Terima Kasih Anda Telah Mengunjungi Blog Ini

Blog ini bukan untuk tujuan komersial, bila ada gadget tambahan yang bersifat komersial itu bukan kehendak pemilik blog !

Senin, 05 Mei 2014

Krisis Moral

by
Budi Wibowo*)

بسم الله الرّحمان الرّحيم



Berkat kemajuan teknologi, dunia ibarat  kampung kecil saja.  Manusia sekarang sangat mudah menjangkau ke belahan bumi mana ia hendak pergi,  ke belahan mana  hendak melihat budaya masyarakat,  bahkan mudah sekali anak-anak kita melihat adegan pornografis maupun  tindakan-tindakan yang tidak berdasar pada tuntunan moral yang benar.   Padahal apapun yang masuk dalam brain atau pikiran generasi sekarang seharusnya disaring  melalui saringan agama terlebih dahulu.     Kini harus kita sadari bahwa kemajuan tehnologi  menuntut  semakin diperlukannya pendidikan agama  lebih keras,  sebab tanpa diimbangi tindakan demikian maind set /  pola pikir putra-putri kita akan didominasi oleh sifat hawaniyahnya.    

***  
Penciptaan Manusia

Malaikat diciptakan dengan memiliki akal tetapi tidak dengan nafsu, binatang diciptakan tidak  memiliki akal tetapi memiliki nafsu, sedangkan manusia diciptakan memiliki akal dan memiliki nafsu.   Maka setiap amal/tindakan  manusia  selalu mengikuti dorongan dua komponen tersebut yakni akal dan nafsu.   Bila kita mau merenung sejenak sebenarnya dalam diri manusia  selalu terjadi pergumulan hebat antara akal dan nafsu.   

Sifat Manusia
  1.  Sifat Insaniyah
Ketika akal menguasai maka amal seseorang mengikuti sifat malaikat  yaitu melakukan kebaikan atau sikap-sikap terpuji, seperti sadar akan kewajiban beribadah, belajar atau menuntut ilmu, bekerja, belas kasihan terhadap sesama, dsb.  ulama juga menyebut sifat ini sebagai sifat  insaniyah.   Pendek kata sifat insaniyah itu tampak pada manusia ketika dia mampu menundukkan  kebinalan nafsunya.   Dalam suatu hadist Rasul bersabda;
Bunga Dligo
لا يُؤمِنُ أحَدُكُمْ حَتَى يَكُونُ هَوَاهُ تَبَعاً لِمَا جِئْتُ بِه

“Masih belum sempurna iman seseorang di antara kalian sebelum keinginannya (hawa nafsunya) mengikuti petunjuk yang kusampaikan (HR. Al Baghawi, Tabrizi, Ibn Abu ‘Ashim, Muttaqi Al-Hindiy, Ibnu Hajar dan Al Khatib).1

Sebenarnya fitrah (sifat dasar) manusia itu  tunduk dan taat kepada Allah SWT, sebagaimana firman Allah SWT sbb;
فَاَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّيْنِ حَنِيْفاً فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah pada)  fitrah (dari) Allah.   Dia  yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.  Tidak ada perubahan pada fitrah Allah.  (Itulah) agama (nasehat)  yang lurus;  tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS Ar-Rum :30 :30).
   
  1. Sifat Hawaniyah
Tetapi ketika nafsu yang mendominasi  amal yang ditimbulkan mengikuti sifat  hawaniyah,  yakni terjadinya penonjolan naluri makan, minum, sex,  serakah dan amarah.    Karena nafsu yang mendominasi maka akal akan mengikuti kemauan nafsu.   Krisis moral yang terjadi seperti kasus paedofilia (sex predator), narkoba,  korupsi, money politik,  perselingkuhan yang berujung pembunuhan menggambarkan sifat hawaniyah tersebut.   Daya rusak  sifat hawaniyah ini lebih dahsyat dari hewan sebenarnya, sebab terjadinya penaklukan akal tadi.  Keadaan ini telah dijelaskan  Allah SWT dalam Surat At Tin, sbb:

لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ ثُمَّ رَدَدْنَاهُ أَسْفَلَ سَافِلِينَ إِلَّا الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ

Sungguh Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya, kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya, kecuali orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan”. (QS At Tin [95]:4-6).
Maka dari itu pada kesempatan lain Rasul bersabda:
 اَلْمُجَاهِدُ مَنْ جَاهَدَ نَفْسَهُ فِي اللهِ

Mujahid (sejati) adalah orang yang berjihad melawan nafsunya di jalan Allah” (HR Tirmidzi) 2 


Peran Orang Tua dalam Mengatasi Krisis Moral

Pertanyaannya mengapa krisis moral ini sekarang mewabah di negeri ini ?  Jawabnya, agama tidak dipegang atau diresapi secara mantap dalam jiwa sebagian besar anak bangsa ini,  sehingga tindakan  mereka tidak menggambarkan pengamalan agamanya.    Artinya anak bangsa ini telah banyak  keluar dari fitrahnya.   Benarlah jika Allah mengatakan “Kebanyakan mereka tidak mengetahui fitrahnya”  sebagaimana termaktub pada ayat di atas.

وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ

Di sinilah sekarang pentingnya pendidikan agama sejak usia dini.  Rasul bersabda bahwa

كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَىَ الْفِطْرَةِ  حَتَّى يُعْرِبَ عَنْهُ لِسَانُهُ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ

“Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci, hingga lisannya dapat mengungkapkan kehendak dirinya, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau orang Majusi” (HR Al Aswad Ibnu Surai).3

Maka tugas mutlak orang tua adalah mengarahkan putra putrinya ke jalur akhlak yang benar sesuai dengan perintah agama.   Di sinilah diperlukan keteladanan.   Setiap orang tua harus menyadari bahwa dirinya  harus menjadi teladan bagi anak-anaknya, karena merekalah sebenarnya agen utama dalam membentuk kepribadian putra putrinya.   Keteladanan itu bukan merupakan tindakan sesaat  tetapi keteladanan itu merupakan tindakan yang telah menjadi kebiasaan.   Suatu kebaikan apabila telah menjadi kebiasaan akan membentuk tabiat.   Tabiat bila telah memasyarakat  menjadi budaya.     Demikian juga  para guru atau peserta didik di sekolah mind set  mereka harus dirubah, bahwa sekolah itu bukan  tempat transfer ilmu belaka seperti kebanyakan yang terjadi sekarang, tetapi sekolah adalah tempat transfer moral positip sesuai dengan ilmu yang dipelajarinya.     Perlu kita ketahui bahwa berdasar penelitian ternyata transfer pengetahuan  yang paling efektif melalui visual (84%)4, bukan melalui  baca tulis atau yang lain.   Itulah sebab mengapa keteladanan itu sangat dibutuhkan.   Jadi yang penting dalam pelajaran agama  adalah pengamalannya bukan pada nilai rapot  hasil ujian semata. 

Bila orang tua telah memberi contoh sholat maka anak akan meniru, bila orang tua menunjukkan sikap dermawan maka anak akan meniru, bahkan anak akan menangkap semua tipe gaya hidup orang tuanya.   Gaya hidup yang religiskah atau  materialiskah yang tampak, seharusnya senantiasa orangtua menampilkan gaya hidup yang religis.    Ketegasan tanpa diikuti keteladanan tidak akan membuahkan hasil apa-apa.   Jangan harap anak akan rajin melaksanakan sholat bila orang tuanya malas melaksanakan sholat.  Inilah  gambaran betapa pentingnya peran orang tua dalam membentuk kepribadian putra-putrinya, karena cikal bakal baik dan rusaknya character   bangsa ini berawal dari sini.


Penutup

Berkat kemajuan teknologi, dunia ibarat  kampung kecil saja.  Manusia sekarang sangat mudah menjangkau ke belahan bumi mana ia hendak pergi,  ke belahan mana  hendak melihat budaya masyarakat,  bahkan mudah sekali anak-anak kita melihat adegan pornografis maupun  tindakan-tindakan yang tidak berdasar pada tuntunan moral yang benar.   Padahal apapun yang masuk dalam brain atau pikiran generasi sekarang seharusnya disaring  melalui saringan agama terlebih dahulu.     Kini harus kita sadari bahwa kemajuan tehnologi  menuntut  semakin diperlukannya pendidikan agama  lebih keras,  sebab tanpa diimbangi tindakan demikian maind set /  pola pikir putra-putri kita akan didominasi oleh sifat hawaniyahnya.      

Demikian menelaah sebab terjadinya krisis moral yang terjadi dewasa ini.  Wallahu ‘alumu bishawab

Semoga khutbah singkat ini bermanfaat pada diri saya dan jamaah sekalian.  Amiin.

بَارَكَ اللهُ لِئ وَلَكُمْ فِيْ الْقُرْ اَنِ الْعَظِمَ
وَنَفَعَنِئ وَ أِيَكُم بِا لاَيَاتِ وَالْذِّكْرِ الْحَكِيْمَ
وَ قُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَ اَنْتَ خَيْرٌ الَّراحِمِيْنَ


PUSTAKA

AL Qur’an Karim
1  Ibn Qoyim Al-Juziah._____.Raudhatul   MuhibbiinWanuzhatul
                         Musytaaqiin Diterjemah: Zubaidi,B,A,I.  2006. Taman Jatuh
                         Cinta dan  Rekreasi Orang-Orang Dimabuk  Rindu. Irsyad 
                         Baitus Salam. Bandung.  Hal.  912.
             2 Imam Suyuti. _______. Al Jaamingush Shogir.  Maktab
            Dar Ihya AlKitab Arabiyah.  Juz 2.   Indonesia.  Hal. 185
          3  Imam Suyuti, 911 H. Al Jaami’ush Shogiir.    Maktab Dar
                          Ihyaa Al      Kitab ‘Arabyyah.  Indonesia.  Juz 2.   Hal. 94.
4 Sanusi, Anwar. 2006. Jalan Kebahagiaan. Gema  Insani.
                   Jakarta. Hal.22
________________________________________ 
* *)  Penulis telah menyampaikan naskah ini dalam Khutbah Jum’at tgl.
       2 Mei 2014 pada salah satu masjid di Bandarlampung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar