by
Budi Wibowo
بسالله الرّحمان الرّحيم
Bila Anda keluar dari dimensi manusia Anda akan melihat
begitu sempurnanya Allah SWT menciptakan manusia hingga
sempurna pula manusia melakukan tipu daya. Anda akan menemukan mulut tersenyum bersama hati kecut, mata ke depan hati
ke belakang, berucap ”ya !”
padahal ”tidak !”, memberi tapi mencari
ganti, dermawan yang menerkam, berjubah menutup serakah, menunjuk dengan telunjuk tertekuk, yang lebih menggelikan ada yang merebut
dengan cara bersujud dan masih banyak lagi cara manusia berkelit dan berkamuflase. Kemampuan mereka melebihi
seekor kadal yang paling ahli berkamuflase sekalipun.
***
Padanan kata berkelit adalah menghindar dan
kamuflase adalah penyamaran. Dua istilah tersebut erat kaitannya dengan
perbuatan dusta. Berkelit merupakan bentuk tindakan dusta yang
lebih didominasi oleh lisan, sedangkan
kamuflase merupakan tindakan dusta yang lebih didominasi oleh sikap dalam
bertindak. Perbuatan dusta dilarang oleh agama, pelakunya masuk kategori orang yang tidak beriman.
Sebenarnya dunia ini diciptakan Allah SWT penuh tipu daya. Dalam dunia
flora kita dapat melihat “bunga bangkai’’ bagaimana mereka
memerangkap serangga, demikian juga pada bunga “kantong semar” seperti apa mereka memerangkap mangsanya, dan
berbagai macam flora mengeluarkan bau harum dan madu pada bunganya untuk menarik serangga supaya membantu
penyerbukan. Dalam dunia fauna kita dapat menemukan “burung platuk” (bahasa jawa)
menipu semut agar keluar dari persembunyiannya mematuk seputar lobang dengan
mengeluarkan suara seperti kethuk-an palu kecil yang keras, cicak yang berkelit melepas ekornya untuk menghindar
dari bahaya, buaya yang pura-pura tidur
untuk menjebak mangsanya, yang paling
popular adalah berbagai macam jenis
kadal yang dapat menyesuaikan warna tubuhnya dengan lingkungan di mana mereka berada (berkamuflase) dan pernahkah Anda berfikir bahwa bila tidak ada cahaya maka semua isi
dunia ini akan terlihat hitam (gelap) sehingga kita tidak dapat menikmati keindahan di dalamnya ? Kini kita baru sadar bahwa benar bila Allah SWT dhawuh
(berfirman),
وَمَا
الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ
“Kehidupan dunia itu tidak
lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan” (QS Ali ‘Imran [3] : 185)
Perlu kita fahami bahwa di
balik firman tersebut sebenarnya terdapat
sebuah kalimat yang tersembunyi, bahwa
Allah SWT memperingatkan manusia agar
tidak teperdaya oleh kehidupan dunia.
Itulah sebab Allah SWT menciptakan syurga dan neraka dan menurunkan
kitab dan utusan-Nya untuk membimbing manusia
agar terhindar dari ketertipudayaan.
Dusta yang Diperbolehkan
Agama
Tidak semua dusta itu
dilarang oleh agama. Menurut ulama ada dusta yang boleh
dilakukan, pertama untuk
membela negara dalam peperangan,
الحَرْبُ خَدْعَةٌ
“Perang adalah tipu daya”, (HR. Ahmad, Buhori, Muslim, Abu Dawud dan
Tarmizi, Imam Suyuti mencatat dengan sanad shahih)1
kedua, menjadi juru damai (mendamaikan pihak-pihak
yang bertikai)
لَيْسَ الكَذَّبُ الذي يُصلِحُ بَيْنَ النّاس فَيَنْمي خَيرًا أو
يَقُولُ خَيْرًا
“Bukanlah pendusta orang
yang menyelesaikan perselisihan di antara manusia dengan cara dia menyampaikan
hal-hal yang baik atau dia berkata hal-hal yang baik (HR Ahmad, Buchori,
Muslim, Abu Dawud, Imam Suyuti mencatat dengan sanad shahih) 2
dan ketiga,
untuk menjaga kerukunan rumah tangga. Perhatikan sabda Rasul SAW
berikut;
وَلَمْ أَسْمَعْ يُرَخِّصُ فِي شَيْءٍ مِمَّا يَقُولُ النَّاسُ كَذِبٌ إِلَّا فِي ثَلَاثٍ يَعني: الْحَرْبُ وَالْإِصْلَاحُ بَيْنَ النَّاسِ وَحَدِيثُ الرَّجُلِ امْرَأَتَهُ وَحَدِيثُ الْمَرْأَةِ زَوْجَهَا
“Saya
tidak pernah mendengar diperbolehkannya dusta yang diucapkan oleh manusia
kecuali dalam tiga hal: Dusta dalam peperangan, dusta untuk mendamaikan
pihak-pihak yang bertikai, dan dusta suami terhadap istri atau istri terhadap
suami (untuk kebaikan bersama)”(HR Muslim).3
Barang kali Anda bertanya, bagaimana mungkin
seorang suami atau seorang isteri diperbolehkan berdusta dengan pasangannya
?
Padahal saling keterbukaan, saling jujur atau menyajikan apa
adanya adalah pesan yang telah diwanti-wanti(dipesan)
Allah SWT, dengan firman-Nya sbb;
هُنَّ لِبَاسٌ لَكُمْ وَأَنْتُمْ
لِبَاسٌ لَهُنَّ
“Mereka
itu adalah pakaian bagimu dan kamupun adalah pakaian bagi mereka” (QS Al
Baqarah [2] : 187).
Tidak mungkin statement Nabi SAW
tersebut bertentangan dengan firman Allah SWT. Secara harfiah kata pakaian mengandung makna alat penutup aurat atau bagian
badan yang tidak boleh tampak bagi orang lain. Suami
dikatakan sebagai pakaian isteri dan isteri sebagai pakaian suami, mengandung
makna bahwa tidak patut bila masing-masing anggota pasangan mempertontonkan
aurat atau membuka kekurangan masing-masing, tidak menutupi aib
pasangannya bagi orang lain, sehingga timbullah ketenangan bagi
masing-masing. Menurut Ibn Abbas r.a. mereka itu sebagai
ketenangan bagi kalian, dan kalianpun sebagai ketenangan bagi mereka.4
Jika suami adalah pakaian isteri dan
isteri adalah pakaian suami, sudah seharusnya masing-masing merawat
pakaian tersebut agar tetap baik dan enak dipandang . Salah satu
cara perawatan itu adalah dengan selalu saling membangkitkan rasa gembira,
sehingga rasa saling menyayang di antara keduanya selalu
terjaga. Ancaman besar akan terjadi bila rasa saling sayang
yang timbul pada keduanya hanya berada di permukaan saja, tetapi
ancaman itu tidak akan timbul bila di bawah permukaan tersebut selalu terisi
penuh padat rasa kasih sayang. Dengan demikian ungkapan
kepalsuan yang keluar pada permukaan bukan menjadi ancaman pada masing-masing
pasangan. Seperti ketika isteri memasak kurang sedap suami
tetap mengatakan “Sungguh sangat enak masakanmu, apalagi bila ditambahkan garam
sedikit .” Atau seorang isteri selalu menampakkan keceriaan di
hadapan suaminya meskipun pasangan atau keluarga yang mereka bina sedang
mengalami kesulitan yang berat. Itulah konteks pembicaraan yang
disampaikan Rasul SAW bahwa pada batas tertentu Beliau memperkenankan
dusta antara suami dan isteri.
Bentuk
Dusta yang Dilakukan Manusia
Flora dan fauna semua patuh mengikuti perintah-Nya , mereka berkelit dan berkamuflase sesuai dengan pakem (pathokan) perintah Tuhannya, karena itulah saat kita memasuki dunia flora dan fauna sungguh banyak sekali keunikan dan keindahan yang menghibur, mengingatkan kita betapa agungnya pencipta lukisan itu. Pelukis agung itu berpesan : ”Jangan kau rusak semua itu !!”
وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ
فِي الْأَرْضِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ
”Dan
berbuat baiklah (pada sesama manusia) sebagaimana Allah telah berbuat baik
kepadamu, danjanganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS Al
Qashash [28]:77).
Semua dusta berefek merusak, oleh
karena itu haram hukumnya , kecuali 3 (tiga) hal tersebut di
atas. Allah SWT befirman,
إنما يفتري الكذب الذين لا يؤمنون بآيات الله وأولئك هم الكاذبون
”Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, dan mereka itulah pembohong”. (QS An Nahl [16]:105)
Bila Anda keluar
dari dimensi manusia Anda akan melihat begitu sempurnanya Allah SWT menciptakan
manusia hingga sempurna pula manusia melakukan tipu
daya. Anda akan menemukan mulut tersenyum bersama hati
kecut, mata ke depan hati ke belakang, berucap ”ya !”
padahal ”tidak !”, memberi tapi mencari ganti, dermawan
yang menerkam, berjubah menutup serakah, menunjuk dengan telunjuk
tertekuk, yang lebih menggelikan ada yang merebut dengan cara bersujud
dan masih banyak lagi cara manusia berkelit dan berkamuflase Kemampuan
mereka melebihi seekor kadal yang paling ahli berkamuflase
sekalipun. Sinyalemen
ini telah diisyaratkan Allah SWT dalam firman-Nya.
لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ ثُمَّ
رَدَدْنَاهُ أَسْفَلَ سَافِلِينَ إِلَّا الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا
الصَّالِحَاتِ
”Sungguh
Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya, kemudian Kami
kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya, kecuali orang yang beriman
dan mengerjakan kebajikan”. (QS At Tin [95]:4-6).
Kerendahan
mereka jauh di bawah binatang yang paling hina sekalipun, mereka kelak
ditempatkan pada tempat yang paling bawah di dalam neraka atau menjadi kerak
neraka.
إِنَّ الْمُنَافِقِينَ فِي الدَّرْكِ الْأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ
وَلَنْ تَجِدَ لَهُمْ نَصِيرًا
”Sesungguhnya
orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkat yang paling bawah dari
neraka.” (QS. An Nisaa’ [4]:145).
Na’udzubillahi
min dzalika.
***
Saudaraku,
drama berkelit dan berkamuflase sering terjadi di kantor tempat Anda bekerja, di lingkungan sekitar kita,
di pasar dsb. Kerdil, tidak elegan, bagai bungkus
tidak menggambarkan isi. Sudahlah..! Jangan berkelit
dan berkamoflase !!
وصلّ الله على سيّدنامحمّدٍ وعلى آله و صحبه وسلّم
WaAllahu
’alamu bishawab.
Pustaka
Al
Qur’an Karim
1 Imam Suyuti. _______.
Al Jaamingush Shogir. Juz I
Maktab Dar Ihya Alkitab Arabiyah. Indonesia.
Hal. 151
2 Imam Suyuti. _______. Al
Jaamingush Shogir. Juz II
Maktab Dar Ihya Alkitab Arabiyah. Indonesia.
Hal. 135.
3 Imam Nawawi. 2004 M/1425H. Riyadush Shaalihin.
Dar Al-Kotob Al-Ilmiah. Beyrouth. Lebanon. Cet. VI.
Hal. 316.
4 Muhammad, Abdulah.
Ashaq Asy Syeikh, Abdurahman. 1994.
Lubabut Tafsir Min Ibn Katsir. Diterjemah oleh Abdul
Ghaffar, judul : Tafsir Ibn Katsir. Pustaka Imam asy-
Syafi’i. Bogor.
Jilid 1. hal. 354
Tidak ada komentar:
Posting Komentar