Terima Kasih Anda Telah Mengunjungi Blog Ini

Blog ini bukan untuk tujuan komersial, bila ada gadget tambahan yang bersifat komersial itu bukan kehendak pemilik blog !

Minggu, 09 Juni 2013

Kekafiran Berbungkus Iman



by
Budi Wibowo

بسمالله الرّحمان الرّحيم


Tidak boleh menuduh sesama muslim sebagai kafir  tetapi tidak ada larangan menuduh diri sendiri sebagai kafir, jangan-jangan kita hanyalah sebungkus manusia yang berlabel iman belaka.   

***
Bungkus tidak selalu menggambarkan isi.  Untuk mengetahui kesesuainya tentu harus dilakukan pembuktian.   Seharusnya bungkus mengekpresikan isi.   Inilah yang saya maksud bahwa iman itu bukan sekedar pura-pura, bukan sekedar gincau dan pupur belaka.   

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ ءَامَنَّا بِاللَّهِ وَبِالْيَوْمِ الْآخِرِ وَمَا هُمْ بِمُؤْمِنِينَ

“Dan di antara manusia ada yang mengatakan beriman kepada Allah dan hari akhir padahal mereka tidak beriman”. (QS Al-Baqarah [2]:8)

Dari firman tersebut tergambar bahwa iman itu bukan sekedar diucapkan  tetapi perlu  pembuktian.

أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا ءَامَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ  وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan : ”Kami telah beriman, sedang mereka tidak diuji lagi ?   Padahal  kami telah menguji orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sessungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. (QS. Al Ankabut [29]:2-3 )  

فَمَنْ تَبِعَ هُدَايَ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ وَالَّذِينَ كَفَرُوا وَكَذَّبُوا بِآيَاتِنَا أُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ

Maka barang siapa  mengikuti petunjukku  tidak ada rasa takut dan sedih bagi mereka, sedangkan orang yang mengingkari dan mendustakan  terhadap ayat2-Ku (kitabku) mereka adalah penghuni neraka”.  (QS Al Baqarah [2]:39).

Iman itu pada hakekatnya penghayatan  secara sungguh-sungguh dalam  hati.   Ketika telah terjadi kondisi demikian tentu ucapan dan tindakan yang dilakukan akan sesuai dengan pengakuan  tersebut, buahnya adalah hilangnya rasa takut dan sedih di hadapan makhluk.   Bila tindakan dan ucapan itu tidak sesuai dengan  hakekat yang diyakini mereka masuk dalam kategori dusta.   Allah SWT mengatakan mereka termasuk golongan orang  yang  mendustakan (pembohong)  dan kafir (ingkar).   

Ada lima tanda orang beriman, barang siapa satu saja tidak terpenuhi syarat tersebut, mereka termasuk golongan orang yang tidak beriman, sebagaimana sabda Rasul SAW berikut;


خَمْسٌ مِنَ الاِيْمَانِ , مَنْ لَمْ يَكُنْ فِهِ شَئٌ مِنْهُنَّ فَلاَ إيْمَانَ لَهُ : ألتَّسلِيْمُ لأَِمْرِاللهِ, وَالرِّضَا بِقَضَاءِاللهِ , وَالتَّوِيْضُ إلَى اللهِ , وَالتَّوَكُّلُ عَلَىَ اللهَ , وَالصَّبْرُ عِنْدَ الصَّدْمَةِ الأو لىَ

Lima perkara yang merupakan bagian dari iman, siapa yang dalam dirinya tidak terdapat salah satu di antaranya berarti dia tidak memiliki iman, yaitu : menerima perintah Allah SWT (Taslim), rela terhadap keputusan Allah SWT,  berserah pada hukum-hukum Allah SWT (Tafwied), berserah diri pada ketentuan Allah SWT (Tawakal), bersabar pada saat musibah menimpa pada pukulan/benturan pertama”.  (HR Al Bazzar dari Ibnu Umar) 1

Taslim, Tafwied dan Tawakal ketiganya mengandung kesamaan pengertian yaitu “kepasrahan”.  Taslim merupakan bentuk kepasrahan diri dalam wujud melaksanakan perintah Allah SWT.   Tafwied merupakan bentuk kepasrahan diri dalam wujud pengakuan total terhadap hukum-hukum  Allah SWT.   Tawakal merupakan bentuk kepasrahan diri dalam bentuk pengakuan bahwa hasil akhir dari  segala usaha berserah pada  Allah SWT.

Kelima komponen itulah sebenarnya isi yang seharusnya terkandung dalam jiwa orang  beriman.  Sinergi kelimanya akan menghasilkan energi yang dasyat luar biasa.   Tanpa adanya bekal tersebut tidak mungkin terjadi keberanian yang luar biasa pada tentara Badar.  Sinergi itu akan menghasilkan pejuang Islam dalam menegakkan kalimat Allah (berjihad). 

Dari uraian tersebut dapat kita rasakan bahwa meraih predikat iman  ternyata  tidak semudah yang kita bayangkan.   Kini kita sadar bahwa keimanan itu harus tetap kita jaga dan perjuangkan.    Pertanyaannya,  sudah sampai di mana kegigihan kita dalam memperjuangkan dan mempertahankannya ?  Inilah bahan renungan yang seharusnya kita bawa setiap saat.

***

Tidak boleh menuduh sesama muslim sebagai kafir  tetapi tidak ada larangan menuduh diri sendiri sebagai kafir, jangan-jangan kita hanyalah sebungkus manusia yang berlabel iman belaka.   Semoga bermanfaat.  Amiin.

وصلّ الله على سيّدنا محمّد و على آله وصحبه وسلّم

WaAllahu ‘alamu bishawab.


PUSTAKA

Alqur’an Karim
1Al Hayimi, S.A.  1995.  Muhtarul Ahadist.  Terjemah :
   Mahmud Zaini.  Pustaka  Amani. Jakarta.





1 komentar: