by
Budi Wibowo
بسم الله الرّحمام الرّحيم
Segala fenomena di alam ini sebenarnya wujud dari kalam (kalimat) Ilahi. Hanya orang-orang tertentu sajalah yang
mampu melihat , menggali dan menangkap kalimat-kalimat
tersebut dalam kehidupannya. ( وَمَا يَعْقِلُهَا إِلَّا الْعَالِمُونَ “Dan tidak ada
yang mengetahuinya
(perumpamaan-perumpamaan yang dibuat Allah) melainkan orang-orang yang
berilmu .” (QS Al Al ‘Ankabut [29]:43).)
Dalam Al Qur’an Allah SWt telah banyak mengisyaratkan kalam-kalam tersebut, salah satunya adalah sbb;
مَا تَرَى فِي خَلْقِ الرَّحْمَنِ مِنْ تَفَاوُتٍ
فَارْجِعِ الْبَصَرَ هَلْ تَرَى مِنْ
فُطُورٍ(3)ثُمَّ ارْجِعِ الْبَصَرَ
فُطُورٍ(3)ثُمَّ ارْجِعِ الْبَصَرَ
كَرَّتَيْنِ يَنْقَلِبْ إِلَيْكَ الْبَصَرُ خَاسِئًا وَهُوَ حَسِيرٌ(4)
“Tidak akan kamu lihat sesuatu yang tidak
seimbang pada ciptaan Tuhan Yang maha Pengasih.
Maka lihatlah sekali lagi, adakah kamu lihat sesuatu yang cacat ? Kemudian ulangi pandanganmu sekali lagi , niscaya
pandanganmu akan kembali lagi kepadamu tanpa menemukan cacat dan ia dalam
keadaan letih”. (QS Al Mulk [67]:3-4).
Firman
tersebut menyuratkan bahwa segala sesuatu yang terhampar di jagat raya ini menggambarkan fenomena sebab dan akibat, oleh karena itu
Allah SWt berfirman “Tidak akan kamu
lihat sesuatu yang tidak seimbang”, kemudian Dia menantang manusia agar menggali
dan mencari adakah cacat dalam ciptaan-Nya itu? Sampai
kapanpun manusia tidak akan bisa menyangkal fenomena tersebut. Ini
tergambar dari firman Allah SWt berkutnya, “Kemudian ulangi lagi pandanganmu
sekali lagi, niscaya pandanganmu akan kembali lagi kepadamu tanpa menemukan
cacat dan ia dalam keadaan letih.”
Manusia hanya mampu memilah-milah fenomena tersebut ke dalam berbagai disiplin Ilmu. Kaidah-kaidah yang tercipta dalam setiap disipin ilmu itulah sebenarnya sebagian dari kalam-kalam Ilahi.
Kalam itu ibarat samudra dan apa yang telah ditangkap
manusia hanyalah sebanyak air celupan yang terkumpul di ujung jarum. Allah SWt berfirman dalam Al Kahfi 109;
قُلْ لَوْ كَانَ الْبَحْرُ
مِدَادًا لِكَلِمَاتِ رَبِّي لَنَفِدَ الْبَحْرُ قَبْلَ أَنْ تَنْفَدَ كَلِمَاتُ رَبِّي
Katakanlah : ”Kalau sekiranya lautan menjadi tinta
untuk (menulis ) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum
habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku.” (QS Al Kahf [19]:109).
Sangat beruntung hamba yang mampu menangkap isyarat demikian, mereka itulah sebenarnya orang berilmu, orang yang mendapat anugerah yang banyak dari Tuhannya.
يُؤْتِي الْحِكْمَةَ مَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُؤْتَ الْحِكْمَةَ
فَقَدْ أُوتِيَ خَيْرًا كَثِيرًا وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّا أُولُو الْأَلْبَابِ
“Allah
menganugerahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Qur’an dan As Sunnah) kepada siapa yang
Dia kehendaki. Dan barang siapa yang
dianugerahi Al Hikmah itu, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang
banyak. Dan hanya orang-orang yang
berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah) .“(QS Al Baqarah
[2]:269).
Jalallain menerangkan arti hikmah dalam ayat di
atas sebagai ilmu yang berguna yang dapat mendorong manusia untuk bekerja dan
berkarya. Jadi orang berilmu
adalah orang yang mendapat anugerah besar dari Allah SWt berupa pemahaman yang mendalam tentang Al Qur’an dan As Sunnah
serta fenomena sebab akibat yang diciptakan-Nya di jagat raya ini , menyadari
akan ketentuan yang dialaminya dan dipastikan
dia semakin takut pada Tuhannya, takut
akan siksa dan kehilangan kasih
sayang-Nya.
إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ
مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ
“Sesungguhnya
yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama .’(QS Al
Fathir [35]:28).
Jadi
bukanlah golongan orang berilmu orang yang tidak memiliki kefahaman Al-Qur’an
dan As Sunnah dan jika semakin bertambah pengetahuan tidak menambah takut akan
Tuhannya. WAllahu ‘alamu bishawab.
***
Semoga
tulisan ini dapat menjadi pendorong
pembaca sekalian untuk meningkatkan kemampuan diri dalam memahami
Al Qur’an dan As Sunnah serta profesi yang digelutinnya. Aamiin Ya Robbal ‘alamin.
وصلّ
الله على سيّدنامحمّدٍ وعلى آله و صحبه وسلّم
Bdl,
Nop ‘17/Robiul Awal 1439 H
Al Faqir
BW
Tidak ada komentar:
Posting Komentar