Indkasi Kesombong
by
Budi Wibowo
بسم الله الرّحمام
الرّحيم
Janganlah Anda tertipu dengan penampilan
seseorang. Waspadalah !! Kekasih Allah itu hampir tidak bisa kita
bedakan dari kelompoknya, tetapi barulah kita dapat merasakan dengan sikapnya
sehari-hari. Dia adalah orang yang tidak
selalu merasa paling benar, tidak pernah merendahkan orang lain, tidak tamak dan bakhil serta tidak pandai berdusta. Dia adalah orang yang selalu mengajak pada yang ma’ruf
dan tegas memberantas kemungkaran.
***
Dalam pergaulan sehari-hari tidak jarang kita temukan
orang yang tidak pernah memohon maaf, kecuali saat-saat lebaran atau dalam
moment-moment umum yang lain. Yang
jelas ucapan yang dilakukan tersebut bukan mencerminkan sebuah kebiasaan. Kebiasaan adalah suatu tindakan yang telah
berulang. Kebiasaan yang dilakukan secara simultan oleh
suatu masyarakat akan membentuk peradaban atau yang sering kita sebut budaya. Masyarakat dalam unit kecil adalah keluarga. Maka peran keluargalah sebenarnya yang sangat
menentukan karakter individu-individu di tengah masyarakat.
Fenotype (karakter fisik dan non fisik) seseorang
tidak terlepas dari peran genetis dan lingkungan, maka mejadi jelas bahwa
sebenarnya karakter seseorang merupakan hasil interaksi antara dua faktor
tersebut. Di sini menjadi penting peran orang tua dalam mendidik putra putrinya
dan budaya dimana unit kecil itu berada.
Mudah mengarahkan telunjuk kepada orang lain (mudah
menuduh ) mengandung beberapa makna filosofis;
- Merasa selalu paling benar.
- Kurang
mau instropeksi diri.
- Tamak dan bakhil.
- Pandai berdusta.
-
Merasa selalu paling benar
Merasa selalu paling benar berbeda dengan merasa tidak selalu paling benar. Merasa selalu paling benar menggambarkan
sombongnya seseorang, sifat demikan digambarkan dalam Alqur’an, saat penghuni
syurga diperintah untuk sujud, maka sujudlah semuanya kecuali Iblis (Jin yang
tidak patuh).
قَالَ مَا مَنَعَكَ أَلَّا تَسْجُدَ
إِذْ أَمَرْتُكَ قَالَ أَنَا خَيْرٌ مِنْهُ خَلَقْتَنِي مِنْ نَارٍ وَخَلَقْتَهُ مِنْ
طِينٍ
Allah berfirman:”Apakah yang
menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) waktu Aku menyuruhmu?” Menjawab
Iblis:”Saya lebih baik dari padanya : Engkau ciptakan saya dari api sedang dia
Engkau ciptakan dari tanah.” (QS Al-A’raaf [7]:12)
- Kurang mau introspeksi diri
Orang yang selalu merasa paling benar mudah merendahkan orang lain. Sulit sekali menerima masukan atau pendapat
orang lain. Mereka merasa rendah jika
begitu saja menerima masukan orang lain meskipun masukan itu benar adanya. Gengsi
itulah yang lebih mendominasi dirinya dari pada bersikap santun dan
merendah. Orang demikan biasanya mudah
sekali melihat kesalahan orang lain.
Dalam peribahasa sering dinyatakan ; “Kuman di seberang laut tampak,
gajah di depan mata tidak tampak.”
Rasul bersabda;
الكِبْرِ بَطَرُالحَقِّ وَ غَمَتُ النَاسِ
“ Sombong itu adalah menolak
kebenaran dan merendahkan manusia.” (HR. Muslim)
- Tamak dan bakhil
Tamak identik dengan sifat rakus, kedua kata tersebut
mengandung konotasi yang kurang baik pada manusia. Tamak dan rakus mengindikasi besarnya dominasi hawa nafsu pada diri penyandangnya. Ketamakan itu akan menghasilkan hal yang baik
bila seseorang mau mengendalikannya, sebab dengan ketamakan itu manusia mejadi
semangat dalam meraih atau mencapai cita-cita demi menyelamatkan dirinya. Bahkan rasul mengatakan bahwa ketamakan yang
dapat dikendalikan dalam menegakkan kalimat Allah SWt bisa menggambarkan
sebagai kesempurnaan iman seseorang.
Mari kita perhatikan sabda rasul berikut.
لا يُؤمِنُ أحَدُكُمْ حَتَى يَكُونُ هَوَاهُ تَبَعاً لِمَا جِئْتُ
بِه
“Masih belum sempurna iman seseorang di antara kalian sebelum keinginannya (hawa nafsunya) mengikuti petunjuk yang kusampaikan (HR. Al Baghawi, Tabrizi, Ibn Abu ‘Ashim, Muttaqi Al-Hindiy, Ibnu Hajar dan Al Khatib).1
Yang menjadi permasalahan dan menggambarkan kerendahan
tabiat seseorang adalah adalah ketamakan yang tinggi dibarengi dengan sifat bakhil. Simbiose
dua sifat ini menjadikan rendah martabat penyandangnya. Masyarakat akan menjauh darinya.
Bakhil (kikir) sebenarnya sifat yang pada dasarnya
sama halnya dengan tamak, yakni terjadinya dominasi hawa nafsu pada
penyandangnya. Hanya saja bedanya bakhil
terwujud dalam bentuk beratnya seseorang
dalam melepaskan sebagian rejekinya ( dalam hal ini dapat terwujud dalam bentuk
harta atau pengetahuan) pada orang lain.
Allah berfirman :
إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ
مُخْتَالًا فَخُورًا الَّذِينَ
يَبْخَلُونَ وَيَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبُخْلِ وَيَكْتُمُونَ
مَا ءَاتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ
وَأَعْتَدْنَا لِلْكَافِرِينَ عَذَابًا مُهِينًا
Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang yang sombong dan membaga-bagakan diri, yaitu orang yang kikir dan menyuruh orang
lain berbuat kikir dan menyembunyikan karunia Allah yang telah diberikan-Nya
kepada mereka. Dan kami telah
menyediakan untuk orang-orang kafir (kafir nikmat Allah) siksa yang
menghinakannya. (QS An Nisaa’ [4]:36-37).
Ketamakan dan kebkhilan ini dapat kita temukan di
tengah masyarakat tidak pada orang kaya saja tapi juga pada orang miskin bukan
saja pada orang yang menyandang gelar ilmuwan saja tetapi juga pada orang yang
tidak bergelar sekalipun.
- Pandai berdusta (Munafik).
Pandainya seseorang mengkomunikasikan
kebenaran itu dibenarkan agama, ulama menyebutnya dengan sifat “tabligh”.
Tetapi kepandaian ini bila digunakan untuk memutar balikkan fakta
menjadi sangat berbahaya. Sifat
sombong membawa diri merasa paling super diantara orang lain. Perasaan seperti inilah yang menjadikan
manusia berani mempertahankan kedustaan demi menjaga harga diri. Orang demikian biasanya sangat pandai
memutar balikkan fakta atau pandai berkamoplase (dusta).
Sifat demikian sangat dominan melekat pada kaum
munafik, sebagaimana sifat syetan.
إِنَّ الْمُنَافِقِينَ
يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْ وَإِذَا قَامُوا إِلَى الصَّلَاةِ قَامُوا
كُسَالَى يُرَاءُونَ
النَّاسَ وَلَا
يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلَّا قَلِيلًا
Sesungguhnya orang-orang
munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka . Dan apabila mereka berdiri untuk shalat
mereka berdiri dengan malas. Mereka
bermaksud riya’ (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali
sedikit sekali. (QS An NIsaa’ [4]:142).
***
Janganlah Anda tertipu dengan penampilan
seseorang. Waspadalah !! Kekasih Allah itu hampir tidak bisa kita
bedakan dari kelompoknya, tetapi barulah kita dapat merasakan dengan sikapnya
sehari-hari. Dia adalah orang yang tidak
selalu merasa paling benar, tidak pernah merendahkan orang lain, tidak tamak dan bakhil serta tidak pandai berdusta. Dia adalah orang yang selalu mengajak pada yang ma’ruf
dan tegas memberantas kemungkaran.
Semoga
bermanfaat bagi penulis dan pembaca sekalian.
WaAllahu ‘alamu bishawab.
و
صلّ الله على سيّدنا محمّد وعلى آله وصحبه وسلّم
بَارَكَ اللهُ لِئ
وَلَكُمْ فِيْ الْقُرْ اَنِ الْعَظِمَ
وَنَفَعَنِئ وَ أِيَكُم بِا لاَيَاتِ وَالْذِّكْرِ الْحَكِيْمَ
وَ قُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَ اَنْتَ خَيْرٌ الَّراحِمِيْنَ
Bdl, 7 Juni 2018
22
Romadhon 1439 H
1 Ibn Qoyim
Al-Juziah._____.Raudhatul MuhibbiinWanuzhatul
Musytaaqiin
Diterjemah: Zubaidi,B,A,I. 2006. Taman Jatuh
Cinta
dan Rekreasi Orang-Orang Dimabuk Rindu. Irsyad
Baitus Salam. Bandung. Hal.
912.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar