Merawat Kebahagiaan
by
Budi Wibowo
بسم الله الرّحمام
الرّحيم
Bila
engkau telah melihat sebuah istana megah yang tak tertandingi, sedang
pemiliknya yang ramah dan lembut memanggil-manggilmu, tentu kegembiraan yang
engkau rasakan, sambutlah segara
panggilan itu, biarkan anjing
menggonggong di pintu gerbangnya, lemparkan sepotong roti dari balik jubahmu,
niscaya mereka akan berhenti menyalak. Engkau akan
bahagia bersanding tuan rumah sebab saling merindu
***
Bila kita berada di tengah padang pasir atau
di jalan aspal yang sepi terlihat nun
jauh di sana seperti ada oase (
genangan air), bahkan bangunan gedung-gedung kadang terlihat di sana.
Padahal jika kita kejar untuk menjemput tempat tersebut tidak akan pernah kita dapatkan. Fenomena inilah yang kita sebut fatamorgana,
adalah tipuan mata yang membentuk ilusi keberadaan air atau gedung-gedung
yang diharapkan. Allah
SWt menerangkan bahwa kehidupan dunia itu hanyalah kesenangan yang memperdaya (QS 57: 20). Fatamorgana adalah salah satu contoh nyata dari
firman tersebut.
Rasa bahagia menjadi tujuan semua hamba Allah
di jagat raya ini, banyak ditempuh
dengan cara mengumpulkan harta, jabatan dan sebagainya. Padahal rasa bahagia tidak dapat diukur dengan keberadaan harta,
jabatan, gelar, kecantikan atau ketampanan dan sabaginya yang dimiliki
seseorang. Lantas mengapa setiap hamba mencari kebahagiaan
kalau memang itu hanya memperdayai
manusia? Sangat
aneh dan unik bukan ? Seperti halnya dengan fenomena fatamorgana, orang yang tidak memahami hakekat kebahagiaan
akan terjebak sebagaimana halnya
pengejar bayangan air dalam fenomena fatamorgana. Jadi bahagia itu pada hakekatnya adalah rasa
nikmat yang merasuk ke dalam jiwa manusia sebab sesuatu yang terengkuh ke dalamnya, bersifat mudah lepas bergantung
bagaimana manusia itu merawatnya.
Manusia selalu menginginkan hidup bahagia terus menerus hingga ajal
menjemput. Artinya bila bola bahagia itu sudah terengkuh
jangan sampai bola tersebut terlepas dari dekapannya. Sebenarnya
keinginan Allah SWt juga demikian adanya pada
manusia, bedanya Allah berkedudukan sebagai penguji sedang manusia hanyalah
sebagai obyek yang tidak memiliki kemampuan balik untuk menguji-Nya. Inilah yang membedakan manusia dengan Tuhannya dan kesadaran seperti inilah yang harus
menjadi pegangan yang benar-benar selalu disadari manusia. Untuk
mempertahankan bola kebahagiaan itu
Allah SWt mengajari hamba-Nya
melalui beberapa firman, di antaranya
seperti berikut;
-
Selalu mempelajari firman-firman-Nya (ayat-ayat qauliyah) dan memperhatikan peristiwa yang terjadi di hadapannya (ayat-ayat kauniyah).
وَلَقَدْ صَرَّفْنَا لِلنَّاسِ
فِي هَذَا الْقُرْءَانِ مِنْ كُلِّ مَثَلٍ فَأَبَى أَكْثَرُ النَّاسِ إِلَّا كُفُورًا
“Dan
sungguh Kami telah menjelaskan berulang-ulang kepada manusia dalam Al Qur’an
ini dengan perumpamaan, tetapi
kebanyakan manusia tidak menyukai nya bahkan mengingkari(nya).” (QS Al Isra
[17]:89).
Di balik ayat di atas terdapat makna bahwa
untuk memelihara rasa bahagia itu manusia agar selalu mengingat (dzikir) Tuhannya
dalam artian selalu menyebut, mempelajari dan mengingat pesan-pesan Tuhan-Nya.
أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“Ingatlah
hanya dengan mengingat Allah hati menjadi teenang.”(QS
Ar’ad[13]:28)
-
Selalu berdiri di jalan-Nya (Istiqomah).
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا
رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا
تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا
بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ
تُوعَدُونَ(30)نَحْنُ أَوْلِيَاؤُكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ
“Sesungguhnya
orang-orang yang mengatakan :”Tuhan Kami ialah Allah”, kemudian mereka
meneguhkan pendirian mereka , maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): “Janganlah kamu merasa
takut dan janganlah kamu merasa sedih dan bergembiralah kamu dengan
memeperoleh surga
yang telah dijanjikan Allah SWt
kepadamu,. Kamilah pelindungmu dalam
kehidupan dunia dan akhirat.”(QS Al Fushilat [41];30-31).
وَأَنْ لَوِ اسْتَقَامُوا
عَلَى الطَّرِيقَةِ لَأَسْقَيْنَاهُمْ مَاءً
“Dan
bahwasanya bahwasanya jikalau mereka tetap berjalan lurus di atas jalan
itu (agama Islam) benar-benar Kami akan
memberi
minum kepada mereka air yang segar (rezeki yang banyak).”(QS Al Jin
[72]:16).
Air yang segar dapat diartikan sebagai kegembiraan atau kebahagiaan berupa rezeki yang banyak.
-
Selalu mensyukuri atas apa yang
diterimanya.
لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ
إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
“Sesungguhnya
jika kamu bersyukur , pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku), maka
sesungguhnya Adzab-Ku sangat pedih.”(QS Ibrahim [14]:7).
Nikmat
bisa berarti kegembiraan atau kebahagiaan. Syukur dalam arti luas berarti mengungkapkan perasaan puas dalam hati dan lesan serta dalam bentuk tindakan yakni merasa ringan dalam melaksanakan perintah dan larangan-Nya atas nikmat yang diterimanya sekalipun sedikit.
-
Tidak putus asa mencari rezeki dunia, bukan hanya duduk di tempat peribadatan.
وَابْتَغِ فِيمَا
ءَاتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا
“Dan
carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan ) negeri
akhirat, dan janganlah kamu melupakan kebahagiaanmu dari (kenikmatan) duniawi.”(QS Al Qashas [28]:77)
-
Selalu bersikap qona’ah
القَنَاعَةُ مَالُ لاَ يَنْفَدُ
“Qona’ah
adalah harta yang tidak akan hilang.” (HR Imam Suyuti dari Anas r.a salam
kitab Jami’us Shagir).
Qona’ah adalah sikap yang mengedepankan bahwa apa yang diperoleh sedikit
atau banyak adalah pilihan Allah SWt yang terbaik.
Dengan demikian hamba selalu memelihara prasangka baik kepada Tuhannya.
Demikian menyikapi kehidupan di bumi ini. Semoga bermanfaat bagi diri penulis dan
pembaca sekalian.
Aamiin.
وصلّ
الله على سيّدنامحمّدٍ وعلى آله و صحبه وسلّم
Wallahu
‘alamu
bishawab.
***
Bila
engkau telah melihat sebuah istana megah yang tak tertandingi, sedang
pemiliknya selalu memanggil-manggilmu,
tentu kegembiraan yang engkau rasakan, sambutlah
segara panggilan itu, biarkan anjing
menggonggong di pintu gerbangnya, lemparkan sepotong roti dari balik jubahmu,
niscaya mereka akan berhenti menyalak. Engkau akan
bahagia bersanding tuan rumah sebab saling merindu.
Bdl, Des. 2017
Rabiul Awal 1439 H
Al Faqir
BW
Tidak ada komentar:
Posting Komentar