by
Budi
Wibowo
بسم الله الرّحمان الرّحية
Kini dapat kita rasakan betapa
beragamnya bentuk kedunguan. Ada
kedunguan berbungkus akademisi, ada kedunguan berbungkus jabatan, ada kedunguan
berlabel politikus, ada kedunguan berlabel agama dan kedunguan tanpa
label.
***
Fitnah itu lebih kejam dari pembunuhan. Ungkapan ini telah popular sekali di tengah
masyarakat. Ungkapan ini bukan hanya
isapan jempol belaka sebab yang pertama mengungkapkan istilah tersebut adalah Allah SWT dalam firman-Nya sbb.
وَالْفِتْنَةُ
أَشَدُّ مِنَ الْقَتْلِ
Fitnah itu lebih kejam dari pada
pembunuhan. (QS Al Baqarah [2]:191).
Saudara kata fitnah adalah kata adu domba, kedua kata ini erat kaitannya dengan
perbuatan dusta (bohong). Perbuatan
demikian termasuk dosa besar. Allah
SWT melabeli ahli fitnah itu sebagai orang gila.
فَسَتُبْصِرُ
وَيُبْصِرُونَ بِأَيِّيكُمُ الْمَفْتُونُ
Kelak kamu akan melihat dan mereka
(orang-orang kafir) akan melihat. Siapa
di antara kamu yang gila. (QS Al Qalam [68] : 4-5).
Allah SWT melarang mengikuti atau
turut menyebarkan perbuatan fitnah.
وَلَا
تُطِعْ كُلَّ حَلَّافٍ مَهِينٍ هَمَّازٍ
مَشَّاءٍ بِنَمِيمٍ
Dan janganlah kamu ikuti orang yang
banyak bersumpah lagi hina, yang banyak mencela kian kemari menghambur fitnah.
(QS Al Qalam [68] : 10-11).
Pada ayat sebelumnya Allah SWT
memperingatkan, bahwa kita dilarang menyebarkan berita yg belum kita ketahui
kebenarannya. Seperti termaktub dalam
ayat berikut.
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ
إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ
مَسْئُولًا
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang
kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan
diminta pertanggungjawabannya. (QS AI Isra ‘ [17 ]:36).
Untuk menghindari hal yang tidak kita
inginkan Rasul mengingatkan;
مَنْ
كَانَ يُؤمِنُ بِاللهِ وَ اليَومِ الاخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْراً اَوْ لِيَصْمُتْ
Barang siapa beriman kepada Allah dan
hari akhir hendaklah ia selalu berkata baik atau diam. (HR Bukhori ).1
***
Ada
2 (dua) buah bentuk kedurhakaan (pelanggaran perintah) yang dilakukan oleh
manusia terhadap Allah SWT. Sebagaimana Imam Gozali RA, menjelaskan dalam
kitabnya Mukasafatul Qulub 2,
1. Kedurhakaan hamba kepada Allah SWT, sebab permainan hawa nafsu. Contoh : Orang mencuri karena lapar.
1. Kedurhakaan hamba kepada Allah SWT, sebab permainan hawa nafsu. Contoh : Orang mencuri karena lapar.
2.
Kedurhakaan hamba kepada Allah SWT,
sebab permainan akal Contoh : Korupsi dan Adu domba
(fitnah).
Fitnah
termasuk dosa yang sulit mendapatkan
pengampunan sebab terjadinya permainan
akal , kecuali bertobat dengan
sebenar-benar tobat. “Fitnah lebih kejam dari pembunuhan” meski firman ini diungkapkan dalam kalimat
berita, sudah cukup bagi mereka yang memiliki kedekatan kepada Allah SWT
sebagai ungkapan yang sangat keras.
Rasul pernah menyatakan bahwa lenyapnya dunia itu bagi Allah SWT lebih
ringan dari pada dibunuhnya seorang muslim.
Kita perhatikan sabda Beliau berikut.
لَزَوَالُ الدُّنْيا أَهْوَنُ عِنْدَ اللهِ مِنْ قَتْلِ رَجُلٍ مُسْلِمٍ
Sungguh lenyapnya dunia itu bagi
Allah lebih ringan dari dibunuhnya seorang muslim
(HR Turmizi dan An-Nasai dari Ibn Umar,
shohih) 3
Fitnah merupakan hasil bisikan iblis
yang menyembul pada permukaan diri manusia.
Perbuatan ini termasuk perbuatan yang dilakukan dengan kesadaran dan
pikiran penuh. Bisikan ini menjangkau ke pelbagai permukaan,
dari orang awam hingga orang yang mengaku sebagai ilmuwan sekaligus. Bila menyembul pada ilmuwan bahayanya akan
lebih besar sebab mereka merupakan panutan dari kalangan awam atau para murid
dan pengikutnya. Kalau menyembul pada
tokoh masyarakat juga sangat besar dampaknya sebab mereka menjadi referensi bagi
rakyat atau para pengikutnya. Dalam Al
Qur’an Allah SWTmenyebutnya sebagai partai syaiton atau hisbusy syaiton.
Oleh karena itu tidak ada alasan sebagai
penyandang dosa ringan saja bagi penyubur fitnah atau pengikut tendensius yang
ikut menyebarkan fitnah sebelum tabayun (menyelidiki kebenaran). Mari kita perhatikan sabda Rasul SAW
berikut;
اِنَّ
العَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالكَلِمَةِ مِن رِضْوَانِ اللهِ تَعَالَى مَا يُلقِى
لَهَا بَالاً يَرْفَعُ اللهُ بِهَا دَرَجَاتٍ, و اِنَّ
العَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ
بِالكَلِمَةِ مِنْ سَخَطِ اللهِ تَعَالَى لا يُلْقىِ لَهَا بَالاً يَهْوِى بِهَا
فِى جَهَنَّمَ
Ada seorang hamba yang berbicara
dengan satu kalimat yang membuat ridha Allah SWT yang tanpa ia sadari Allah
mengangkat derajatnya karena kalimat itu.
Dan tentu ada seorang hamba yang berkata dengan satu kalimat yang membuat
Allah SWT murka yang tanpa ia sadari, Allah menjebloskannya ke dalam neraka
karena kalimat itu. (HR Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah, hasan-shohih ).4
Ketendensiusan lebih menggambarkan
adanya kesadaran dan perencanaan penuh bagi pelakunya dibanding dengan sesuatu
yang tidak sengaja sebagaimana tersebut dalam hadist di atas. Fitnah-fitnah itu biasanya timbul tatkala terjadi pemilihan pemimpin dalam alam
demokrasi. Seperti yang telah penulis
saksikan dalam masa kampanye pemilihan pemimpin, terdapat sebuah tabloid yang berisi fitnah yang
berhasil diungkap petugas keamanan. Dalam dunia maya lebih ramai dan dahsyat
lagi. Bila dalam Kitab disebutkan ahli
fitnah aktiv sebagai orang yang tidak waras (gila), maka cukuplah bagi pengikut
yang tendensius sebagai pengikut fanatik / dungu.
Kini dapat kita rasakan betapa
beragamnya bentuk kedunguan. Ada
kedunguan berbungkus akademisi, ada kedunguan berbungkus jabatan, ada kedunguan
berlabel politikus, ada kedunguan berlabel agama dan kedunguan tanpa
label. Semoga pembaca/jama’ah sekalian
tidak termasuk di dalamnya. Waallahu ‘alamu bishawab.
PUSTAKA
Al Qur’an Karim
1 Al-Bukhari, Al-Sindi. 2011. Shohih Al
Bukhari Dar
Al Kotob Al Ilmiyah. Lebanon. Edisi 5. Juz 4.
Hal.105.
2
Al Gozali, Muhammad Abu Hamid.____. Mukasafatu Al-Qulub. Al
Haramain Indinesia. Hal 23-25
3 Imam Suyuti. _______. Al Jaami’ush Shogir. Maktab
3 Imam Suyuti. _______. Al Jaami’ush Shogir. Maktab
Dar Ihya AlKitab Arabiyah. Juz 2.
Indonesia. Hal. 123
4 Imam
Suyuti. _______. Al Jaami’ush Shogir.
Maktab
Dar Ihya AlKitab Arabiyah. Juz 1.
Indonesia. Hal. 82
======
Materi khutbah jum’at 4
Juli 2014, di salah satu masJid di Bandarlampung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar