Terima Kasih Anda Telah Mengunjungi Blog Ini

Blog ini bukan untuk tujuan komersial, bila ada gadget tambahan yang bersifat komersial itu bukan kehendak pemilik blog !

Senin, 04 Maret 2013

Sudahlah..! Jangan Berkelit dan Berkamuflase !!


by
Budi Wibowo

بسالله الرّحمان الرّحيم

Bila Anda  keluar dari dimensi manusia Anda akan melihat begitu sempurnanya Allah SWT menciptakan manusia  hingga  sempurna pula  manusia  melakukan tipu daya.  Anda akan menemukan mulut  tersenyum bersama hati  kecut, mata ke depan   hati  ke belakang,  berucap ”ya !” padahal ”tidak !”,   memberi tapi mencari ganti,  dermawan  yang menerkam, berjubah menutup serakah,  menunjuk dengan telunjuk tertekuk,  yang lebih menggelikan ada yang merebut dengan cara bersujud dan masih banyak lagi cara manusia  berkelit dan berkamuflase.   Kemampuan mereka  melebihi  seekor kadal yang paling ahli berkamuflase sekalipun.

***

Padanan kata berkelit adalah menghindar dan kamuflase  adalah penyamaran.    Dua istilah tersebut erat kaitannya dengan perbuatan dusta.   Berkelit merupakan bentuk tindakan dusta yang lebih didominasi  oleh lisan, sedangkan kamuflase merupakan tindakan dusta yang lebih didominasi oleh sikap dalam bertindak.     Perbuatan dusta  dilarang oleh agama, pelakunya  masuk kategori  orang yang tidak beriman. 

Sebenarnya dunia ini diciptakan Allah SWT penuh tipu daya.   Dalam dunia  flora kita dapat melihat “bunga bangkai’’ bagaimana mereka memerangkap serangga, demikian juga pada bunga “kantong semar”  seperti apa mereka memerangkap mangsanya, dan berbagai macam flora mengeluarkan bau harum dan madu pada bunganya  untuk menarik serangga supaya membantu penyerbukan.     Dalam dunia fauna  kita dapat menemukan “burung platuk”  (bahasa jawa)  menipu semut agar keluar dari persembunyiannya  mematuk seputar lobang   dengan mengeluarkan suara seperti kethuk-an palu kecil yang keras,  cicak yang berkelit melepas ekornya untuk  menghindar dari bahaya,  buaya yang pura-pura tidur untuk menjebak mangsanya,  yang paling popular  adalah berbagai macam jenis kadal  yang dapat menyesuaikan  warna tubuhnya dengan  lingkungan di mana mereka  berada (berkamuflase) dan   pernahkah Anda berfikir  bahwa bila tidak ada cahaya maka semua isi dunia ini akan  terlihat hitam (gelap) sehingga kita tidak dapat menikmati keindahan di dalamnya ?   Kini kita baru sadar bahwa  benar bila Allah SWT dhawuh (berfirman),

وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ

“Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan” (QS Ali ‘Imran [3] : 185)

Perlu kita fahami bahwa di balik firman  tersebut sebenarnya terdapat sebuah kalimat yang  tersembunyi, bahwa Allah SWT  memperingatkan  manusia agar  tidak teperdaya oleh kehidupan dunia.    Itulah sebab Allah SWT menciptakan syurga dan neraka dan menurunkan kitab dan utusan-Nya untuk membimbing manusia  agar terhindar dari ketertipudayaan.  

Dusta yang Diperbolehkan Agama

Tidak semua dusta itu dilarang oleh agama.   Menurut ulama  ada dusta yang boleh dilakukan,  pertama untuk membela negara dalam peperangan,
الحَرْبُ خَدْعَةٌ
“Perang adalah tipu daya”, (HR. Ahmad, Buhori, Muslim, Abu Dawud dan Tarmizi, Imam Suyuti mencatat dengan sanad shahih)1

kedua, menjadi juru damai (mendamaikan pihak-pihak yang bertikai)

لَيْسَ الكَذَّبُ الذي يُصلِحُ بَيْنَ النّاس فَيَنْمي خَيرًا أو يَقُولُ خَيْرًا

“Bukanlah pendusta orang yang menyelesaikan perselisihan di antara manusia dengan cara dia menyampaikan hal-hal yang baik atau dia berkata hal-hal yang baik (HR Ahmad, Buchori, Muslim, Abu Dawud, Imam Suyuti mencatat dengan sanad shahih) 2

 dan  ketiga, untuk menjaga kerukunan rumah tangga.   Perhatikan sabda Rasul SAW berikut;  

وَلَمْ أَسْمَعْ يُرَخِّصُ فِي شَيْءٍ مِمَّا يَقُولُ النَّاسُ كَذِبٌ إِلَّا فِي ثَلَاثٍ  يَعني: الْحَرْبُ وَالْإِصْلَاحُ بَيْنَ النَّاسِ وَحَدِيثُ الرَّجُلِ امْرَأَتَهُ وَحَدِيثُ الْمَرْأَةِ زَوْجَهَا



“Saya tidak pernah mendengar diperbolehkannya dusta yang diucapkan oleh manusia kecuali dalam tiga hal: Dusta dalam peperangan, dusta untuk mendamaikan pihak-pihak yang bertikai, dan dusta suami terhadap istri atau istri terhadap suami (untuk kebaikan bersama)”(HR Muslim).3

Barang kali  Anda bertanya,  bagaimana mungkin seorang suami atau seorang isteri diperbolehkan berdusta dengan pasangannya ? 
Padahal saling keterbukaan, saling jujur atau menyajikan apa adanya adalah pesan yang telah diwanti-wanti(dipesan)  Allah SWT, dengan firman-Nya sbb;

هُنَّ لِبَاسٌ لَكُمْ وَأَنْتُمْ لِبَاسٌ لَهُنَّ

“Mereka itu adalah pakaian bagimu dan kamupun adalah pakaian bagi mereka” (QS Al Baqarah [2] : 187).

Tidak mungkin statement Nabi SAW tersebut bertentangan dengan firman Allah SWT.   Secara harfiah kata pakaian mengandung makna alat penutup aurat atau bagian badan yang tidak boleh tampak bagi orang lain.     Suami dikatakan sebagai pakaian isteri dan isteri sebagai pakaian suami, mengandung makna bahwa tidak patut bila masing-masing anggota pasangan mempertontonkan aurat atau membuka kekurangan masing-masing,  tidak menutupi aib pasangannya bagi orang lain, sehingga timbullah ketenangan bagi masing-masing.   Menurut Ibn Abbas r.a.  mereka itu sebagai ketenangan bagi kalian, dan kalianpun sebagai ketenangan bagi mereka.4

Jika suami adalah pakaian isteri dan isteri adalah pakaian suami, sudah seharusnya masing-masing  merawat pakaian tersebut agar tetap baik dan enak dipandang .   Salah satu cara perawatan itu adalah dengan selalu saling membangkitkan rasa gembira, sehingga rasa saling menyayang di antara keduanya selalu terjaga.   Ancaman besar akan terjadi bila rasa saling sayang yang timbul pada keduanya  hanya berada di permukaan saja,  tetapi ancaman itu tidak akan timbul bila di bawah permukaan tersebut selalu terisi penuh padat  rasa kasih sayang.   Dengan demikian  ungkapan kepalsuan yang keluar pada permukaan bukan menjadi ancaman pada masing-masing pasangan.    Seperti ketika isteri memasak kurang sedap suami tetap mengatakan “Sungguh sangat enak masakanmu, apalagi bila ditambahkan garam sedikit .”   Atau seorang isteri selalu menampakkan keceriaan di hadapan suaminya meskipun pasangan atau keluarga yang mereka bina  sedang mengalami kesulitan yang berat.   Itulah konteks pembicaraan yang disampaikan Rasul SAW bahwa pada batas tertentu Beliau  memperkenankan dusta antara suami dan isteri.



Bentuk Dusta yang Dilakukan Manusia

Flora dan  fauna semua patuh mengikuti perintah-Nya , mereka berkelit dan berkamuflase sesuai dengan pakem  (pathokan)  perintah Tuhannya,  karena itulah 
saat kita memasuki dunia flora dan fauna sungguh banyak sekali  keunikan dan keindahan yang  menghibur, mengingatkan kita betapa agungnya pencipta lukisan  itu.   Pelukis agung itu berpesan :  ”Jangan kau rusak semua itu !!”

وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ

”Dan berbuat baiklah (pada sesama manusia) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, danjanganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.  Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS Al Qashash [28]:77).

Semua dusta  berefek merusak, oleh karena itu haram hukumnya , kecuali 3 (tiga) hal tersebut di atas.   Allah SWT befirman,

إنما يفتري الكذب الذين لا يؤمنون بآيات الله وأولئك هم الكاذبون

”Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, dan mereka itulah pembohong”. (QS An Nahl [16]:105)

Bila Anda  keluar dari dimensi manusia Anda akan melihat begitu sempurnanya Allah SWT menciptakan manusia  hingga  sempurna pula  manusia  melakukan tipu daya.   Anda akan menemukan mulut  tersenyum bersama hati  kecut, mata ke depan   hati  ke belakang,  berucap ”ya !” padahal ”tidak !”,   memberi tapi mencari ganti,  dermawan  yang menerkam,  berjubah menutup serakah,  menunjuk dengan telunjuk tertekuk,  yang lebih menggelikan ada yang merebut dengan cara bersujud dan masih banyak lagi cara manusia  berkelit dan berkamuflase     Kemampuan mereka  melebihi  seekor kadal yang paling ahli berkamuflase sekalipun.   Sinyalemen ini telah diisyaratkan Allah SWT dalam firman-Nya.

لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ ثُمَّ رَدَدْنَاهُ أَسْفَلَ سَافِلِينَ إِلَّا الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ

Sungguh Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya, kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya, kecuali orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan”. (QS At Tin [95]:4-6).

Kerendahan mereka jauh di bawah binatang yang paling hina sekalipun, mereka kelak ditempatkan pada tempat yang paling bawah di dalam neraka atau menjadi kerak neraka.

إِنَّ الْمُنَافِقِينَ فِي الدَّرْكِ الْأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ وَلَنْ تَجِدَ لَهُمْ نَصِيرًا

”Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkat yang paling bawah dari neraka.” (QS. An Nisaa’ [4]:145).

Na’udzubillahi min dzalika.

***
Saudaraku, drama berkelit dan berkamuflase sering terjadi   di kantor tempat Anda bekerja, di lingkungan sekitar kita, di pasar dsb.    Kerdil,  tidak elegan,  bagai bungkus  tidak  menggambarkan  isi.   Sudahlah..! Jangan berkelit dan berkamoflase !!
  
وصلّ الله على سيّدنامحمّدٍ وعلى آله و صحبه وسلّم

WaAllahu ’alamu bishawab.


Pustaka

Al Qur’an Karim
1 Imam Suyuti. _______. Al Jaamingush Shogir. Juz I
         Maktab  Dar Ihya Alkitab  Arabiyah. Indonesia.
         Hal.  151
2 Imam Suyuti. _______. Al Jaamingush Shogir. Juz II
         Maktab  Dar Ihya Alkitab  Arabiyah. Indonesia.
         Hal.  135.
3 Imam Nawawi.  2004 M/1425H.  Riyadush Shaalihin.
           Dar Al-Kotob Al-Ilmiah.  Beyrouth.  Lebanon.  Cet. VI.
           Hal. 316.
4  Muhammad, Abdulah.  Ashaq Asy Syeikh, Abdurahman.  1994.
          Lubabut Tafsir Min Ibn Katsir. Diterjemah  oleh Abdul
          Ghaffar, judul : Tafsir Ibn Katsir.   Pustaka  Imam asy-
          Syafi’i.   Bogor. Jilid 1. hal. 354

 


 

 

 

 

 


 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar