by
Budi
Wibowo
بسم الله الرّحمان الرّحيم
Mungkin Allah SWT
tersenyum sinis melihat hamba-Nya yang menguasai harta melimpah.
Besar memang harta yang mereka sedekahkan, sehingga mereka merasa sudah sebagai
dermawan. Padahal nilai harta yang
mereka sedekahkan baru sebatas keharusan.
Mungkin Allah SWT tertawa
gembira, melihat hamba-Nya yang menguasai pengetahuan tetapi sedikit harta. Mereka merasa belum sebagai dermawan padahal
harta yang mereka sedekahkan telah jauh melampaui batas keharusan. Mereka kadang mengorbankan kebutuhannya sendiri ketika melihat orang lain lebih membutuhkan.
Jadi siapa sebenarnya
pemilik kekayaan semu dan siapa pemilik kemiskinan semu ?
***
Firman Allah SWT:
وَلَوْ
شَاءَ اللَّهُ لَجَعَلَكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلَكِنْ لِيَبْلُوَكُمْ فِي مَا
ءَاتَاكُمْ فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ إِلَى اللَّهِ
مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًا
فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ
Sekirannya
Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan satu umat (saja), tetapi Allah hendak
menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat
kebajikan. Hanya kepada Allah-lah
kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan kepadamu apa yang telah kamu
perselihkan. (Q.s Al-Maidah 5 : 48).
Allah berfirman dalam QS Ali Imran : 3:92:
لَنْ
تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّى تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ
شَيْءٍ فَإِنَّ اللَّهَ بِهِ عَلِيمٌ
"Kamu sekali-kali belum sampai kepada
kebaikan yang sempurna, sebelum kamu menafkahkan harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka
sesungguhnya Allah mengetahuinya."
Sabda Rsaulullah:
فَاِنَّ
مَالَهُ مَا قَدَّمَ وَمَالَ وَارِثِهِ مَا اَخَّرَ
"Sesungguhnya harta
(yang kita miliki) sendiri(secara pribadi) adalah sesuatu yang telah
disedekahkan. Sedangkan harta milik ahli
waris adalah sesuatu yang belum sempat disedekahkan" (HR. Bukhari)
Pembahasan
Ayat Al Qur’an Surat Al Maidah :45 tersebut di
atas berkaitan dengan kehendak Allah atau ketetapan Allah atau sunatullah pada
makhluknya bahwa Allah SWT menciptakan manusia dari Nabi Adam sampai dengan bayi
yang baru lahir sekarang tidak ada yang sama.
Walaupun ada anak kembar ternyata sampai sekarang belum ditemukan sidik jari yang sama di antara mereka. Itulah kebesaran Allah SWT.
Mari kita lihat pada buah pisang, misal pisang
”Ambon” ternyata dari jenis yang sama buah itu berbeda-beda, ada yang kenyal, ada
yang lembek, kejadian ini menunjukkan
bahwa pisang memiliki beberapa jenis atau varietas. Demikian juga pada makhluk lain.
Dengan keberagaman itu
justru Allah hendak meletakkan keadilan dan menciptakan keindahan.
وَلَوْ
شَاءَ اللَّهُ لَجَعَلَكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً
Sekirannya Allah menghendaki, niscaya kamu
dijadikan satu umat (saja),
Kita dapat membayangkan seandainya manusia itu
diciptakan dengan wajah sama dan semua
kaya, niscaya tidak akan tercipta keindahan di situ. Sekarang
barulah kita menyadari bahwa Allah SWT
menciptakan keberagaman (pluralitas) itu
memang untuk mewujudkan keindahan.
Sisi lain tujuan penciptaan keberagaman adalah
karena Dia hendak menguji manusia agar berlomba meraih kebaikan.
لِيَبْلُوَكُمْ
فِي مَا ءَاتَاكُمْ فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ
tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap
pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan.
Salah satu bentuk amal kebaikan itu adalah
anjuran menjadi dermawan atau rajin bersedekah. Ternyata setelah ditelusuri kedermawanan pada
seseorang menggambarkan ketaqwaan yang bersangkutan.
هُدًى لِلْمُتَّقِينَ الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ
وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ
Alqur’an itu sebagai petunjuk
bagi orang yang bertaqwa, yaitu orang yang beriman terhadap yang gaib dan menafkahkan
sebagian dari rezekinya. (QS Al Baqarah [2] :2-3).
Penderma dapat kita temukan berdasar kebiasaan mereka
sehari-hari yakni mereka adalah orang-orang yang gemar bersedekah. Ternyata sikap dermawan itu belum tentu didapat pada orang yang memiliki banyak
harta.
Zakat merupakan sedekah yang diwajibkan bagi seorang yang
mengaku sebagai muslim. Ketika kita ngeluarkan
uang atau harta sebesar nilai zakat belumlah kita dikatakan sebagai
dermawan, karena sedekah uang dan
harta yang kita lakukan itu baru sebatas kewajiban. Dikatakan sebagai dermawan bila sedekah
yang kita lakukan telah melampaui nilai yang diwajibkan.
Secara tersirat Rasul bersabda bahwa orang kaya itu belum tentu mereka yang hidupnya kaya
akan harta dan orang yang miskin itu belum tentu mereka yang hidupnya miskin
akan harta bila tolok ukur yang digunakan adalah kedermawanan.
فَاِنَّ
مَالَهُ مَا قَدَّمَ وَمَالَ وَارِثِهِ مَا اَخَّرَ
"Sesungguhnya harta
(yang kita miliki) sendiri(secara pribadi) adalah sesuatu yang telah
disedekahkan. Sedangkan harta milik ahli
waris adalah sesuatu yang belum sempat disedekahkan" (HR. Bukhari)
Nyatanya
kalau kita meninggal, harta yang kita tinggalkan itu dikuasai oleh para ahli
waris kita. Ini adalah harta dalam
bentuk materi. Tetapi ada harta yang
tidak dalam bentuk materi yaitu keahlian dan jasa.
Banyak
manusia bertanya kalau kita tidak punya harta bagaimana mungkin kita
bederma. Kalau tidak punya keahlian
bagaimana mungkin dapat bederma ? Seakan
yang mampu bederma adalah orang yang hartanya banyak dan orang yang memiliki
keahlian. Inilah fenomena yang terjadi
di masyarakat, padahal Allah sengaja menciptakan manusia itu
berbeda.
Ternyata
keadilan Allah itu tidak sampai batas itu.
Orang yang hanya memiliki jasa, kemudian dia menyumbangkan keahliannya (Misal menyumbang pembangunan Masjid) dalam
bentuk tenaganya, pikirannya, apabila dia berpikiran bahwa seandainya dia
memiliki harta seperti si Fulan yang empunya nicaya dia akan bederma lebih
banyak lagi. Rasul mengatakan bahwa apa
yang disumbangkan oleh si tidak empunya tadi nilainya sama atau bahkan
lebih besar daripada si empunya.
وَعَبْدُ رَزَقَهُ اللهُ عِلْمًا وَلَمْ يَرْزُقْهُ مَالاً
فَهُوَ صَادِقُ النِيَّتِهِ يَقُوْلُ لَوْ اَنَّ لِى مَالاً لَعَمِلْتُ بِعَمَلٍ
فُلَانٍ فَهُوَ بِنِيَّتِهِ فَأجْرُهُمَا
سَوَاءٌ
Dan orang yang diberi
pengetahuan oleh Allah SWT tetapi tidak diberi harta kekayaan, sedangkan dia
senantiasa lurus niatnya, seraya berkata :”Seandainya aku mempunyai harta
kekayaan, niscaya aku akan beramal sebagai amal Fulan (Si empunya harta dan ilmu
penegtahuan).” Dengan ketulusan niatnya
itu dia mendapat pahala yang sama dengan yang diterima si empunya harta. (HR Tirmidzi dan Ahmad).
Dengan demikian
dapat kita lihat dan rasakan bahwa ternyata di muka bumi ini ada orang
yang kaya semu dan orang
miskin yang semu.
Semoga kita semua adalah
jamaah kaya dalam arti hakekat kaya yg sebenarnya. Mari kita bercocok tanam tanaman yang
bermanfaat sehingga hasilnya dapat kita pethik di syurga nanti. Amiin.
.
***
Mungkin Allah SWT tersenyum sinis dengan
hamba-Nya yang menguasai harta yang melimpah.
Besar memang harta yang mereka sedekahkan, sehingga mereka merasa sudah sebagai
dermawan. Padahal nilai harta yang
mereka sedekahkan baru sebatas keharusan.
Mungkin Allah SWT tertawa gembira, melihat
hambanya yang menguasai pengetahuan tetapi sedikit harta. Mereka merasa belum sebagai dermawan padahal
harta yang mereka sedekahkan telah melampaui jauh dari batas keharusan. Mereka kadang mengorbankan kebutuhannya sendiri ketika melihat orang lain lebih membutuhkan.
Jadi Siapa sebenaqrnya pemilik kekayaan semu
dan siapa pemilik kemiskinan semu
?
Wallahu ‘alamu bishawabi
pencerahan yang baik pak...
BalasHapussalam kenal .trims