Terima Kasih Anda Telah Mengunjungi Blog Ini

Blog ini bukan untuk tujuan komersial, bila ada gadget tambahan yang bersifat komersial itu bukan kehendak pemilik blog !

Jumat, 24 Oktober 2014

Makna Kemudahan dalam Menjalankan Agama

by

Budi Wibowo

بسم الله الرّحمان الرّحية

Untuk apa mencari sulit, kalau yang mudah telah tersedia.  Untuk apa merasa lebih benar, jika itu tidak ada dalam Firman dan contoh Rasul_Nya.    Ooo…memang Tuhan Maha pengasih dan penyayang pada hamba_Nya. Seharusnya kita malu jika masih mencari-cari mudah.

***

Allah SWT berfirman :

يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ

“Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.”(QS AL Baqarah [2]:185)

Ayat 185 surat Al Baqarah menggambarkan bahwa Allah SWt tidak menghendaki kesukaran pada hamba_Nya dalam menjalankan  syariat Islam.  Dia telah menganugrahkan agama ini dengan rancangan sedemikian rupa agar  sang hamba tidak merasakan  berat dalam melaksanakannya.  Meskipun demikian  sang hamba tidak boleh memudah-mudahkan.  Pedoman yang digariskan dalam mejalankan syariat itu dinyatakan melalui ayat berikut;

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا

Hai orang yang beriman taatilah Allah dan taatilah rasul_Nya, dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Kemudian jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al Qur’an) dan Rasul (Sunnah), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian.  Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.(QS An Nisa [4]:59)

Selanjutnya, apa makna yg dapat kita petik dari ayat 185 QS Al Baqarah yang telah disebutkan sebelumnya ?


1.   Allah tidak menghendaki hamba menyekutukan_Nya dan bersifat sombong

Kata “mudah” dan “memudah-mudahkan”  memiliki makna yang sangat berbeda.  Mudah merupakan kata sifat yang artinya perintah-Nya itu bersifat mudah, tetapi kalau memudah-mudahkan di dalamnya mengandung  kesengajaan,  di antaranya adalah meremehkan  sesuatu yang seharusnya tidak boleh diremehkan.

Pada kondisi yang besifat di luar kemampuan sang hamba, Allah SWT memberikan keringanan atau kemudahan, inilah yg dimaksud makna Allah menghendaki kemudahan hamba_Nya, sebagaimana tersebut dalam lanjutan ayat tersebut.

“Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk_Nya yang diberikan kepadamu, agar kamu bersyukur.”(QS Al Baqarah [2]:185)

Pertanyaannya mengapa kita tidak boleh memudah-mudahkan dalam melaksanakan perintah_Nya ?  Ternyata sikap demikian mengandung 2 (dua) unsur penting.

a.    Berkaitan dengan sifat sombong.
b.    Berkaitan dengan penyekutuan terhadap-Nya

Dua unsur tersebut dapat kita rasakan ketika ada sekelompok manusia yang sedang  menjama’ dua sholat dengan alasan kesibukan yang  tidak bisa ditinggalkan.  Misal kesibukan rapat, sehingga mereka  menjama’ sholat.   Tindakan demikian telah memenuhi dua unsur tersebut.

Nabi Ibrahim ketika ditanya mengapa Allah SWT mengangkat dia sebagai kekasih_Nya ?   Dia menjawab , karena  selalu mendahulukan  perintah_Nya.  Jadi seorang hamba harus selalu berpikir atau memusatkan perhatiannya agar terhindar dari sesuatu yang dapat menimbulkan kecemburuan Allah SWT.
  
Rasul bersabda;

االدِّيْنُ يُسْرٌ, ولَنْ يُشَادَّ الدِّيْنَ أحَدٌ إلاَّ غَلَبَهُ, فسَدِّدُو

Agama itu mudah, tiada seseorang pun yang berupaya untuk memperkerasnya kecuali agama dapat mengalahkannya.  Karena itu, pertengahkanlah sikap kalian.(HR Syaikhan)

Dari sabda Rasul ini kita dapat menarik pelajaran bahwa siapa yang telah memenuhi unsur memudah-mudahkan maka mereka tidak memandang ajaran Allah dan Rasuln_Nya.   Rasul memerintahkan agar umatnya bersikap adil atau tidak melampaui batas dalam menjalankan perintah agama.


2.   Agar hamba  ringan dan gembira  melaksanakan perintah_Nya.

Rasul bersabda;

االدِّيْنُ يُسْرٌ, ولَنْ يُشَادَّ الدِّيْنَ أحَدٌ إلاَّ غَلَبَهُ, فسَدِّدُوا و قَارِبُوا وَاَبْشِرُوا وَاسْتَعِيْنُوا بِالغُدْوَةِ وَالرَّحَةِ وَشَئٍ مِنَ الدُّلْجَةِ

Agama itu mudah, tiada seseorang pun yang berupaya untuk memperkerasnya kecuali agama dapat mengalahkannya.  Karena itu, pertengahkanlah sikap kalian, dekatkanlah diri kalian dan bergembiralah, serta minta pertolongan kepada_Nya dengan melalui shalat pagi hari, di sore hari dan di malam hari (HR Bukhari).

Puncak pencapain ibadah adalah tatkala seorang hamba merasa gembira melaksanakan perintah_Nya, sikap semacam inilah yang dikehendaki Allah SWT,  karena di dalamnya terkandung  ketulusan.  Rasa tulus/Iklas itu menggambarkan diterimanya ibadah seseorang.

إنَّ اللهَ تَعَالَى لا يَقْبَلُ مِنَ الْعَمَلِ إلاَّ مَا كَانَ لَهُ خَالِصًا, وَابْتُغِى وجْهُهُ

Sesungguhnya Allah SWT tidak mau menerima amalan seseorang kecuali amalan yang ikhlas karena_Nya, dan diharapkan untuk mendapat pahala_Nya.  (HR Nasai).


وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ

Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah SWT dengan memurnikan ketaatan kepadaNya dalam menjalankan agama dengan lurus.  Dan supaya mereka mendirikan sholat dan manunaikan zakat, dan yang demikian itulah agama yang lurus. (QS Al bayyinah [98]:5).


3.   Allah menyukai hamba_Nya yang dapat mengambil hikmah makna memudahkan.

Melalui Al Qur’an Allah SWT berpesan ;

 يُؤْتِي الْحِكْمَةَ مَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ أُوتِيَ خَيْرًا كَثِيرًا وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّا أُولُو الْأَلْبَابِ

Allah memberikan hikmah kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barang siapa yang diberi hikmah, sungguh telah diberi kebajikan yang banyak. Dan tak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang berakal." (Al Baqarah [2]:269)

Tuhan  tidak melihat berapa besar nilai nominal amal yang  dilakukan hamba_Nya, tetapi rutinitas hamba itu dalam beramal yang Ia perhatikan.   Seorang hamba beramal dengan  2000 rp setiap hari, dalam 30 hari akan terkumpul 60 ribu rp.  Amal demikian  lebih disukai Allah SWT daripada mereka yang beramal 60 ribu dalam waktu satu hari.   Mereka yang beramal sedikit demi sedikit (bukan karena rasa pelit)  itu lebih menikmati dan meletakkan Allah SWT pada posisi yang Agung, dibanding beramal sekaligus yang di dalamnya mengandung unsur memudahkan.  Dan biasanya mereka yang suka memudahkan perintah itu irama pengabdiannya (ibadahnya) tidak stabil.

أحَبُّ الاعْمَالِ إلَى اللهِ أَدْوَمُهَا وَاِنْ قَلَّ

Amal yang paling disukai Allah adalah amal yang dilakukan secara terus menerus sekalipun sedikit (HR Syaikhan).

Demikianlah yang dapat saya sampaikan  semoga bermanfaat pada diri saya dan jamaah sekalain.

Untuk apa mencari sulit, kalau yang mudah telah tersedia.  Untuk apa merasa lebih benar, jika itu tidak ada dalam Firman dan contoh Rasul_Nya.    Ooo…memang Tuhan Maha pengasih dan penyayang pada hamba_Nya. Seharusnya kita malu jika masih mencari-cari mudah.

Wallahu ‘alamu bishawabi

***
PUSTAKA

Al Qur’an Karim.
Hasyimi, Sayid Ahmad.  1995.   Mukhtarul Ahadist   An- Nabawiyah.
          (Diterjemah: Mahmud  Zaini). Pustaka Amani.  Jakarta.
           Hal.12,96, 602-603.        

Tidak ada komentar:

Posting Komentar