By
Budi Wibowo
بسم الله الرّحمان الرّحيم
Sakit hendaknya menyadarkan kita
bahwa tidak lama lagi kematian akan menjemput kita, terlebih bagi mereka yang
telah berusia di atas 50 tahun. Maka sakit dapat kita ibaratkan
sebagai peringatan atau ”peluit” kematian.
***
Untuk saudaraku yang sedang sakit di pembaringan , saya
berdo’a semoga Allah SWT segera memberi kesembuhan dan menganugerahkan hidayah
kepada Anda semua.
إِنَّ فِي خَلْقِ
السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي
الْأَلْبَاب الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى
جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُون فِي خَلْقِ
السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذَا بَاطِلًا سُبْحَانَك
فَقِنَا عَذَابَ النَّار
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda orang yang berakal , (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata) :” Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia Maha suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. (QS Al Imran:3:190)
Semoga Anda termasuk dalam golongan orang yang berakal
sebagaimana firman Allah di atas.
Mungkin Anda sedang mengalami sakit pada persendian, betapa saya ikut merasakan pedihnya derita
Anda, hendak jongkok susah, dudukpun tidak bisa bertahan lama bahkan tersentuh
airpun terasa ngilu dan nafas menjadi pendek. Ketika matahari terbit agak terasa nyaman
serasa ingin segera berjemur menikmati hangatnya matahari pagi, setelah
semalaman tidak bisa tidur.
Meskipun fisik yang menjadi sasaran tembak ujian tetapi
sebenarnya jiwa yang terkena, karena jiwa inilah yang mampu mengkomunikasikan rasa
sakit kepada isteri/suami kita, anak tetangga dan handai taulan kerabat kita. Bila waktu sholat tiba dengan berat rasanya
badan memenuhi panggilan tersebut,
mungkin bagi mereka yang tidak pernah berbakti kepada-Nya hari-hari dilalui dengan penuh sumpah serapah yang intinya tidak rela badan
ini sakit. Pendek kata lebih baik
kehilangan semua harta benda untuk ditukar dengan sehat bila ada tawaran
demikian.
Pertanyaan besar akan menyelimuti kita,bahwa mengapa
Tuhan menurunkan penyakit pada diri kita
? Oleh karena itu mari kita merenung
sejenak memikirkan hikmah apa yang tekandung di balik ujian ini !
- Sakit menyadarkan betapa nikmatnya sehat.
Tahukah Anda bahwa Allah menciptakan fenomena di jagat raya ini
selalu berpasang-pasangan,sebagaimana Ia berfirman;
سُبْحَانَ
الَّذِي خَلَقَ الْأَزْوَاجَ كُلَّهَا مِمَّا تُنْبِتُ الْأَرْضُ وَمِنْ
أَنْفُسِهِمْ وَمِمَّا لَا يَعْلَمُونَ
“Maha Suci Tuhan
yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang
ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka
ketahui” (QS Yasiin [36]:36).
Di antara pasangan itu adalah sehat berpasangan dengan
sakit. Kita tidak akan pernah merasakan nikmatnya sehat bila belum merasakan
sakit.
Setelah kita diberi
ujian yang berupa sakit, kita sadar bahwa ternyata nikmat sehat itu benar-benar
nikmat yang luar biasa. Dengan sehat kita
dapat beraktivitas mencari nafkah kebutuhan hidup maupun beribadah dengan
sempurna dan yang lebih penting lagi dapat kita pergunakan untuk meningkatkan
ketaqwaan kita.
Rasul bersabda ’
إغتنمْ صِحَتَكَ قَبْلَ سَقمِكَ
”Manfaatkanlah sehatmu sebelum sakitmu”.(HR Al Hakim
dan Baihaki) 1
- Sakit merupakan ”peluit” kematian
Hampir semua
kematian diawali dengan sakit. Yakni
sebagai terjadinya penurunan fungsi
organ tubuh. Bermacam bentuk penurunan
itu, ada yang diawali dari turunnya fungsi ginjal, paru-paru, meningkatnya
kadar kolesterol atau kadar gula dalam darah, kelainan jantung, infeksi
pencernaan, pendek kata beribu jalan Allah SWT menentukan dari mana proses kematian
itu berawal. Dia berfirman ;
أَيْنَمَا تَكُونُوا يُدْرِكُكُمُ الْمَوْتُ وَلَوْ
كُنْتُمْ فِي بُرُوجٍ مُشَيَّدَةٍ
”Dimana saja
kamu berada kematian akan mendapatkanmu, kendatipun kamu di dalam benteng yang
tinggi dan kokoh.”(QS An Nisaa’[4] :78)
Jadi kematian
manusia itu suatu yang pasti dan mutlak merupakan hak Allah SWT yang menentukannya.
Sakit hendaknya
menyadarkan kita bahwa tidak lama lagi kematian akan menjemput kita, terlebih
bagi mereka yang telah berusia di atas 50 tahun. Maka sakit dapat kita ibaratkan sebagai
peringatan atau ”peluit” kematian.
Rasa sakit ketika
menghadapi sekaratul maut sangat luar biasa, ada yang melukiskan bagaikan onta
masuk ke dalam lubang jarum, ada lagi yang melukiskan bagaikan dicabutnya pohon
berduri yang dimasukkan ke dalam perut manusia, lantas setiap duri itu mengait
urat kemudian ditarik oleh seorang yang sangat kuat kemudian terputuslah urat
yang bisa putus dan tersisalah apa yang tidak bisa putus.
Maka dari itu
ketika Nabi Isa AS diuji oleh kaumnya agar menghidupkan orang yang sudah mati, di
bangkitkanlah orang yang sudah mati dalam kubur setelah 4000 tahun. Dan ditanya ”Bagaimana rasanya menghadapi
kematian ?” orang itu menjawab, ”Sakitnya masih terasa sampai sekarang.” Dalam kisah lain disebutkan bahwa kebanyakan
dari mereka yang telah berada dalam kubur ketika ditanya agar hidup lagi di
dunia mereka menolak karena tidak mau menghadapi sakitnya sekaratul maut. Kecuali para mujahid, mereka tidak pernah
merasakan sakit bahkan mereka ingin mengulang lagi perjuangannya di dunia ini. 1a
Namun betapapun
sakitnya, seharusnya kematian tidak perlu kita takutkan jika kita telah waspada
dan siap menyambutnya. Allah berfirman,
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ تَزَكَّى وَذَكَرَ اسْمَ رَبِّهِ
فَصَلَّى
”Sungguh
benar-benar beruntung bagi orang yang telah menyucikan diri (dengan beriman),
dan mengingat nama Tuhannya, lalu dia sholat.”(QS Al ’Alaa [87]:14-15).
Maka saat
menghadapi sekaratul maut orang demikian akan mendapat hiburan dari ”malaikat”
dengan kalimat yang menghibur, yakni
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا
تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا
وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُون نَحْنُ أَوْلِيَاؤُكُمْ فِي
الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةَِ
”Sesungguhnya orang yang mengatakan:”Tuhan kami ialah Allah”, kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka Malaikat akan turun kepada mereka seraya berseru:”Janganlah kamu merasa takut dan kamu bersedih, sebaliknya bergiranglah dengan sorga yang telah dijanjikan untukmu. Kamilah pelindungmu dalam kehidupanmu di dunia dan di akhirat”. (Al Fushilat [41]:30-31 ).
Semoga sakit yang kita derita hanyalah sebagai peluit kematian
sehingga ketika Allah SWT mengembalikan kesehatan kita, kita segera bergegas
untuk mebersihkan diri dari kotoran jiwa kita. Pendek kata senyampang kematian belum menjemput
kita mari kita sucikan dhohir maupun bathin kita.
Orang yang menyadari bahwa sakit itu merupakan warning atau
“peluit” kematian, tentu dia tidak akan main-main memainkan hidup ini. Nabi bersabda bahwa orang yang selalu mengingat kematian dan sekuat
tenaga mepersiapkan kondisi yang sudah pasti tersebut dia termasuk orang yang
cerdik.
الكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفسَهُ وَعَمِلَ لمَا
بَعْدَ المَوْت
“Orang yang cerdik adalah orang yang mengihitung-hitung
(kekurangan ) dirinya dan beramal untuk bekal nanti sesudah mati ( HR Ahmad ,
Tarmizi, Ibn Majah dan Al Hakim) 2
Di hadis lain rasul menyampaikan bahwa tentang hal kematian
sebenarnya merupakan pokok daripada ilmu.
3. Sakit merupakan rahmat Allah SWT.
Sakit merupakan bentuk kasih sayang Allah kepada hambanya,
مَنْ
يُردِ اللهُ بِهِ خَيْراً يُصبْ منْهُ
“Barang siapa
dikehendaki Allah kebaikan maka Dia akan menimpakan ujian padanya.
(HR Bukhori dari Abu harairah).3
Anda sangat beruntung karena Allah telah memberikan sakit,
sehingga Anda dapat merasakan nikmatnya sehat.
Dan hampir tidak ada orang
yang tidak diuji dengan sakit. Sakit
bukanlah kehendak manusia, tidak ada orang yang berniat sakit.
Bahkan Allah melarang hambanya untuk menganiaya diri. Maka dari itu ketika Allah SWT menimpakan
sakit pada hambanya bersamaan itu Dia menaburkan kasih sayangnya kepada
manusia. Nabi bersabda bahwa orang yang
mendapat musibah sakit itu dosanya dihapuskan laksana gugurnya daun dari sebuah
pohon. Sebagaimana Nabi bersabda ;
ماَ مِنْ مُسْلِمِ يُصيْبُهُ أذًى إلاَّ حَاتَّ اللهُ
عَنْهُ خَطَاياهُ كَمَا تَحاتُّ وَرَقُ الشَّجَرِ
“Tidaklah
seorang muslim ditimpa penyakit keuali Allah menggugurkan dosa-dosanya seperti
gugurnya daun pada pohon (HR Buchori) 4
Maka tugas
selanjutnya hamba pasca sakit seharusnya menjaga kesucian tersebut. Inilah momentum yang baik untuk melakukan
muhasabah. Apakah kita sebelumnya banyak melakukan
maksiat, baik melalui lesan maupun tindakan, mengumbar hawa nafsu, menjadi
budhak dunia, sering melakukan kepalsuan, menjadi budhak nafsu, melalaikan
kewajiban, masih menguasai hak orang lain atau menyakiti sesama hamba Allah atau
makhluk Allah yang lain sebelum Allah menurunkan sakit kepada kita ? Maka mulai saat Allah SWT mengembalikan
kesehatan kita, mari kita tinggalkan berbagai bentuk maksiat tersebut, manfaatkan sebaik-baiknya hidup ini agar
tidak menyimpang dari jalan kebenaran.
Jika kita tidak
mampu mengambil kesempatan tersebut berarti kita termasuk orang yang rugi,
termasuk orang yang tidak cerdik dan termasuk orang yang tidak mendapat hiburan
para malaikat ketika menghadapi sekaratul maut.
Na’udzubillahi min dzalika.
Demikian semoga
bermanfaat bagi pembaca sekalian dan khususnya diri penulis sendiri. Amiin.
وصلّ الله على سيّدنامحمّدٍ وعلى آله و صحبه وسلّم
PUSTAKA
Al Qur’an Karim
1 Imam
Suyuti. _______. Al Jaamingush Shogir. Juz I
Maktab Dar Ihya Alkitab Arabiyah. Indonesia.
Hal. 47.
1ª Nashr
Al Faqih. 1995. Tanbihul Ghfilin. Diterjemah
oleh Achmad Sunarto. Balai Buku.
Surabaya.
Juz I. Hal 30 -50
2
Imam Suyuti. _______. Al Jaamingush Shogir. Juz II
Maktab Dar Ihya Alkitab Arabiyah. Indonesia.
Hal. 98.
3,4
Al-Buchori, Al-Sindi. 2011.
Shohih Al Bukhari Dar
Al Kotob Al Ilmiyah. Lebanon. Edisi 5. Juz 4.
Hal. 4
Tidak ada komentar:
Posting Komentar