by
Budi
Wibowo
سم الله الرّمان الرّحيم
Tetapi manusia sering terjebak pada posisi (maqam) yang salah yang
sebenarnya itu adalah maqam Tuhan, kadang ada yang membabi buta mengambil
posisi tersebut, padahal Tuhan berfirman;
"Sesungguhnya orang-orang beriman, orang-orang Yahudi,
orang-orang Shaabi-in, orang-orang Nasrani, orang-orang Majusi dan orang-orang
musyrik, Allah akan memberi keputusan di antara mereka pada hari kiamat.
Sesungguhnya Allah menyaksikan segala sesuatu". (QS. Al-Hajj [22]
: 17).
***
Dewasa ini mulai tumbuh
kelompok Islam ekslusif yang menisbatkan dirinya sebagai kelompok yang
benar dan menganggap umat Islam di luar
kelompoknya tidak benar.
Mereka adalah kelompok yang mengabaikan perjuangan kaum muslimin pada awal Islam dan perjuangan bangsa Indonesia tatkala merebut kemerdekaannya. Padahal banyak kemiripan perjuangan awal Islam (berdirinya negara Madinah) dengan berdirinya negara kestuan RI. Yakni kedua Negara ini berdiri di atas pluralitas yang tinggi, tetapi berkat Ruh Islam yang menjadi pegangannya terciptalah Negara Madinah yang damai di bawah kepemimpinan Rasulullah SAW. Ruh Islam itu termaktup dalam Piagam Madinah yang ditetapkan oleh Rasulullah SAW. Sukarno pernah mengatakan bahwa negeri ini bukan negara agama, tetapi negara ideal menurut Soekarno adalah negara yang ”api” dan ”semangat” Islamnya terwujud dalam kerbijaksanaan dan tercermin dalam kehidupan rakyatnya.1 Pandangan ini persis Negara Madinah adalah negara bangsa bukan sebagai negara Islam, meski kepala negaranya adalah Utusan Allah SWT.
Mereka adalah kelompok yang mengabaikan perjuangan kaum muslimin pada awal Islam dan perjuangan bangsa Indonesia tatkala merebut kemerdekaannya. Padahal banyak kemiripan perjuangan awal Islam (berdirinya negara Madinah) dengan berdirinya negara kestuan RI. Yakni kedua Negara ini berdiri di atas pluralitas yang tinggi, tetapi berkat Ruh Islam yang menjadi pegangannya terciptalah Negara Madinah yang damai di bawah kepemimpinan Rasulullah SAW. Ruh Islam itu termaktup dalam Piagam Madinah yang ditetapkan oleh Rasulullah SAW. Sukarno pernah mengatakan bahwa negeri ini bukan negara agama, tetapi negara ideal menurut Soekarno adalah negara yang ”api” dan ”semangat” Islamnya terwujud dalam kerbijaksanaan dan tercermin dalam kehidupan rakyatnya.1 Pandangan ini persis Negara Madinah adalah negara bangsa bukan sebagai negara Islam, meski kepala negaranya adalah Utusan Allah SWT.
Maka ketika terjadi penghalalan
segala cara yang dilakukan oleh kelompok
eksklusif gerakan demikian
tidak senafas dengan semangat bernegara
yang telah dicontohkan Rasulullah SAW. Islam
tidak mentolerir umatnya yang melakukan pelanggaran hak sesama manusia yang
lima, sebagaimana telah ditemukan Imam Gozali dari ajaran Allah dan Rasulnya,
yakni pelanggaran hak yang berkaitan dengan agama, jiwa, akal, keturunan, dan
harta milik. 2.
Allah SWT memerintahkan negara untuk mencegah kegiatan demikian,
sebagaiman termaktub dalam QS Al Hujurat
[49]:9.
وَإِنْ طَائِفَتَانِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ اقْتَتَلُوا فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا فَإِنْ بَغَتْ إِحْدَاهُمَا عَلَى الْأُخْرَى فَقَاتِلُوا الَّتِي تَبْغِي حَتَّى تَفِيءَ إِلَى أَمْرِ اللَّهِ فَإِنْ فَاءَتْ فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا بِالْعَدْلِ وَأَقْسِطُوا إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ
الْمُقْسِطِينَ
Dan jika ada dua
golongan dari orang-orang mukmin berperang maka damaikanlah antara
keduanya. Jika salah satu dari kedua
golongan itu berbuat aniaya terhadap golongan yang lain maka perangilah
golongan yang berbuat aniaya itu sehingga golongan itu kembali, kepada perintah
Allah; Jika golongan itu telah kembali (kepada perintah Allah), maka
damaikanlah antar keduanya dengan adil dan berlaku adillah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
berlaku adil (QS Al Hujurat [49]:9).
Watak Seorang
Muslim
Sebagai seorang muslim kita
harus menyadari sepenuhnya bahwa
watak seorang muslim itu yang pertama
adalah mengedepankan sikap penabur kasih sayang pada seluruh makhluk di atas
jagad raya ini.
وَماَ أرْسَلناك إلا رحمة
للعالمين
“Dan
tidaklah kami utus engkau (Muhammad) kecuali untuk (menaburkan) kasih sayang
bagi seluruh alam.” (Al Ambiya : 21; 107).
Yang kedua, kesadaran
adanya pluralitas yang telah menjadi kehendak Allah SWT, sebagai konskwensi
sikap penabur kasih sayang tersebut.
يَآٰيُّهَا ألنَّاسُ إنَّا
خَلَقْنَٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوبًا وَقَبَآئِلَ
لِتَعَارَفُۆاْ
“Wahai manusia sesungguhnya kami menciptakanmu dari seorang laki-laki dan perempuan, dan kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal.“ (Al Hujurat[49]:13)
Yang ketiga, untuk menciptakan keindahan dalam pluralitas
itu perlu adanya penjagaan, sebab itu diperlukan perjanjian antar manusia,
sebagaimana perintah Allah SWT dalam Al Imran [3] : 112;
ضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ أَيْنَ مَا ثُقِفُوا إِلَّا بِحَبْلٍ مِنَ اللَّهِ وَحَبْلٍ مِنَ النَّاسِ
”Mereka itu diliputi kehinaan dimanapun mereka berada, kecuali mereka berpegang pada tali(agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia.”( Al Imran [3] : 112).
Yang keempat, selain
diperlukan perjanjian yang mengikat yang terjadi antar golongan, juga
diperlukan perjanjian yang terjadi di dalam golongan itu sendiri. Golongan yang
benar adalah golongan yang berpegang pada tali Allah SWT (Al Qur’an dan Assunnah).
إٍلاَّ
بِحَبْلٍ مِّنَ أللهِ
Kecuali mereka (yg)
berpegang pada tali (agama) Allah SWT ( Al Imran [3] : 112).
Ayat-ayat di atas merupakan pedoman
global bagi seorang muslim berpagang
pada perintah Allah SWT. Iman Gozali ra
meringkas menjadi 5 (lima) hal pokok
pegangan tujuan (syariah) penciptaan
manusia di muka bumi ini, yakni memelihara agama, jiwa, akal, keturunan,
dan harta milik. Maka jika terjadi kelompok atau sempalan muslimin
yang tidak memenuhi syariat
yang 5 (lima) itu mereka bukan sebagai
kelompok orang Islam (muslim) yang benar.
Sikap-sikap
Kelompok Muslim yang menyimpang
1.
Menuduh Kafir
sesama Muslim
وَالَّذِينَ يُؤْذُونَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ بِغَيْرِ مَا اكْتَسَبُوا فَقَدِ احْتَمَلُوا بُهْتَانًا وَإِثْمًا مُبِينًا
“Dan orang-orang yang menyakiti orang mukminin dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka itu telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata.” (QS Al Ahzab [33]:58).
لاَ
يَرْمِى رَجُلٌ رَجُلاً بِالفِسْقِ اَوِالكُفْرِ اِلاَّ ارْتَدَّتْ عَلَيْهِ
اِنْ
لَمْ يَكُنْ صَاحِبُهُ كَذَلِكَ
“Seseorang yang melempar tuduhan (mengatakan) kepada orang lain dengan sebutan fasik atau kafir, pasti ucapan itu berbalik kepadanya, apabila temannya (yang dituduh) tidaklah demikian. (HR Bukhori ).3
مَنْ
دَعَارَجُلاً بِالْكُفْرِ أَوْ قَالَ عَدُوَّ الله وَلَيْسَ كَذَلِكَ إِلاَّ حَارَ
عَلَيْهِ
“Barangsiapa memanggil seseorang
dengan kata:”Kafir”, atau dengan kata :”Musuh Allah”, padahal (yang dipanggil)
tidak seperti itu, maka (panggilan itu) terpulang kepada dirinya sendiri.”(HR
Bukhari dan Muslim).*)
2.
Membunuh Sesama Muslim
وَمَنْ يَقْتُلْ مُؤمِنًا
ُمَتَعِمدًا فَجَزَاُؤهُ جَهَنَّمَ خَاِلدًا فِيهَا وَغَضِبَ اللهُ عَلَيهِ
وَلَعَنَهُ وَأعَدَّ لَهُ عَذَابًا عَظِيمًا
“Dan
barang siapa yang membunuh seorang mu’min dengan sengaja, maka balasannya ialah
Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya
serta menyediakan adzab yang besar baginya.“ (An Nisa :4:93)
Hadist
Nabi SAW
لَزَوَالُ الدُّنْيا أَهْوَنَ
عِنْدَ اللهِ مِنْ قَتْلِ رَجُلِ مُسْلِمٍ
Sungguh
lenyapnya dunia itu bagi Allah lebih ringan dari dibunuhnya seorang muslim
(HR Turmiz dan An-Nasai, dari Ibn Umar, shahih)4
3.
Membunuh Kafir
Mu’ahad
Kafir
mu’ahad ialah orang kafir yang menjadi perwakilan di negara Muslim dan orang
asing yang masuk negara muslim dengan menggunakan visa, termasuk dalam hitungan
kafir Mua’had adalah kafir dzimi ( orang kafir yang hidup damai di negeri
muslim). Sebagaimana Nabi bersabda;
مَن قَتَلَ مُعَاهَدًا لَمْ
يَرَحْ رَائِحَةَ الجَنَّةِ وَ إنَّ رِيْحَهَا تُوْجَدُ مِنْ مَسِيْرَةِ
أرْبَعِيْنَ عَاماً
“Barang siapa membunuh (kafir)
mu’ahad dia tidak akan mendapat baunya syurga, padahal baunya bisa di dapat
(tercium) dari jarak perjalanan 40 tahun “ (HR Ahmad, Abu Daud, Nasaa’I,
dari Abu Bakar, shohih)5.
َولاَ
تَقْتُلُوا النَّفْسَ الَّتِي حَرَمَ اللهُ إلاَّ بِالحَقِ
“Dan
janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan
dengan suatu (alasan) yang benar.“ (Al- Isra :33)
***
Tetapi manusia
sering terjebak pada posisi (maqam) yang salah yang sebenarnya itu adalah maqam
Tuhan, kadang ada yang membabi buta mengambil posisi tersebut, padahal Tuhan
berfirman;
إِنَّ الَّذِينَ
ءَامَنُوا وَالَّذِينَ هَادُوا وَالصَّابِئِينَ وَالنَّصَارَى وَالْمَجُوسَ
وَالَّذِينَ أَشْرَكُوا إِنَّ اللَّهَ يَفْصِلُ بَيْنَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ
"Sesungguhnya orang-orang beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang Shaabi-in, orang-orang Nasrani, orang-orang Majusi dan orang-orang musyrik, Allah akan memberi keputusan di antara mereka pada hari kiamat. Sesungguhnya Allah menyaksikan segala sesuatu". (QS. Al-Hajj [22] : 17).
Demikian Khutbah singkat ini semoga dpat menjadi pelajaran utamanya bagi para pemuda generasi bangsa. Agar waspada tidak terjerumus ke dalam penerapan agama yg salah dalam berbangsa dan bernegara.
Wallahu ‘alamu bishawabi.
PUSTAKA
Al Qur'an Karim
1 Pagar. 2004. Islam dan Negara di Indonesia (Kajian Historis atas
Munculnya In-telektualisme dan Aktivisme
Muslim Indonesia).
In
Syariat Islam di Indone-sia. Aktualisasi Ajaran
dalam
Dimensi Ekonomi,
Politik, dan Hukum Editor: Iqbal, M. CV
Misaka Galiza. Jakarta. Hal 225.
3 Imam Nawawi. 2004
M/1425H. Riyadush Shaalihin.
Dar
Al-Kotob Al-Ilmiah. Beyrouth. Lebanon. Cet. VI.
Hal. 319.
2 Effendi, Djohan. 2010. Pembaharuan Tanpa Membongkar
Tradisi. PT Kompas Media Nusantara.
Jakarta. Hal. 196
4 Imam Suyuti. _______. Al Jaami’ush Shogir. Maktab
Dar Ihya AlKitab Arabiyah. Juz 2.
Indonesia. Hal. 123
5 Imam
Suyuti. _______. Al Jaami’ush Shogir.
Maktab
Dar Ihya Al-Kitab Arabiyah. Juz 2.
Indonesia. Hal. 177.
_____
Materi khutbah jum'at 29 Agt '14, di salah satu msjd. di Bandarlampun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar