by
Budi Wibowo
بسم الله الرّحمان الرّ حيم
Tiada
sesuatu yang bermanfaat kecuali sesuatu itu menambah kedekatan kita kepada
Allah SWT. Allah SWt menciptakan kata “sesuatu” untuk menyatakan ciptaan-Nya (makhluk) yang dalam nalar orang
yang berpikir adalah bumi langit dan seisinya yang terhampar di hadapan kita. Yang
terhampar itu bukan sekedar materiil belaka tetapi juga hal yang
bersifat immateriil. Jadi sesuatu itu bisa benda, pengetahuan, jabatan, keburukan atau kebaikan yang kita lakukan dan
sebagainya, semua terwakili dengan kata “sesuatu”.
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ
Tidak ada
sesuatupun yang serupa dengan Dia. (QS Asy Syuura [42]:11)
Sesuatu itu
tidak mirip dengan Penciptanya karena itu tidak mungkin Pencipta dikalahkan
makhluknya, artinya tidak mungkin Tuhan memiliki kelemahan di hadapan
makhluknya.
Para
filsuf menggambarkan bahwa sesuatu itu
adalah jejak-jejak Tuhan yang membuktikan bahwa Tuhan itu ada.
Tuhan mengajari
kita bahwa sesuatu itu tidak boleh melenakan kita dari pada-Nya. Meski perintah ini tidak secara jelas disebutkan,
cukuplah statement (Firman) Allah SWt di bawah ini dirasa sangat keras bagi
orang yang mau berpikir.
وَمَاالحَيَوَاةُالدُّنْيَاإلاَّ مَتَاعُ
الغُرُورِ
”Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu” (Al Hadid [57]:20)
Di balik pernyataan tersebut ada perintah tegas
menyatakan bahwa manusia jangan tertipu oleh sesuatu, karena Allah SWt tahu bahwa manusia banyak yang tidak
menuruti perintah-Nya (banyak yang tertipu).
إِنَّ الْإِنْسَانَ لِرَبِّهِ لَكَنُودٌ وَإِنَّهُ عَلَى ذَلِكَ لَشَهِيدٌ وَإِنَّهُ لِحُبِّ الْخَيْرِ لَشَدِيدٌ
Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar (tidak bersyukur)
kepada Tuhannya, dan sesungguhnya dia (manusia) menyaksikan (mengakui)
keingkarannya, dan sesungguhnya cintanya kepada harta benar-benar berlebihan (QS
Al ‘Adiyat [100]:6-8).
Ketika kita sadar bahwa ada kehadiran Tuhan dalam sesuatu
kita termasuk orang yang tidak tertipu. Maka ketika kita mendapat suatu kemudian
lebih memperhatiakan kepada pemberi sesuatu (Allah Swt) manggambarkan kita
adalah hamba yang telah mampu membaca keberadaan Allah SWt. Adalah suatu kebodohan jika kita semakin
banyak tahu sesuatu tidak menambah
kedekatan kita kepada Allah SWt.
Waallahu ’alamu bishawabi
Medio, 4 Agt '15
Tidak ada komentar:
Posting Komentar