Memilih Pemimpin
by
Budi Wibowo
بسم الله الرّحمام
الرّحيم
Tuhan berpesan bahwa
tiadalah Dia mengutus manusia pilihan-Nya melainkan untuk menciptakan kasih
sayang bagi semesta alam (QS. 21:107).
Maka seorang pemimpin adalah orang pilihan yang harus pandai meneruskan
pesan tersebut di tengah masyarakat.
***
Rasul berpesan “Takutlah kalian terhadap firasat orang yang beriman,
karena sesungguhnya dia melihat dengan cahaya (petunjuk) Allah.”(HR Tumudzi). Hadist ini menggambarkan tentang ketajaman
seseorang dalam melihat fenomena di dunia ini.
Hadist ini juga menggambarkan pandainya seseorang mengambil hikmah dan
mengutarakan fenomena yang akan terjadi berdasarkan sebab yang telah mendahului
(fakta qauliyah dan kauniah) yang telah diperolehnya.
Iman memiliki tingkatan yakni dari yang lemah hingga yang kuat. Kekuatan iman itu bergantung dari sebarapa
berani seseorang dalam menegakkan kalimat Allah.
Berdasarkan kekuatan inilah Allah SWt mengajari hamba-Nya untuk memilih pemimpin (khalifah) di muka bumi
ini. Maka pemimpin harus memenuhi syarat-syarat sebagaimana
Dia ajarkan seperti berikut;
- Memiliki keberanian dan karya yang besar serta ketajaman berpikir.
Allah SWt telah mengajari
manusia dalam memilih pemimpin di muka bumi ini sebagaimana tersurat dalam Alqur’an :
وَاذْكُرْ عِبَادَنَا إبْرَاهِيمَ وَإِسْحَاقَ
وَيَعْقُوبَ أُولِي الْأَيْدِي وَالْأَبْصَارِ
“Dan ingatlah hamba-hamba Kami
Ibrahim, Ishaq dan Yakub yang mempunyai perbuatan-perbuatan yang besar dan
ilmu-ilmu yang tinggi. (QS Ash-Shaad [38]:45).
Ibrahim adalah seorang pemimpin, berdasar ayat di atas terdapat dua
ciri pada seseorang yang layak menjadi pemimpin;
a. Ulil aidiy ( أُولِي الْأَيْدِي ),
yakni memiliki keberanian luar biasa melakukan (mengeksekusi) perbuatan-perbuatan
yang besar, seperti menghancurkan segala bentuk kedzoliman, mebangun
infrastruktur kedamaian dan keadilan di tengah masyarakat.
b. Ulil abshor ( أُولِيي الْأَبْصَارِ ), yakni memiliki ketajaman yang tinggi dalam menangkap ilmu agama, tercermin dalam akhlak kesehariannya. Keadaan ini dijelaskan Allah pada ayat berikutnya (QS Ash-Shaad [38]:46)
b. Ulil abshor ( أُولِيي الْأَبْصَارِ ), yakni memiliki ketajaman yang tinggi dalam menangkap ilmu agama, tercermin dalam akhlak kesehariannya. Keadaan ini dijelaskan Allah pada ayat berikutnya (QS Ash-Shaad [38]:46)
- Memiliki keteladanan di masyarakat.
Rasul
bersabda,
ألمُؤِ ْ مِنُ مِرِأةُ المُؤِمِنِ
“Seorang mukmin adalah cermin bagi
mukmin yang lain” (HR Ath-Thabroni)
Cermin
dalam hal ini bermakna sebagai teladan, maka pemimpin adalah
teladan bagi rakyatnya. Tentu
keteladanan itu ditunjukkan melalui segala ucapan dan tindakan mulia yang terlihat kesehariannya.
Sebelum diangkat menjadi Rasul, Muhammad SAW mendapat julukan sebagai Al Amin (orang yang dipercaya). Gelar seperti itu terjadi sebagai akumulasi sikap-sikap dalam waktu yang lama bukan sekedar karbitan sebagaimana banyak orang ambisius menjadi pemimpin di jaman sekarang.
Sebelum diangkat menjadi Rasul, Muhammad SAW mendapat julukan sebagai Al Amin (orang yang dipercaya). Gelar seperti itu terjadi sebagai akumulasi sikap-sikap dalam waktu yang lama bukan sekedar karbitan sebagaimana banyak orang ambisius menjadi pemimpin di jaman sekarang.
الْخَيْرُ عاَدَةٌ
وَالشَّرُّ لُجَاجَةٌ وَمَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِهْهُ
فِى الدِّيْنِ
“Kebaikan itu dari
kebiasaan, keburukan itu dari pemaksaan, dan barang siapa dikehendaki Allah
mendapatkan kebaikan, maka Dia akan menjadikannya paham tentang agama” (H.R
Ath-Thabrani )
Keteladanan itu memancar dari calon pemimpin melalui
berbagai sudut sebagaimana Rasul bersabda;
خِيَارُكُمْ
مَنْ ذَكَرَكُمْ بِاللهِ رُؤْيَتُهُ, وَزَادَفِيْ عَمَلِكُمْ مَنْطِقُهُ ,
وَرَغَبَكُمْ فِيْ الآخِرَةِ عَمَلَهُ
Sebaik-baik
orang di antara kamu adalah yang apabila melihatnya membuatmu teringat kepada
Allah, perkataannya menambah amal kebaikanmu, dan amal perbuatannya
memotivasimu untuk meraih kebahagiaan akhirat (HR. Al Hakim).
Dari sabda-sabda Rasul tersebut para ulama menetapkan 4 (empat) hal dalam menilai
seseorang sehingga pantas menjadi teladan, yakni
- Benar
dalam ucapan dan tindakan
(ash-shidiq),
- Dapat
dipercaya dalam segala urusan yang diamanatkan kepadanya (al-amanah),
- Mampu
mengkomonikasikan amanah yang dibebankan padanya (at-tabligh),
- Kreatif (cerdik) dan bijaksana dalam segala hal (al-fathonah).
Demikian pedoman memilih pemimpin sebagaimana
telah diajarkan oleh Allah dan Rasul-Nya.
Allahu ‘alamu bishawab.
Semoga tulisan singkat ini bermanfaat pada diri penulis
dan pembaca sekalian. Amiin.
و صلّ الله على سيّدنا محمّد وعلى
آله وصحبه وسلّم
بَارَكَ
اللهُ لِئ وَلَكُمْ فِيْ الْقُرْ اَنِ الْعَظِمَ
وَنَفَعَنِئ وَ أِيَكُم
بِا لاَيَاتِ وَالْذِّكْرِ الْحَكِيْمَ
وَ قُلْ رَبِّ اغْفِرْ
وَارْحَمْ وَ اَنْتَ خَيْرٌ الَّراحِمِيْنَ
Bdl, 12 Apr
‘18
25 Rajab 1439 H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar