by
Budi
Wibowo*)
بسم
الله الرّحمان الرّحيم
Berkat kemajuan teknologi, dunia ibarat kampung kecil saja. Manusia sekarang sangat mudah menjangkau ke belahan bumi mana ia hendak pergi, ke belahan mana hendak melihat budaya masyarakat, bahkan mudah sekali anak-anak kita melihat adegan pornografis maupun tindakan-tindakan yang tidak berdasar pada tuntunan moral yang benar. Padahal apapun yang masuk dalam brain atau pikiran generasi sekarang seharusnya disaring melalui saringan agama terlebih dahulu. Kini harus kita sadari bahwa kemajuan tehnologi menuntut semakin diperlukannya pendidikan agama lebih keras, sebab tanpa diimbangi tindakan demikian maind set / pola pikir putra-putri kita akan didominasi oleh sifat hawaniyahnya.
***
Malaikat diciptakan dengan
memiliki akal tetapi tidak dengan nafsu, binatang diciptakan tidak memiliki akal tetapi memiliki nafsu, sedangkan
manusia diciptakan memiliki akal dan memiliki nafsu. Maka
setiap amal/tindakan manusia selalu mengikuti dorongan dua komponen
tersebut yakni akal dan nafsu. Bila
kita mau merenung sejenak sebenarnya dalam diri manusia selalu terjadi pergumulan hebat antara akal
dan nafsu.
Sifat
Manusia
- Sifat
Insaniyah
Ketika
akal menguasai maka amal seseorang mengikuti sifat malaikat yaitu melakukan kebaikan atau sikap-sikap
terpuji, seperti sadar akan kewajiban beribadah, belajar atau menuntut ilmu,
bekerja, belas kasihan terhadap sesama, dsb.
ulama juga menyebut sifat ini sebagai sifat insaniyah. Pendek kata sifat insaniyah itu tampak pada
manusia ketika dia mampu menundukkan kebinalan nafsunya. Dalam suatu hadist Rasul bersabda;
“Masih belum sempurna iman seseorang di antara kalian sebelum keinginannya (hawa nafsunya) mengikuti petunjuk yang kusampaikan (HR. Al Baghawi, Tabrizi, Ibn Abu ‘Ashim, Muttaqi Al-Hindiy, Ibnu Hajar dan Al Khatib).1
Sebenarnya
fitrah (sifat dasar) manusia itu tunduk
dan taat kepada Allah SWT, sebagaimana
firman Allah SWT sbb;
فَاَقِمْ
وَجْهَكَ لِلدِّيْنِ حَنِيْفاً فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ
عَلَيْهَا لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ
أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah pada) fitrah (dari) Allah. Dia yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama (nasehat) yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS Ar-Rum :30 :30).
- Sifat
Hawaniyah
Tetapi ketika nafsu yang
mendominasi amal yang ditimbulkan
mengikuti sifat hawaniyah, yakni terjadinya penonjolan naluri makan,
minum, sex, serakah dan amarah. Karena nafsu yang mendominasi maka akal akan
mengikuti kemauan nafsu. Krisis moral
yang terjadi seperti kasus paedofilia (sex predator), narkoba, korupsi, money politik, perselingkuhan yang berujung pembunuhan
menggambarkan sifat hawaniyah tersebut. Daya
rusak sifat hawaniyah ini lebih dahsyat
dari hewan sebenarnya, sebab terjadinya penaklukan akal tadi. Keadaan ini telah dijelaskan Allah SWT dalam Surat At Tin, sbb:
لَقَدْ خَلَقْنَا
الْإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ ثُمَّ رَدَدْنَاهُ أَسْفَلَ سَافِلِينَ
إِلَّا الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ
”Sungguh Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya, kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya, kecuali orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan”. (QS At Tin [95]:4-6).
Maka dari itu pada
kesempatan lain Rasul bersabda:
اَلْمُجَاهِدُ مَنْ جَاهَدَ
نَفْسَهُ فِي اللهِ
“Mujahid
(sejati) adalah orang yang berjihad melawan nafsunya di jalan Allah” (HR
Tirmidzi) 2
Peran
Orang Tua dalam Mengatasi Krisis Moral
Pertanyaannya mengapa
krisis moral ini sekarang mewabah di negeri ini ? Jawabnya, agama tidak dipegang atau diresapi
secara mantap dalam jiwa sebagian besar anak bangsa ini, sehingga tindakan mereka tidak
menggambarkan pengamalan agamanya. Artinya
anak bangsa ini telah banyak keluar dari fitrahnya. Benarlah
jika Allah mengatakan “Kebanyakan mereka tidak mengetahui fitrahnya” sebagaimana termaktub pada ayat di atas.
وَلَكِنَّ
أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
Di sinilah sekarang pentingnya pendidikan agama sejak usia dini. Rasul bersabda bahwa
كُلُّ مَوْلُوْدٍ
يُوْلَدُ عَلَىَ الْفِطْرَةِ حَتَّى يُعْرِبَ عَنْهُ لِسَانُهُ فَأَبَوَاهُ
يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ
“Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci, hingga lisannya dapat mengungkapkan kehendak dirinya, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau orang Majusi” (HR Al Aswad Ibnu Surai).3
Maka tugas mutlak orang tua
adalah mengarahkan putra putrinya ke jalur akhlak yang benar sesuai dengan
perintah agama. Di sinilah diperlukan
keteladanan. Setiap orang tua harus menyadari bahwa
dirinya harus menjadi teladan bagi
anak-anaknya, karena merekalah sebenarnya agen utama dalam membentuk
kepribadian putra putrinya. Keteladanan
itu bukan merupakan tindakan sesaat tetapi keteladanan itu merupakan tindakan yang
telah menjadi kebiasaan. Suatu kebaikan apabila telah menjadi kebiasaan
akan membentuk tabiat. Tabiat bila
telah memasyarakat menjadi budaya. Demikian juga para guru atau peserta didik di sekolah mind
set mereka harus dirubah, bahwa
sekolah itu bukan tempat transfer ilmu belaka
seperti kebanyakan yang terjadi sekarang, tetapi sekolah adalah tempat transfer
moral positip sesuai dengan ilmu yang dipelajarinya. Perlu
kita ketahui bahwa berdasar penelitian ternyata transfer pengetahuan yang paling
efektif melalui visual (84%)4, bukan melalui baca tulis atau yang lain. Itulah
sebab mengapa keteladanan itu sangat dibutuhkan. Jadi yang penting dalam pelajaran agama adalah pengamalannya bukan pada nilai rapot hasil ujian semata.
Bila orang tua telah memberi
contoh sholat maka anak akan meniru, bila orang tua menunjukkan sikap dermawan
maka anak akan meniru, bahkan anak akan menangkap semua tipe gaya hidup orang
tuanya. Gaya hidup yang religiskah atau materialiskah yang tampak, seharusnya senantiasa orangtua menampilkan gaya hidup yang religis. Ketegasan
tanpa diikuti keteladanan tidak akan membuahkan hasil apa-apa. Jangan harap anak akan rajin melaksanakan
sholat bila orang tuanya malas melaksanakan sholat. Inilah gambaran betapa pentingnya peran orang tua
dalam membentuk kepribadian putra-putrinya, karena cikal bakal baik dan
rusaknya character bangsa ini berawal dari sini.
Penutup
Berkat kemajuan teknologi, dunia
ibarat kampung kecil saja. Manusia sekarang sangat mudah menjangkau ke
belahan bumi mana ia hendak pergi,
ke belahan mana hendak melihat budaya
masyarakat, bahkan mudah sekali
anak-anak kita melihat adegan pornografis maupun tindakan-tindakan yang tidak berdasar pada
tuntunan moral yang benar. Padahal
apapun yang masuk dalam brain atau pikiran generasi sekarang seharusnya
disaring melalui saringan agama terlebih
dahulu. Kini harus kita sadari bahwa
kemajuan tehnologi menuntut semakin diperlukannya pendidikan agama lebih keras, sebab tanpa diimbangi tindakan demikian maind
set / pola pikir putra-putri kita akan didominasi oleh sifat hawaniyahnya.
Demikian menelaah sebab
terjadinya krisis moral yang terjadi dewasa ini. Wallahu ‘alumu bishawab.
Semoga
khutbah singkat ini bermanfaat pada diri saya dan jamaah sekalian. Amiin.
بَارَكَ اللهُ لِئ
وَلَكُمْ فِيْ الْقُرْ اَنِ الْعَظِمَ
وَنَفَعَنِئ وَ أِيَكُم
بِا لاَيَاتِ وَالْذِّكْرِ الْحَكِيْمَ
وَ قُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَ اَنْتَ خَيْرٌ الَّراحِمِيْنَ
PUSTAKA
AL Qur’an Karim
1 Ibn Qoyim
Al-Juziah._____.Raudhatul MuhibbiinWanuzhatul
Musytaaqiin
Diterjemah: Zubaidi,B,A,I. 2006. Taman Jatuh
Cinta
dan Rekreasi Orang-Orang Dimabuk Rindu. Irsyad
Baitus Salam. Bandung.
Hal. 912.
2 Imam Suyuti. _______. Al Jaamingush Shogir. Maktab
Dar Ihya AlKitab Arabiyah. Juz 2.
Indonesia. Hal. 185
3 Imam
Suyuti, 911 H. Al Jaami’ush Shogiir. Maktab Dar
Ihyaa Al Kitab ‘Arabyyah. Indonesia. Juz 2. Hal. 94.
4 Sanusi, Anwar. 2006. Jalan Kebahagiaan.
Gema Insani.
Jakarta.
Hal.22
________________________________________
* *) Penulis telah menyampaikan naskah ini dalam
Khutbah Jum’at tgl.
2
Mei 2014 pada salah satu masjid di Bandarlampung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar