Terima Kasih Anda Telah Mengunjungi Blog Ini

Blog ini bukan untuk tujuan komersial, bila ada gadget tambahan yang bersifat komersial itu bukan kehendak pemilik blog !

Kamis, 12 April 2018

Memilih Pemimpin

Memilih Pemimpin 
by
Budi Wibowo

بسم الله الرّحمام الرّحيم

Tuhan berpesan bahwa tiadalah Dia mengutus manusia pilihan-Nya melainkan untuk menciptakan kasih sayang bagi semesta alam (QS. 21:107).  Maka seorang pemimpin adalah orang pilihan yang harus pandai meneruskan pesan tersebut di tengah masyarakat.
***
Rasul berpesan “Takutlah kalian terhadap firasat orang yang beriman, karena sesungguhnya dia melihat dengan cahaya (petunjuk) Allah.”(HR Tumudzi).  Hadist ini menggambarkan tentang ketajaman seseorang dalam melihat fenomena di dunia ini.  Hadist ini juga menggambarkan pandainya seseorang mengambil hikmah dan mengutarakan fenomena yang akan terjadi berdasarkan sebab yang telah mendahului (fakta qauliyah dan kauniah)  yang telah diperolehnya.    

Iman memiliki tingkatan yakni dari yang lemah hingga yang kuat.  Kekuatan iman itu bergantung dari sebarapa berani seseorang dalam  menegakkan kalimat Allah.   Berdasarkan kekuatan  inilah Allah SWt mengajari hamba-Nya untuk memilih pemimpin (khalifah) di muka bumi ini.   Maka pemimpin harus memenuhi syarat-syarat sebagaimana Dia ajarkan  seperti berikut;

  1. Memiliki keberanian dan karya yang besar serta ketajaman berpikir. 
Allah SWt  telah mengajari manusia dalam memilih pemimpin di muka bumi ini   sebagaimana tersurat dalam Alqur’an :

وَاذْكُرْ عِبَادَنَا إبْرَاهِيمَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ أُولِي الْأَيْدِي وَالْأَبْصَارِ

“Dan ingatlah hamba-hamba Kami Ibrahim, Ishaq dan Yakub yang mempunyai perbuatan-perbuatan yang besar dan ilmu-ilmu yang tinggi.  (QS Ash-Shaad [38]:45).

Ibrahim adalah seorang pemimpin, berdasar ayat di atas terdapat dua ciri pada seseorang  yang layak menjadi pemimpin;

 a.  Ulil aidiy  (  أُولِي الْأَيْدِي ), yakni memiliki keberanian luar biasa  melakukan (mengeksekusi) perbuatan-perbuatan yang besar, seperti menghancurkan segala bentuk kedzoliman, mebangun infrastruktur kedamaian dan keadilan di tengah masyarakat.

b.  Ulil abshor (  أُولِيي الْأَبْصَارِ ), yakni memiliki ketajaman  yang tinggi dalam menangkap ilmu agama, tercermin dalam akhlak kesehariannya.  Keadaan ini dijelaskan Allah pada ayat berikutnya (QS Ash-Shaad [38]:46)

  1. Memiliki keteladanan di masyarakat.
Rasul bersabda,
ألمُؤِ ْ مِنُ مِرِأةُ المُؤِمِنِ

“Seorang mukmin adalah cermin bagi mukmin yang lain” (HR Ath-Thabroni)

Cermin dalam hal ini bermakna sebagai teladan, maka pemimpin adalah teladan bagi rakyatnya.  Tentu keteladanan itu ditunjukkan melalui segala ucapan dan tindakan mulia yang terlihat kesehariannya.  

Sebelum diangkat menjadi Rasul, Muhammad SAW mendapat julukan sebagai Al Amin (orang yang dipercaya).  Gelar seperti itu terjadi sebagai akumulasi sikap-sikap dalam waktu yang lama bukan sekedar karbitan sebagaimana banyak  orang ambisius menjadi pemimpin  di jaman sekarang.

الْخَيْرُ عاَدَةٌ وَالشَّرُّ لُجَاجَةٌ وَمَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِهْهُ
فِى الدِّيْنِ

Kebaikan itu dari kebiasaan, keburukan itu dari pemaksaan, dan barang siapa dikehendaki Allah mendapatkan kebaikan, maka Dia akan menjadikannya paham tentang agama” (H.R Ath-Thabrani )

 Keteladanan itu memancar dari calon pemimpin melalui berbagai sudut sebagaimana Rasul bersabda;

خِيَارُكُمْ مَنْ ذَكَرَكُمْ بِاللهِ رُؤْيَتُهُ, وَزَادَفِيْ عَمَلِكُمْ مَنْطِقُهُ , وَرَغَبَكُمْ فِيْ الآخِرَةِ عَمَلَهُ

Sebaik-baik orang di antara kamu adalah yang apabila melihatnya membuatmu teringat kepada Allah, perkataannya menambah amal kebaikanmu, dan amal perbuatannya memotivasimu untuk meraih kebahagiaan akhirat (HR. Al Hakim).

Dari  sabda-sabda Rasul tersebut para ulama menetapkan 4 (empat) hal dalam menilai seseorang sehingga pantas menjadi teladan, yakni

  1. Benar dalam ucapan dan tindakan (ash-shidiq),
  2. Dapat dipercaya dalam segala urusan yang diamanatkan kepadanya (al-amanah),
  3. Mampu mengkomonikasikan amanah yang dibebankan padanya (at-tabligh),
  4. Kreatif (cerdik) dan bijaksana dalam segala hal (al-fathonah). 
Demikian pedoman memilih pemimpin sebagaimana telah diajarkan oleh Allah dan Rasul-Nya. 
Allahu  ‘alamu bishawab.
 Semoga tulisan singkat ini bermanfaat pada diri penulis dan pembaca sekalian.  Amiin.
و صلّ الله على سيّدنا محمّد وعلى آله وصحبه وسلّم
بَارَكَ اللهُ لِئ وَلَكُمْ فِيْ الْقُرْ اَنِ الْعَظِمَ
وَنَفَعَنِئ وَ أِيَكُم بِا لاَيَاتِ وَالْذِّكْرِ الْحَكِيْمَ
وَ قُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَ اَنْتَ خَيْرٌ الَّراحِمِيْنَ

Bdl, 12 Apr  ‘18
25  Rajab 1439 H

Tidak ada komentar:

Posting Komentar