by
Budi Wibowo
بسم الله الرّحمان الرّ حيم
Pernahkah
Anda merasakan kehilangan sesuatu ? Sesuatu itu bukan benda,bukan jabatan dan
bukan harga diri. Sesuatu itu adalah kondisi
segenap jiwa raga kita yang pernah merasakan total menghadap Allah SWT saat sholat, kadang hingga
menitikkan air mata. Apakah
keadaan yang pernah kita alami tersebut sering terulang dan terulang kembali
? Mungkin saat bulan Romadhon kemarin
hal demikian itu terulang atau bahkan mungkin sama sekali tidak pernah terulang
hingga kini atau bahkan Anda tidak pernah mengalami hal seperti itu.
Kondisi yang
hilang tersebut menandakan sempurnanya kita berkomunikasi dengan Allah SWT dan
hilangnya kondisi tersebut menandakan tidak sempurnanya komunikasi kita dengan
Allah SWt. Mengapa bisa terjadi demikian
? Hilangnya kondisi itu disebabkan adanya
hijab, kabut atau penghalang yang menghalangi mata hati kita kepada Allah SWt.

Dalam wujud memang
kita sedang melaksanakan ibadah sholat tetapi dalam kenyataan kita tidak pernah
hadir di hadapan-Nya. Kondisi inilah yang
menentukan kwalitas manusia di hadapan-Nya, maka tidak heran jika yang pertama
dihisab pada yaumul akhir nanti adalah kwalitas sholat kita di hadapan-Nya.
أوّل
ما يحاسب به العبد يوم القيامة صلاته فان كان أتمها كتبت له تامة
Yang
pertama dihisab (dilihat) pada seorang hamba di hari kiyamat adalah sholatnya,
jika sempurna sholatnya maka ditetapkan baginya
sempurna (amal yang lainnya). (HR Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah, Al Hakim dengan sanad
shohih)1
Kwalitas
sholat menunjukkan seberapa pandai seseorang menangkap cahaya hidayah, cahaya akan
terpancar di lingkungan seseorang. Bila
sholatnya sempurna maka pancaran yang keluar adalah baik, sinyalemen demikian dapat kita tangkap dari
Firman Allah Swt berikut;
إِنَّ
الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ
Sholat
itu mencegah perbuatan keji dan mungkar. (QS Al Ankaabut [29]:45)
Maka tingkah
laku seseorang menggambarkan kwalitas sholatnya. Jadi,
sholat sebenarnya perintah melatih seorang hamba berkomunikasi sempurna dengan
Robnya, ketika seseorang telah
melaksanakan sholat tetapi dalam realita masih melakukan pengingkaran perintah-Nya, menggambarkan ada suatu yang
hilang dalam dirinya.
وصلّ
الله على سيّدنامحمّدٍ وعلى آله و صحبه وسلّم
WaAllahu
‘alamu bishawabi.
Pustaka
Al Qur’an Karim
1 Suyuti. _______. Al
Jaami’ush Shogir. Maktab
Dar Ihya AlKitab Arabiyah. Juz 1. Indonesia. Hal. 113
Apa yg Om Budi ungkap adalah kebenaran yg hakiki. Didlm kehidupan sehari-hari hijab yg menutupi ktk kita berkhalwat dg ilahi robbi al alamin, kadang tampak spt sepele ttp sering muncul lagi muncul, utk perlu berlatih scr istiqomah.... Nggih. Sy/kita mesti terus berlatih utk menyingkap hijab yg menghalangi pertemuan kita dg Sang Khalik ktk sdg atau didlm sholat. Salam ikhlas.
BalasHapus