan Anda melakukan perhitungan di bulan Ramadhan ini apakah masih ada harta Anda yang Anda pungut dengan jalan dusta, selingkuh atau korup.   Maka ketika kita tahu dan tidak mengembalikannya, pertanyaan berikutnya adalah apa artinya puasa yang Anda lakukan, apa artinya Allah SWT selalu memanggil-mangil setiap tahun sekali untuk mensucikan diri (melakukan tobat nashuha)  di bln Ramadhan ini ?

Semoga kita dapat memanfaat momentum Romadhan ini dengan sebaik-baiknya.  Amiin.

Washolallahu ’ala sayyidina Muhammadin wa ’ala aalihi wa shahbihi ajma’in wa ba’du.
Allahu ya’lamu bishowabi.    (Kultum by BW, 29 Jul 2012 / 9 Romadhan 1433H, Msjd. Baitul Hidayah, Bdl, Tjk Barat).

***

Kultum , 31 Juli 2012
11 Romadhan 1433 H
Tempat  Msjd. Baitul Hidayah

Ibadah Puasa Menumbuhkan Sikap Dermawan dan Murah Hati

بسم الله الرّحمان الرّحيم

Cermin akan memantulkan cahaya bila terkena sinar matahari, pantulan itu akan sempurna bila Si Empunya selalu melapnya (mebersihkannya).   Demikian juga hati hamba yang beriman, dia akan menjadi bening ketika hati itu sering disucikan.   Pancaran kebeningan itu akan menyembul pada wajah pemiliknya dalam bentuk kelembutan dan kasih sayang.  Kasih sayang yang mendapat ridha Allah SWT.

Rasa trenyuh (hati mudah terketuk) merupakan sikap yang seharusnya dimiliki oleh seorang muslim.  Karena sikap ini memudahkan hamba untuk bersikap dermawan atau mudah memberi atau menolong.   Sikap ini menggambarkan kuatnya kasih sayang terhadap orang lain selain kepada diri sendiri.

Sikap kasih sayang mudah kita temukan  dalam jalinan keluarga dekat,  seperti halnya Nabi yang berlinang air mata ketika menyaksikan puteranya Ibrahim meninggal,   atau kita dengan saudara atau anak kita.   Rasul SAW mengajarkan bahwa hubungan kasih sayang itu tidak berhenti pada kerabat dekat saja tetapi  harus dilakukan  terhadap kaum mukmin yang lain.   Jadi kita sesama mukmin adalah saudara.   Sebagaiman nabi bersada sbb;

مَثَلُ المُئْمِنِيْنَ فِىِ تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِِمْ و تَعَاطُُفِهِِمْ كَمَثَلِ الجَسَدِ إ ذاَ اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى
لَهُ  سَاءِرُ الجَسَدِ بِالسَّهَرِ والحُمَّى

Perumpamaan kaum mukminin dalam jalinan cinta, kasih sayang  dan kedekatan mereka seperti satu badan.   Jika salah satu dari anggota badan sakit, maka seluruh anggota badan tidak bisa tidur dan sakit demam.  (HR Muslim).

Secara implisit,  Tuhan memerintahkan hambanya  “Berpuasalah agar engkau dapat merasakan sembelit-beratnya  saudaramu yang kurang mampu.”   Dengan melakukan perintah puasa  Roamdhon  yang penuh penghayatan, menjadikan hati  mudah trenyuh ( mudah terkethuk) terhadap saudara muslim yang kurang mampu.   Alangkah beratnya penderitaan mereka, kurang makan,  sedikit fasilitas bahkan ketika hendak menyekolahkan putra/putrinya mereka kebingungan dengan biaya yang besar.

Jadi, sebenarnya dengan memerintahkan hamba berpuasa tersebut Allah SWT hendak menggiring hambanya ke dalam lembah penghayatan  yang paling dalam yakni ke lembah suasana hati penuh ketrenyuhan, yang akan menjadikan pelakunya memiliki sikap mudah bederma ( mudah berinfak).   Tidak terkecuali mereka golongan yang mampu atau tidak.    Dengan demikian pancaran ketaqwaan akan  selalu keluar pada hamba yang melaksanakan ibadah puasa.     Sebagaimana  Allah SWT  berfirman  bahwa salah satu ciri dari hamba yang bertaqwa  adalah mampu menafkahkan sebagian rejekinya baik di waktu lapang maupun sempit (Qs Ali Imran : 134).   

Tanpa adanya rasa kasih sayang tidak akan mungkin seorang hamba mampu berbagi, terlebih  bagi mereka yang tidak banyak memiliki harta. 

Dalam suatu hadis dikisahkan bahwa ketika habis berperang banyak syuhada yang terluka,  seorang syuhada mengaduh kehausan maka tatkala dia dapatkan air, dia mendengar saudara lainnya juga mengaduh kehausan, maka tak hendak air itu diminumnya,  kemudian air itu diberikanlah kepada saudaranya lain, ketika air hendak diminum, saudara yang lain juga mengaduh keahausan, maka tak hendak air itu ia minum kemudian diberikanlah air itu kepada saudaranya yang lain, demikian seterusnya hingga air itu kembali pada yang pertama mengaduh kehausan.   Ketika air telah sampai orang pertama,  orang tersebut sudah meninggal demikian juga pada orang berikutnya.  

Subhanallah,  apakah kita mampu mencontoh mereka ?  Begitu tingginya kepekaan sosial yang mereka miliki,  begitu besar kasih sayangnya terhadap sesama.  

Semoga ibadah puasa kita tahun ini menjadi titik tolak kita sebagai orang yang dermawan dan murah hati  yang menggambarkan  pancaran kasih sayang yang timbul dalam hati dan  sebaliknya bukan sebagai orang yang telah tercabut rasa sayang terhadap sesama sebagai indikasi orang yang celaka.
  

اللّهُمَّ اجْعَلْنَا فِي هَذِهِ اللَيْلَةِ الشَرِيْفَةِ المُبَرَكَةِ مِنَ الشُهَدَاءِ المَقْبُلِيْنَ وَلا تَجْعَلْنَا مِنَ الاشْقِيَاءِ المَرْدُدِيْنَ

Ya Allah jadikannlah kami di malam mulia yang penuh barokah ini sebagai syuhada yang engkau terima di sisi-Mu dan janganlah engkau jadikan kami sebagai orang yang celaka yang  Engkau tolak segala amal ibadah kami di sis-Mu.  
(ket:  Sebuah potongan do’a “Kamilin” yang diajarkan ulama dahulu , dibaca setelah selesai sholat tarweih).

Semoga ibadah puasa kita tahun ini benar-benar  menjadi pencuci jiwa, menjadikan beningnya kalbu sehingga mudah memantul-pancarkan kelembutan dan kasih sayang terhadap sesama  laksana cermin yang memantulkan cahaya  sempurna karena sering ”di-lap” oleh pemiliknya.  Amiiin.

Washolallahu ’ala sayyidina Muhammadin wa ’ala aalihi wa shahbihi ajma’in wa ba’du.
Allahu ya’lamu bishowabi.    (Kultum by BW, 31 Jul 2012 / 11Romadhan 1433H, Msjd. Baitul Hidayah, Bdl, Tjk Barat).


***

Kultum , 1 Agt 2012
12 Romadhan 1433 H
Tempat  Msjd. Baitul Hidayah

Dua Kebahagiaan Bagi yang Berpuasa
Di Bulan Romadhon.


Dua kebahagian yang diperoleh bagi mukmin yang melaksanakan puasa di bulan Romadhon menginspirasi kita untuk menelaah lebih jauh,  bahwa pada hakekatnya ada dua jenis kebahagiaan yang diusahakan manusia  di dunia ini.    Pertama adalah kebahagiaan  pendek. Yakni kebahagiaan yang tidak akan pernah dinikmati di akhirat kelak.  Kedua adalah kebahagiaan panjang adalah kebahagiaan yang kelak akan dinikmati hingga yaumil akhir kelak.  

Ulama menyebutkan bahwa barang siapa meletakkan dunia dalam hatinya maka hidupnya akan dikuasai (disetir) dunia.   Mereka akan merasakan kebahagiaan  pendek karena segala sepak dan terjangnya hanya melulu untuk meraih kemuliaan dunia saja.   Biasanya orang seperti ini akan melakukan aktivitas mencari rezeki dengan cara apapun tanpa peduli melalui jalan subhat atau haram sekalipun.   Mereka mengabaikan bahwa mecari rezeki itu sebenarnya merupakan bagian dari ibadah.

Selanjutnya ulama mengatakan bahwa letakkanlah dunia itu di bawah telapak kakimu, maka engkau akan dapat menguasai dunia.   Ini adalah kebalikan dari yang pertama.  Orang yang  bersikap demikian dia akan memanfaat dunia ini sebaik-baiknya demi kemaslahatan hidup di dunia hingga akherat kelak. Golongan demikian adalah orang yang selalu berfikir bahwa pencarian rezeki adalah bagian dari ibadah, sehingga mereka hati-hati (Wara’) dalam mencari rezeki dan memanfaatkannya.  Inilah golongan orang yang akan memproleh kebahagiaan panjang.  

Nabi bersabda :

Sesungguhnya amal itu bergantung niat.  Setiap orang akan memperoleh berdasarkan apa yang ia niatkan.   Barang siapa gerak dan langkahnya utk. menuju Allah dan Rasulnya maka dia akan bertemu dengan Allah dan Rasulnya.   Barang siapa gerak dan langkahnya untuk mencari dunia atau perempuan yang akan dinikahinya, maka dia akan mendapat apa yang dia tuju (kehendaki).

Bagi mereka yang gerak dan sepak terjangnya dalam pencarian rezeki  senantiasa untuk  ibadah maka dia akan memeperoleh dua kebahagiaan yakni di dunia dan di akherat kelak.   Dalam hadist di atas digambarkan bahwa dia akan bertemu Allah dan Rasulnya.   Kebahagiaan di dunia akan diperoleh sesuai dengan janji Allah, sbb;

Barang siapa yang bertaqwa kepada Allah maka Dia kan memberi rezeki dari jalan yang tidak disangka-sangka.  

Kebahagian di akherat dia akan bersanding dengan para nabi, syuhada, shidiqin  para sholihin,  mereka itulah kawan2 yang baik.
Pantai Prigi Kab. Trenggalek (Jatim)

Kembali pada masalah ibadah puasa Nabi bersabda bahwa ada dua kebahagiaan yang akan diperoleh bagi orang yang berpuasa pertama adalah saat berbuka, kedua pada saat bertemu Tuhannya kelak.  

Nabi bersabda bahwa banyak sekali orang yang berpuasa hanya mendapat lapar dan haus saja.  Inilah indikasi mereka yang hanya menikmati kenikmatan dunia saja, kerena mereka tidak menjaga puasanya.   Mereka hanya merasakan nikmatnya berbuka puasa.   Sebaliknya bagi mereka yang menjaga pusanya dengan penuh perhitungan dia akan meraih dua kebahagiaan yakni pada saat berbuka dan pada saat di yaumil akhir kelak dia di sambut oleh Allah SWT.   Ucapan salam dari Tuhannya.

Salamun qoulan min robbi rahiim.

Itulah gambaran bagi mereka yang berpuasa



Allahu ‘alamu bishawab.

Semoga kita dapat melaksanakan momentum puasa ini dengan sebaik2-nya, sehingga dua kebahagian benar2 kita peroleh.  Amiin  ya robbal ‘alamin.

(Kultum by BW, 1 Agt 2012 / 12 Romadhan 1433H, Msjd. Baitul Hidayah, Tjk Barat, Bdl,).



***

Kultum , 2 Agt 2012
13 Romadhan 1433 H
Tempat  Msjd. Baitul Hidayah

Puasa Mengendalikan Hawa Nafsu

سم الله الرّحمان الرّحيم

Kata ’puasa’ diambil dari bahasa sanskerta, dalam bahasa Arab ’shoum’ yang berarti  mengendalikan diri
Apa yang dikendalikan yang dikendalikan adalah hawa nafsu.  Orang yang mampu mengendalikan hawa nafsu akan nampak sebagai ’penyabar’.    Itulah sebab Nabi bersabda bahwa

Puasa itu separohnya adalah sabar”  dan

Sabar merupakan separoh dari iman

Salah satu ciri orang yang bertaqwa adalah ‘mampu menahan amarah, atau dengan kata lain adalah sabar.

وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ

dan orang-orang yang menahan amarahnya ((QS Al Imran [3] : 134-135 ) 


Ketika pulang dari perang Badar  Rasul menganggap sebagai pulang dari jihad kecil saja.    Jihad yang besar adalah jihad melawan hawa nafsu atau jihad melawan diri sendiri.  

Kita tahu bahwa daerah Arab adalah daerah yang panas.   Dapat kita bayangkan betapa berat  tugas yang diemban para syuhada dahulu.  Ini mengandung pelajaran bahwa meskipun kita sedang bekerja puasa tetap kita laksanakan.  Kecuali dengan alasan2 tertentu kita tidak dapat melaksanakannya, meskipun demikian kita harus mengganti pada hari yang lain.

Meskipun demikian rasul mengatakan bahwa perang Badar adalah salah satu dari jihad kecil saja, sedangkan jihad yang besar adalah jihad melawan diri sendiri atau hawa nafsu.   Mengapa ?

Jihad tidak akan terjadi tanpa ada dorongan keinginan (nafsu) mengarah ke sana.  Proses terjadinya jihad itu didahului oleh penaklukan  keinginan  yang berlawanan dari jihad yang dituju.    Bila penaklukan itu tidak sempurna maka yang akan terjadi adalah ketidaksempurnaan dalam berjihad.   Itulah  sebab  Rasul bersabda, sbb.

لا يُؤمِنُ أحَدُكُمْ حَتَى يَكُونُ هَوَاهُ تَبَعاً لِمَا جِئْتُ بِهِ

Masih belum sempurna iman seseorang di antara kalian sebelum keinginannya (nafsunya) mengikuti petunjuk yang kusampaikan (HR. Al Baghawi, Tabrizi, Ibn Abu ‘Ashim, Muttaqi Al-Hindiy, Ibnu Hajar dan Al Khatib). 2

Banyak sekali manfaat sikap sabar.  Di dalam sabar  ada ketelitian yang tinggi.   Maka pekerjaan yang dilakukan dengan sabar akan menghasilkan hasil yang lebih baik dibanding pekerjaaan yang dilakukan oleh orang yang kurang sabar.

Jadi penyabar adalah sikap orang beriman sebaliknya bukan penyabar atau pemarah bukan merupakan sikap orang yang beriman.   

Semoga kita dapat membawa hasil puasa di bulan ini pada bulan2 berikutnya.   Salah satu bawaan itu adalah sikap sabar yang telah kita dalami di bulan Romadhon tahun ini.   Amiin.

 Allahu ‘alamu bishawab.

(Kultum by BW, 2 Agt 2012 / 13 Romadhan 1433H, Msjd. Baitul Hidayah, Tjk Barat, Bdl,).

***

Kultum , 14 Agt 2012
25 Romadhan 1433 H
Tempat  Msjd. Baitul Hidayah

Mutiara di Balik Doktrin Zakat Fitrah

بسم الله الرّحمان الرّحيم

Zakat Fitrah adalah sodaqoh yang di wajibkan bagi muslim yang memiliki kelebihan makanan setelah melaksanakan rangkaian ibadah puasa di bulan Ramadhan.   Mengapa ?

Zakat berarti pencucian, fitrah berarti sikap dasar manusia yang sering diartikan sebagai jiwa.  Ulama menyimpulkan bahwa zakat fitrah adalah sodaqoh yang ditujukan untuk pencucian jiwa.  

Bila kita mengenang kembali masa kanak-kanak atau memperhatikan dunia anak-anak, kita akan melihat sebagai dunia yang penuh kasih sayang jauh dari sifat iri dengki dan permusuhan.   Rasa iri, dengki, sombong, permusuhan, kepura-puraan merupkan beberapa contoh penyakit hati yang melekat pada manusia dan sikap ini tidak kita temukan dalam diri anak pada usia balita.
Kalau toh terjadi sikap ini tidak sampai tersimpan dalam hati.  Lihat  mereka sebentar bermain sebentar bertengkar kemudian bermain lagi tidak ada ganjalan di antara mereka.   Bahkan ada yang mengatakan bahwa alam syurga itu memancar pada dunia anak-anak.
Suasana hati anak-anak menggambarkan kesucian jiwa.   Rasul bersabda

فَمَنْ  صَامَهُ وَقَامَهُ إِيْمَناً وَاحْتِسَباً خَرَجَ مِنْ ذُنُوبِهِ كَيَوْمَ وُلِدَتْهُ اُمُهُ
“Maka barang siapa puasanya dan sholatnya (penuh) dengan rasa iman dan perhitungan (yang matang) niscaya dia telah terbebas dari dosa2-nya  bagaikan bayi yang baru dilahirkan  ibunya (HR Ibn Majah).

Semangat saling memberi adalah hembusan yang selalu ditiupkan ke dalam hati orang yang beriman, bahkan hembusan itu sampai pada kalimat berkobanlah !!  Tujuan dari semua itu hanyalah perintah agar kita “saling berkasih sayang !!”    Ibadah puasa di dalamnya penuh dengan pelajaran untuk melatih sikap ini.

Semangat saling menyayang terhadap sesama tidak mungkin terjadi bila dalam diri seseorang masih terdapat penyakit hati yang dalam istilah lain disebut sebagai kotoran.    Itulah sebab mengapa Allah SWT mewajibkan mengeluarkan zakat bagi setiap muslim di bulan Ramadhon, tidak pandang bulu mereka kaya atau miskin.   Ketentuannya adalah “bagi mereka yang memiliki kelabihan makanan pokok ”, maka ketika seorang hamba tidak menyambut seruan tesebut dia masih dalam kondisi yang kotor.

Bahkan Allah SWT belum menerima puasa seseorang sebelum mereka mengeluarkan zakat fitrah.   Sebagaiman Rasul bersabda;


صَومُ رَمَاضاَنَ مُعَلَقٌ بَيْنَ السَّماَءِ وَالاَرْضِ وَلاَ يُرْفَعُ إلاَّ بِزَكَاةِ الفِطْرِ

“Puasa romadhon bergantung di antara langit dan bumi dan tidak akan di angkat(diterima)  kecuali (orang yang berpusa) telah menunaikan zakat fitrah.” ( HR Abu Hafsh bin Syalin).

Jadi perintah zakat pada intinya adalah perintah yang mana Allah SWT hendak membuktikan kesucian jiwa seseorang setelah dia melaksanakan perintah ibadah puasa.  Sebagaimana sucinya jiwa anak-anak yang baru dilahirkan ibunya.

Namun fenomena semacam ini jarang sekali yang mampu menangkapnya.   Bagi mereka yang kaya mungkin terasa sangat ringan sekali mengeluarkan beras 2,5 kg./per jiwa,  sebaliknya bagi mereka yang miskin mungkin sangat berat sekali.   Dua suasana antagonis ini bisa menimbulkan rasa sombong bagi Si Kaya dan rasa eman (kurang ikhlas) bagi Si Miskin.   Jika terjadi dua hal tersebut maka sebenarnya dalam diri mereka masih ada kotoran atau penyakit hati, maka puasa Si Kaya dan Si Miskin demikian belum mencapai kesempurnaan.     Mari kita berlindung dari dua penyakit tersebut,   sehingga ibadah puasa kita di tahun ini dapat mencapai kesempurnaan yang bulat sempurna.   Amiin 

Washolallahu ’ala sayyidina Muhammadin wa ’ala aalihi wa shahbihi ajma’in wa ba’du.
Allahu ya’lamu bishowabi.    (Kultum by BW,  14 Agt 2012 / 25 Romadhan 1433H, Msjd. Baitul Hidayah, Bdl, Tjk Barat).



Tidak ada komentar:

Posting Komentar