Ahli Syurga
by
Budi Wibowo
بسم الله الرّحمام
الرّحيم
Ahli syurga bukanlah mereka yang berpenampilan seperti ulama dengan jubah yang panjang
dan surban yang selalu melingkar di kepala,
tetapi dia adalah orang yang shabar dan mendirikan sholat. Sebab di dalam keshabaran bersemayam kecerdasan, dalam kecerdasan bersemayan
keyakinan pada Allah dan hari akhir.
Maka ahli syurga pasti gigih
mendirikan sholat sebab kegigihan itu sepadan dengan kegigihan dalam membangun kearifan sosial di sekitarnya, bila tidak pasti ada yang salah dalam sholatnya.
oOo
Allah menciptakan manusia memiliki daya cipta dan karsa. Inilah kelebihan manusian dibanding makhluk
lain. Tuhan bukan sekedar memberi
kemampuan tersebut secara cuma-cuma, tetapi manusia dituntut pertanggung-jawaban
atas pemberian itu (QS At Takatsur [102]: 8].
Konskwensi logis dari kententuan tersebut diciptakanlah syurga dan
neraka. Syurga sebagai bentuk hadiah
atas kepatuhan manusia dalam menuruti perintah-Nya dan neraka sebagai bentuk
hukuman pada manusia yang mengingkari perintah-Nya.
Tidak mudah meraih syurga, banyak persyaratan yang harus ditempuh oleh
manusia. Namun ada beberapa indikasi yang
dapat dilihat pada diri calon ahli
syurga yang tersirat dalam Al Qur’an, yakni bagaimana manusia itu percaya
pada Allah SWt dan percaya hari akhir, kemudian bagaimana manusia itu mendirikan
sholat dan beramal sholeh.
Dua hal tersebut merupakan komponen
dari rukun iman yang bersifat transenden dan rukun islam yang bersifat imanen, adalah dalam segi keyakinan dan bagaimana mewujudkan
keyakinan itu dalam kehidupan nyata.
1
Percaya pada Allah SWt dan hari akhir.
Orang yang mengimani (percaya) adanya Allah SWt dan
hari akhir (kehidupan sesudah mati) dapat menunjukkan 2 (dua) indikasi, yakni kuatnya
pikiran dalam mengendalikan hawa nafsu atau shabar dan kecerdasan seseorang.
- Kuatnya pikiran dalam mengendalikan hawa nafsu atau shabar.
Banyak di antara orang yang mengatakan percaya dengan keesaan Allah dan adanya hari
akhir, tetapi sebenarnya mereka
meragukan keesaan dan hari akhir tersebut.
Terbukti dengan banyaknya pelanggaran atau kemaksiatan atau pengingkaran yang dilakukan mereka. Allah SWt berfirman;
وَمِنَ النَّاسِ
مَنْ يَقُولُ ءَامَنَّا بِاللَّهِ وَبِالْيَوْمِ الْآخِرِ وَمَا هُمْ بِمُؤْمِنِينَ
“Dan di antara manusia ada yang berkata , “Kami beriman kepada Allah
dan hari akhir”, padahal sesungguhnya mereka itu bukanlah orang yang beriman”.
(QS Al Baqarah [2]:8).
Indikasi demikian itu ditunjukkan dengan ketidak-mampuan seseorang dalam mengendalikan hawa nafsu dengan pikiran sehatnya, mudah sekali tersulut
kemarahannya, mudah sekali melontarkan
kata-kata kotor, gampang melemparkan tuduhan yang belum tentu kebenarannya dan
pandai berargumen memutarbalikkan fakta.
Di antara mereka ada orang yang membaca
kitab (ngaji) tetapi tidak sampai menembus sanubari. Rasul mengatakan “ Mereka memahami Alqur’an
hanya sebatas tenggorokan belaka”.
يَخْرُج ُناَسُ مِنْ قِبَلِ المَشْرِقِ
وَ يَقْرَءُونَ القُرْآ نَ
لا
يُجَاوِزُ تَرَاقِيَهُمْ ,
يَمْرُقُونَ مِنَ الدِّينِ كَمَا
يَمْرُقُ السَّهْمُ مِن َالرَّمِيَّةِ,
ثمّ لا يَعُدُونُ فِيهِ حَثَّي يَعُودَ السَّهْمُ اِلَي فُوقِهِ
“ Akan keluar manusia dari arah timur dan membaca Al
Qur’an namun tidak keluar melewati kerongkongan mereka. Mereka melesat keluar dari agama sebagaimana halnya anak panah yang melesat dari
busurnya. Mereka tidak akan kembali
kepadanya hingga anak panah kembali ke busurnya”. (HR. Bukhari).1
Khabar Rasul yang lain menyebutkan,“Barang
siapa beriman pada Allah dan hari akhir hendaklah dia selalu berkata baik atau diam.”(HR Bukhari-Muslim.
Ahmad, Nasai, ibn Majah) 2
مَنْ كَانَ يُؤمِنُ بِاللهِ وَ اليَومِ الاخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْراً
اَوْ لِيَسْكُتْ
Rasul juga
mengabarkan ; “Muslim (yang sempurna) itu adalah orang yang yang membuat
para muslim lainnya selamat dari lesan dan tangannya” (HR Bukhari)3
المُسْلِمُ
مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُوْنَ مِنْ لِسَانِهِ
وَ يَدِهِ
Jadi demikianlah bahwa kuatnya
seseorang dalam mengandalikan hawa nafsu atau shabar menggambarkan kuatnya keyakinan seseorang akan adanya Tuhan dan hari akhir.
- Kecerdasan seseorang.
Rasul bersabda, bahwa orang yang cerdas itu
adalah orang yang selalu mempersiapkan diri untuk menyambut hari akhir
(kematian). Perhatikan hadist berikut;
يارَسُولَ الله أيُ المُؤ مِنِيْنَ
أفْضَلُ؟ قَالَ أخْسَنُهُمْ خُلُقاً : قَالَ فأيُ المُؤمِنِينَ أكْيَسُ ؟ قَالَ
أكثَرُهُمْ للِمَؤتِ ذِكراً و أخْسَنُهُمْ
لِمَا بَعْدَهُ اِسْتِعْدَاداً أؤلَئِكَ الأ كْيَسُ
“ Ya Rasulallah mukmin manakah yang paling baik,
Rasul berkata : “Yang paling baik akhlaknya”. “Lalu mukmin
manakah yang paling cerdas ?” Rasul Bersabda ;” Yang
paling banyak mengingat kematian dan yang paling baik mempersiapkan diri untuk
alam berikutnya, itulah mereka yang paling cerdas.” (HR Ibnu Majah ).
Jadi, kecerdasan seseorang bukan tergambarkan seberapa banyak harta, jabatan serta gelar
akademisnya, tetapi kecerdasan itu tergambar dari betapa
pandainya seseorang mengaplikasikan perintah dan larangan Tuhannya. Semua ini menggambarkan kuatnya seseorang
dalam mengimani keberadaan Tuhan dan adanya pertanggung jawaban di hari akhir.
2
Mendirikan sholat dan beramal sholeh.
Indikasi kepatuhan seseorang dengan Tuhannya terlihat dalam pelaksanaan ibadah sholatnya.
بَيْنَ الْرَّجُلِ
وَالكُفْرِ تَرْكُ الصَّلاَةِ
“Jarak antara seseorang dengan kekafiran ialah meninggalkan sholat”. (HR Muslim).5
Sholat merupakan mi’raj seorang hamba pada Tuhannya. Ketika seseorang telah melakukan sholat
sebenarnya dia telah berada dalam posisi paling dekat dengan Tuhannya. Maka menjadi aneh jika seseorang telah
melakukan sholat tetapi dalam berinteraksi dengan lingkungan tidak
menggambarkan kedekatan dengan Tuhannya.
Artinya sholat seseorang tidak berdampak baik terhadap
lingkungannya. Allah Swt mengkategorikan
orang demikian itu adalah orang yang lalai dalam sholatnya.
فَوَيْلٌ
لِلْمُصَلِّينَ الَّذِينَ هُمْ عَنْ
صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ
“Maka celakalah orang yang shalat, yaitu orang yang lalai dalam
shalatnya.” (QS Al-Ma’un [107]:4-5)
Bila interaksi dengan masyarakat telah menjadikan keras dan kakunya
seseorang dalam menjalin hubungan dengan sesamanya, jelas ada yang salah dalam sholatnya. Maka dari itu
Rasul mengabarkan bahwa yang pertama dihisab (diperiksa) oleh Tuhan di saat menghadapNya
adalah sholatnya.
أوَلُ مَا
يُحَاسَبُ يِهِ الْعَبْدُ يَوٍمَ ألْقِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ الصَّلَاتُهُ فَإنْ صَلَحَتْ
صَلَحَ لَهُ سَاءِرَ عَمَلِهِ
وإِنْ
فَسَدَتْ فَسَدَ سَاءِرَ عَمَلِهِ
“Pertama-tama perbuatan manusia yang akan dihisab
pada hari qiyamat adalah shalatnya. Jika
shalatnya baik maka baiklah seluruh amalnya dan jika rusak buruklah semua
amalnya”(HR Thobroni)6
إنَّ الصَّلَّةَ تَنْهَى
عَنِى
الفَحْشَءِ وَالمُنْكَرِ
“Sesungguhnya sholat itu
mencegah perbuatan keji dan mungkar”. (QS. Ankabut:[29]: 45)
Selain mendampak positip terhadap lingkungan, sholat juga menggambarkan
kedisiplinan dan kepatuhan melaksanakan perintah-Nya.
Dari uraian itu semua tergambar bahwa bagaimana seseorang dengan pelaksanaan sholatnya membawa keberuntungan pada dirinya.
Demikian uraian menelisik indikasi ahli syurga di
dunia ini.
Semoga bermanfaat.
oOo
Kata Bijak
Ahli syurga bukanlah mereka yang
berpenampilan seperti ulama dengan jubah yang panjang dan surban yang
selalu melingkar di kepala, tetapi dia adalah
orang yang shabar dan mendirikan sholat.
Sebab di dalam keshabaran
bersemayam kecerdasan, dalam kecerdasan
bersemayan keyakinan pada Allah
dan hari akhir. Maka ahli syurga pasti gigih mendirikan sholat sebab kegigihan itu
sepadan dengan kegigihan dalam membangun kearifan sosial di sekitarnya, bila tidak pasti ada yang salah
dalam sholatnya.
Sungguh beruntung orang yang menyucikan
diri dan mengingat nama Tuhannya, lalu
dia mendirikan sholat. (QS Al A’la [87]:14-15).
Wallahu ‘alamu bishawabi.
و صلّ الله على سيّدنا محمّد وعلى
آله وصحبه وسلّم
بَارَكَ اللهُ لِئ وَلَكُمْ فِيْ
الْقُرْ اَنِ الْعَظِمَ
وَنَفَعَنِئ وَ أِيَكُم بِا
لاَيَاتِ وَالْذِّكْرِ الْحَكِيْمَ
وَ قُلْ رَبِّ اغْفِرْ
وَارْحَمْ وَ اَنْتَ خَيْرٌ الَّراحِمِيْن
________________
1NU On line 28 Juli 2016, www.nu.or.id
2Imam Suyuti. _______. Al Jaami’ush
Shogir. Maktab
Dar Ihya AlKitab Arabiyah. Juz
2. Indonesia. Hal. 179
3 Imam Suyuti. _______. Al Jaami’ush
Shogir. Maktab
Dar Ihya AlKitab Arabiyah. Juz 2. Indonesia. Hal. 186.
5Al Jazari. Abu Bakar Jabir. 2006.
Minhajul Muslimin. Daril Bayani Lingulumil Quraani.
Bairut Libanon. Hal. 166.
Bairut Libanon. Hal. 166.
6 Imam Suyuti. _______. Al Jaami’ush
Shogir. Maktab
Dar Ihya AlKitab Arabiyah. Juz 1.
Indonesia. Hal. 112.
Bdl, 30 NOp '18
BW
Tidak ada komentar:
Posting Komentar