by
Budi Wibowo
بسم الله الرّحمان الرّحية
Untuk apa mencari
sulit, kalau yang mudah telah tersedia.
Untuk apa merasa lebih benar, jika itu tidak ada dalam Firman dan contoh
Rasul_Nya. Ooo…memang Tuhan Maha
pengasih dan penyayang pada hamba_Nya. Seharusnya kita malu jika masih mencari-cari
mudah.
***
Allah SWT berfirman
:
يُرِيدُ
اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ
“Allah menghendaki
kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.”(QS AL Baqarah [2]:185)
Ayat 185 surat Al
Baqarah menggambarkan bahwa Allah SWt tidak menghendaki kesukaran pada
hamba_Nya dalam menjalankan syariat
Islam. Dia telah menganugrahkan agama
ini dengan rancangan sedemikian rupa agar
sang hamba tidak merasakan berat
dalam melaksanakannya. Meskipun
demikian sang hamba tidak boleh
memudah-mudahkan. Pedoman yang
digariskan dalam mejalankan syariat itu dinyatakan melalui ayat berikut;
يَاأَيُّهَا
الَّذِينَ ءَامَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ
مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ
كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا
Hai orang yang
beriman taatilah Allah dan taatilah rasul_Nya, dan Ulil Amri (pemegang
kekuasaan) di antara kamu. Kemudian jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu,
maka kembalikanlah kepada Allah (Al Qur’an) dan Rasul (Sunnah), jika kamu
beriman kepada Allah dan hari kemudian.
Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.(QS An Nisa [4]:59)
Selanjutnya, apa
makna yg dapat kita petik dari ayat 185 QS Al Baqarah yang telah disebutkan
sebelumnya ?
1. Allah
tidak menghendaki hamba menyekutukan_Nya dan bersifat sombong
Kata “mudah” dan
“memudah-mudahkan” memiliki makna yang
sangat berbeda. Mudah merupakan kata
sifat yang artinya perintah-Nya itu bersifat mudah, tetapi kalau
memudah-mudahkan di dalamnya mengandung kesengajaan, di antaranya adalah meremehkan
sesuatu yang seharusnya tidak boleh diremehkan.
Pada kondisi yang
besifat di luar kemampuan sang hamba, Allah SWT memberikan keringanan atau
kemudahan, inilah yg dimaksud makna Allah menghendaki kemudahan hamba_Nya,
sebagaimana tersebut dalam lanjutan ayat tersebut.
“Hendaklah kamu
mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk_Nya yang diberikan
kepadamu, agar kamu bersyukur.”(QS
Al Baqarah [2]:185)
Pertanyaannya
mengapa kita tidak boleh memudah-mudahkan dalam melaksanakan perintah_Nya
? Ternyata sikap demikian mengandung 2
(dua) unsur penting.
a. Berkaitan dengan sifat sombong.
b. Berkaitan dengan penyekutuan terhadap-Nya
Dua unsur
tersebut dapat kita rasakan ketika ada sekelompok manusia yang sedang menjama’ dua sholat dengan alasan kesibukan
yang tidak bisa ditinggalkan. Misal kesibukan rapat, sehingga mereka menjama’ sholat. Tindakan demikian telah memenuhi dua unsur
tersebut.
Nabi Ibrahim
ketika ditanya mengapa Allah SWT mengangkat dia sebagai kekasih_Nya ? Dia menjawab , karena selalu mendahulukan perintah_Nya.
Jadi seorang hamba harus selalu berpikir atau memusatkan perhatiannya
agar terhindar dari sesuatu yang dapat menimbulkan kecemburuan Allah SWT.
Rasul bersabda;
االدِّيْنُ
يُسْرٌ, ولَنْ يُشَادَّ الدِّيْنَ أحَدٌ إلاَّ غَلَبَهُ, فسَدِّدُو
Agama itu mudah,
tiada seseorang pun yang berupaya untuk memperkerasnya kecuali agama dapat
mengalahkannya. Karena itu,
pertengahkanlah sikap kalian.(HR
Syaikhan)
Dari sabda Rasul
ini kita dapat menarik pelajaran bahwa siapa yang telah memenuhi unsur
memudah-mudahkan maka mereka tidak memandang ajaran Allah dan Rasuln_Nya. Rasul memerintahkan agar umatnya bersikap
adil atau tidak melampaui batas dalam menjalankan perintah agama.
2. Agar
hamba ringan dan gembira melaksanakan perintah_Nya.
Rasul bersabda;
االدِّيْنُ
يُسْرٌ, ولَنْ يُشَادَّ الدِّيْنَ أحَدٌ إلاَّ غَلَبَهُ, فسَدِّدُوا و قَارِبُوا
وَاَبْشِرُوا وَاسْتَعِيْنُوا بِالغُدْوَةِ وَالرَّحَةِ وَشَئٍ مِنَ الدُّلْجَةِ
Agama itu mudah,
tiada seseorang pun yang berupaya untuk memperkerasnya kecuali agama dapat
mengalahkannya. Karena itu,
pertengahkanlah sikap kalian, dekatkanlah diri kalian dan bergembiralah,
serta minta pertolongan kepada_Nya dengan melalui shalat pagi hari, di sore
hari dan di malam hari (HR Bukhari).
Puncak pencapain
ibadah adalah tatkala seorang hamba merasa gembira melaksanakan perintah_Nya,
sikap semacam inilah yang dikehendaki Allah SWT, karena di dalamnya terkandung ketulusan. Rasa tulus/Iklas itu menggambarkan diterimanya ibadah seseorang.
إنَّ
اللهَ تَعَالَى لا يَقْبَلُ مِنَ الْعَمَلِ إلاَّ مَا كَانَ لَهُ خَالِصًا,
وَابْتُغِى وجْهُهُ
Sesungguhnya Allah
SWT tidak mau menerima amalan seseorang kecuali amalan yang ikhlas karena_Nya,
dan diharapkan untuk mendapat pahala_Nya.
(HR Nasai).
وَمَا
أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا
الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
Padahal mereka
tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah SWT dengan memurnikan ketaatan
kepadaNya dalam menjalankan agama dengan lurus.
Dan supaya mereka mendirikan sholat dan manunaikan zakat, dan yang
demikian itulah agama yang lurus.
(QS Al bayyinah [98]:5).
3. Allah
menyukai hamba_Nya yang dapat mengambil hikmah makna memudahkan.
Melalui Al Qur’an
Allah SWT berpesan ;
يُؤْتِي الْحِكْمَةَ مَنْ يَشَاءُ
وَمَنْ يُؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ أُوتِيَ خَيْرًا كَثِيرًا وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّا
أُولُو الْأَلْبَابِ
Allah
memberikan hikmah kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barang siapa yang
diberi hikmah, sungguh telah diberi kebajikan yang banyak. Dan tak ada yang
dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang berakal." (Al Baqarah [2]:269)
Tuhan tidak melihat berapa besar nilai nominal amal
yang dilakukan hamba_Nya, tetapi rutinitas
hamba itu dalam beramal yang Ia perhatikan.
Seorang hamba beramal dengan 2000 rp setiap hari, dalam 30 hari akan
terkumpul 60 ribu rp. Amal demikian lebih disukai Allah SWT daripada mereka yang
beramal 60 ribu dalam waktu satu hari.
Mereka yang beramal sedikit demi sedikit (bukan karena rasa pelit) itu lebih menikmati dan meletakkan Allah SWT
pada posisi yang Agung, dibanding beramal sekaligus yang di dalamnya mengandung
unsur memudahkan. Dan biasanya mereka
yang suka memudahkan perintah itu irama pengabdiannya (ibadahnya) tidak stabil.
أحَبُّ
الاعْمَالِ إلَى اللهِ أَدْوَمُهَا وَاِنْ قَلَّ
Amal yang paling
disukai Allah adalah amal yang dilakukan secara terus menerus sekalipun sedikit
(HR Syaikhan).
Demikianlah yang
dapat saya sampaikan semoga bermanfaat
pada diri saya dan jamaah sekalain.
Untuk apa mencari sulit, kalau yang mudah telah tersedia. Untuk apa merasa lebih benar, jika itu tidak ada dalam Firman dan contoh Rasul_Nya. Ooo…memang Tuhan Maha pengasih dan penyayang pada hamba_Nya. Seharusnya kita malu jika masih mencari-cari mudah.
Wallahu ‘alamu
bishawabi
***
PUSTAKA
Al Qur’an Karim.
Hasyimi, Sayid
Ahmad. 1995. Mukhtarul Ahadist An- Nabawiyah.
(Diterjemah: Mahmud
Zaini). Pustaka Amani. Jakarta.
Hal.12,96, 602-603.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar