by
Budi Wibowo
بسم
الله الرّحمان الرّحيةI
Bergurau
merupakan hiburan yang dapat berguna untuk menghilangkan stress (cekaman) pada
diri manusia, namun dapat juga merendahkan martabat pelakunya bila
tidak dikontrol oleh norma-norma kepatutan yg berlaku, sebab bergurau menggambarkan kepribadian
pelakunya. Bila seseorang gemar menggunakan kata-kata
kotor, menunjukkan bahwa yang bersangkutan tidak memperhatikan larangan berkata kotor. Jika seseorang suka mengejek kekurangan saudaranya
maka dia sama saja suka mengejek penciptanya.
Bila seseorang dalam bercanda
mampu menggiring lawan bicara pada logika yang benar, maka dia seorang yang
berkepribadian tinggi atau berilmu,
sebaliknya jika seseorang dalam bergurau tidak menggunakan logika yang benar
(asal bicara atau abal-abal) menunjukkan yang bersangkutan tidak berilmu. Allah SWT berfirman;
وَإِذَا سَمِعُوا اللَّغْوَ أَعْرَضُوا
عَنْهُ وَقَالُوا لَنَا أَعْمَالُنَا وَلَكُمْ أَعْمَالُكُمْ سَلَامٌ عَلَيْكُمْ لَا
نَبْتَغِي الْجَاهِلِينَ
Dan apabila mereka
mendengar perkataan yang tidak bermanfaat, mereka berpaling dari padanya,
mereka berkata bagi kami amal kami dan bagimu amalmu, kesejahteraan atas diri
kamu,
kami tdak ingin bergaul dengan orang-orang jahil (bodoh) (Al Qashash [28]:55)
Dalam ayat lain Allah SWT berfirman,
bahwa orang muslim yang benar adalah orang selalu menjaga perkataannya;
وَالَّذِينَ
هُمْ عَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضُونَ
Dan orang-orang
yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tidak berguna.” (QS Al Mu’minun
[40]:3)
لا
تُكثِرُوا الكَلَمَ بِغَيْرِ ذِكرِاللهِ, فَاِنَّ كَثْرَةَ الكَلَامِ بِغَيْرِ
ذِكرِاللهِ تَعالى قَسْوَةٌ لِلقَلْبِ , وَ اِنَّ اَبْعَدَ النَّاسِ من اللهِ
القَلْبُ القَاسِى
“Janganlah kalian banyak bicara selain berzikir kepada Allah SWt, maka (banyak bicara) akan membuat kerasnya hati, dan sesungguhnya manusia yang paling jauh dari Allah Ta’ala adalah orang yang berhati keras.” (HR Turmudzi)2
Jadi akhlak atau kepribadian seseorang dapat ditemukan di dalam berguaraunya.
Rasul
bersabada;
مَنْ كَانَ يُؤمِنُ بِاللهِ وَ اليَومِ الاخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْراً
اَوْ لِيَصْمُتْ
Barang
siapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia selalu berkata baik atau
diam. (HR Bukhori ).1
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ
وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan
dan hati, semuanya akan dimintai pertanggungjawaban
(Al Israa [17]:36).
Isteri Rasulullah ketika ditanya tentang akhlak Rasulullah menjawab “adalah al Qur’an”, ucapan ini bukan sekedar ucapan kosong belaka sebab Allah SWT berfirman:
“Dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya . Ucapannya itu
tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan
(kepadanya)”. (QS An-Najm [53]:3-4)
سَنُقْرِئُكَ
فَلَا تَنْسَى إِلَّا مَا شَاءَ اللَّهُ إِنَّهُ
يَعْلَمُ الْجَهْرَ وَمَا يَخْفَى
“Kami akan membacakan
(Al Qur’an) kepadamu (Muhammad) sehingga engkau tidak akan lupa, kecuali
Allah menghendaki. Sungguh Dia
mengetahui yang terang dan tersembunyi.”
(QS Al A’laa [87]: 6-7).
Sebagai
manusia biasa tentu kita bertanya, kalau demikian bagaimana cara berguarau
Rasulullah ? Tentu gurauannyapun tetap
dalam bimbingan Allah SWt.
Tentang
hal bergurau ini Allah SWT memberi tuntunan , seperti berikut;
- Tidak mengolok-olok
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لَا
يَسْخَرْ قَومٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَى أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ وَلَا نِسَاءٌ مِنْ
نِسَاءٍ عَسَى أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ وَلَا تَلْمِزُوا أَنْفُسَكُمْ وَلَا
تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ وَمَنْ
لَمْ يَتُبْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
“Wahai
orang-orang yang beriman ! janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain,
(karena) boleh jadi mereka (yang
diperolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok), dan jangan pula
perempuan-perempuan (mengolok-olokan) perempuan lain, (karena ) boleh jadi
perempuan yang diperolok-olokkan lebih baik dari perempuan yang mengolok-olok. Jangan kamu saling mencela satu sama lain,
dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan)
yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barang siapa yang tidak bertobat, maka
mereka itulah orang-orang yang dzalim.” (QS Al Hujurat [49]:11)
وَمَا ءَاتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ
وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
“Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya tinggalkanlah, bertaqwalah kepada Allah SWT sesungguhnya siksa Allah itu sangat pedih (QS. Al-Hasyr[59]:7)
- Tidak mengandung kedustaan.
عن ابى
هريرة رضىالله عنه انّ النّبىّ ص.م قال: كفى باَلمرء كذِباً ان يُحَدِّ ثَ بِكُلِّ
مَا سَمِعُ
Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya
Nabi saw. Bersabda:”Cukuplah seseorang disebut pendusta, jika ia menceritakan
segala sesuatu apa yang tidak ia dengar.” (HR
Muslim)3.
لاَ
يُؤْمِنُ العَبْدُ الاِيْمَانَ كُلَّهُ حَتَّى يَتْرُكَ الكَذِبَ مِنَ المُزَاحَةِ
وَ يَتْرُكَ المِرَاءَ وَ اِنْكَانَ صَادِقًا
Belum sempurna iman seorang hamba
hingga ia meninggalkan dusta sekalipun dalam gurau, dan meninggalkan perdebatan
sekalipun ia benar. (HR. Ahmad)3a
- Mengandung nilai educative (pendidikan)
Suatu saat Rasulullah dalam
perjalanan bertemulah seseorang yang menanyakan terhadap beliau “Dari kabilah
mana Anda”, Rasul menjawab dari kabilah “Air”.
Rasul tidak menyebutkan kabilah yang melekat pada dirinya karena secara
logika semua manusia itu diciptakan dari bahan yang sama di hadapan Allah SWT
dan semua manusia itu diciptakan dari
air.
Adalagi saat seorang nenek berkata
apakah dia nanti bisa masuk syurga, beliau menjawab di syurga tidak ada nenek2.
Gurauan Rasululllah ini sesuai dengan
firman Allah SWT dalam QS:
فَجَعَلْنَاهُنَّ
أَبْكَارًا عُرُبًا أَتْرَابًا
Dan Kami jadikan mereka gadis-gadis
perawan,penuh cinta lagi sebaya umurnya (QS Al Waqi’ah [56]:36-37)
- Tidak menggunakan kata- kata kotor.
Rasulullah
SAW berkata kepada Muadz ra, sbb;
اَلاَ
اُخْبِرُ كَ بِمَلاَكِ ذَلِكَ ؟ قُلْتُ : بَلى يا رسول الله فاخذ بلسانه فقال:
كُفَّ عليك هذا , قُلتُ: يا رسول الله وأِنّا لَمُؤَاخذونّ بما تتكلَّمُ به؟ فقال ثكِلَتْكَ اُمُّكَ, و هل يَكُبُّ النَّاس
فى النّار عَلى وُجُوههم الاّ حَصَائِدُ اَلسِنَتِهِمْ
“Maukah kamu aku beritahu tentang kuncinya semua perkara?” lalu
beliau memegang lidahnya dan bersabda:”jagalah ini”. Lalu saya berkata:” Wahai Rasulullah, apakah
kami akan dituntut (disiksa) karena apa yang saya katakan?” Maka beliau
bersabda: “Celaka kamu dan bukankah manusia dimasukkan ke dalam neraka atas
murkanya, kecuali karena ulah lidahnya (ucapannya).(HR Turmudzi)4
Kata-kata yang tidak edukatif dan dusta bukan merupakan
sikap ahli syurga, sebagai mana Allah SWT berfirman dalam surat An Naba’ ayat
35:
لَا يَسْمَعُونَ
فِيهَا لَغْوًا وَلَا كِذَّابًا
Mereka tidak mendengar perkataan
yang sia-sia atau perkataan dusta.
- Tidak menakutkan orang lain
المسلم من
سلم المسلمون من لسانه و يده و المهاجر من هجر ما نهى الله عنه
Muslim adalah orang yang selamat
kaum muslim dari lisan dan tangannya sedangkan Muhajirun adalah orang yang
hijrah (meninggalkan) dari apa yang dilarang Allah SWt. (HR Buchori, Abu Dud dan Ansai dari Ibn Umar sanad sahih)5
Demikian memedomani
Rasulullah Saw di dalam bergurau semoga risalah pendek ini bermanfaat bagi
pembaca. Amiin.
Wallahi ‘alamu
bishawabi
و صلّ الله على سيّدنا محمّد وعلى آله وصحبه
وسلّم
Pustaka
Al Qur’an Karim
1,2,3,4Imam Nawawi. 2004 M/1425H. Riyadush Shaalihin.
Dar Al-Kotob
Al-Ilmiah. Beyrouth. Lebanon. Cet. VI.
3aAl
Hasyimi, Sayid Ahmad. 1995. Mukhtarul
Ahadist. Trj. Mahmud Zaini.
Pustaka Amani. Jakarta. Hal. 378
Pustaka Amani. Jakarta. Hal. 378
5 Imam Suyuti. _______. Al Jaami’ush Shogir. Maktab
Dar Ihya AlKitab Arabiyah. Juz 2.
Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar