Rahmat Allah itu Mendahului Murkanya
By
Budi Wibowo
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Dalam hadist qudtsi disebutkan:
اِنَّ رَحْمَتِيْ تَغْلِبُ غَضَبِيْ
”Sesungguhnya
rahmat-Ku (kecintaan-Ku) mendahului
murka-Ku”. (HR Bukhari).
Makna firman tersebut dapat kita jelaskan dengan gambaran seperti
berikut;
Periode I
Bahwa, perjalan hidup manusia mulai dari dalam rahim hingga lahir ke
dunia hingga dewasa (akhil baligh) belum mendapat pembebanan. Perbuatan salah dalam masa itu belum dicatat
sebagai dosa, sebaliknya perbuatan baik yang dilakukannya merupakan bonus pahala untuk orang tuanya. Oleh karena itu dalam masa demikian peran
orang tua sangat penting.
رُفِعَ الْقَلَمُ عَنِ ثَلَاثَةٍ : عَنِ النّائِمِ
حَتَّى يَسْتَيْقَظَ وَ عَنِ الْمَبْتَلِى حَتَّى يَبْرَأوْ
وَ عَنِ الصَّبِى حَتَّى يَكْبِرَ
”Pena diangkat dari tiga orang ; orang yang tidur sampai dia bangun, orang
yang sakit hingga dia sembuh dan anak kecil hingga dewasa.” (HR Tarmidzi).
كُلُّ مَوْلَدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ حَتَّى
يُعْرِبَ عَنْهُ لِسَانُهُ فَأبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ
أَوْ يُمَجِّسَانِهِ
“Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci, hingga lisannya dapat
mengungkapkan kehendak dirinya, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya
sebagai Yahudi, Nasrani atau Majusi.” (HR Al Aswad Ibnu Surai).
Jadi Allah SWT menganugerahkan rahmatNya sebelum manusia memikul pembebanan. Periode ini terjadi dari masa dalam rahim ibu hingga batas awal memasuki masa baligh.
Periode II
Selanjutnya dalam masa akhil baligh (dewasa) mulailah dia
menerima pembebanan. Mulai saat inilah
jika seseorang melakukan perbuatan yang tidak sesuai perintah-Nya akan mendapat
sangsi. Sangsi ini bisa terjadi saat di
dunia saja atau di akhirat dan keduanya.
Orang yang mencuri kemungkinan akan tertangkap dan dihukum atau tidak tertangkap sehingga luput dari hukuman, tetapi di akhirat kelak dia mendapat hukuman atas perbuatannya. Sangsi di dunia kemungkinan akan menjadikannya jera dan bagi mereka yang lolos akan mendapat sangsi di akhirat kelak.
Orang yang mencuri kemungkinan akan tertangkap dan dihukum atau tidak tertangkap sehingga luput dari hukuman, tetapi di akhirat kelak dia mendapat hukuman atas perbuatannya. Sangsi di dunia kemungkinan akan menjadikannya jera dan bagi mereka yang lolos akan mendapat sangsi di akhirat kelak.
Dari dua periode tersebut kita dapat menarik pelajaran bahwa periode pertama masa hidup manusia merupakan rahmat-Nya dan pada periode ke dua mulai mendapat sangsi jika melakukan pelanggaran. Maka benar jika "Rahmat Allah itu mendahului murkan-Nya".
***
Selain ilustrasi di atas kita dapat memngambil pelajaran pada kurun kehidupan manusia setelah menerima pembebanan, bahwa dalam kata rahmat juga terkandung makna pertolongan. Pada kurun ini kita dapat mengambil pelajaran bahwa ketika manusia telah melakukan pelanggaran, akan menerima sangsi,. Allah menimpakan hukuman di dunia itu sebenarnya hendak menolong hamba-Nya agar sadar kemudian tidak mengulang dan memberi kesmpatan berbuat baik (beramal sholeh). Sedangkan mereka yang lolos dari sangsi dunia akan mendapat murka-Nya
di akhirat kelak.
KESIMPULAN
:
- Pelaku pelanggaran pada hakekatnya adalah orang
yang tidak mensyukuri atas pemberian-Nya.
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ
وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
Artinya : Dan (ingatlah
juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan : “Sesungguhnya jika kamu bersyukur , pasti
Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku),
maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (QS Ibrahim [14]:7).
- Pelurusan kembali
dari jalan yang salah pada
manusia baik melalui jalan sangsi maupun kesadaran manusia itu
sendiri sebenarnya merupakan pertolongan Allah SWt sebab kecintaan-Nya.
اِنَّ رَحْمَتِيْ تَغْلِبُ غَضَبِيْ
“ Sesungguhnya
kecintaan-Ku (pertolongan-Ku) mendahului murka-Ku.”
- Pertolongan itu bisa jadi berupa sesuatu yang disukai dan bisa jadi berupa sesuatu yang tidak disukai. Sesuatu yang tidak disukai dirasakan sebagai kemurkaan atau siksaan-Nya bagi hamba yang tidak kunjung sadar akan kecintaan-Nya. Dengan demikian jelas bahwa pada hakekatnya Tuhan tidak pernah murka terhadap hamba-Nya.
Firman Allah SWt :
إنْ أَحْسَنْتُمْ لِأَنْفُسَكُمْ وَ إِنْ أسأْتُمْ فَلَهَا
"Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat. maka (kerugian kejahatan) itu untuk dirimu sendiri." (QS Al-Israa'[17]:7)
- Pada hakekatnya kemurkaan Allah SWt itu adalah adzab yang ditimpakan di akhirat kelak dengan
menempatkan ke dalam neraka selama-lamanya terhadap hamba-hamba penyekutu Allah SWT dan kaum kafir Ahli
Kitab.
إِنَّ
الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ
فِيهَا أُولَئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ
“Sungguh, orang kafir dari golongan Ahli Kitab dan orang-orang musyrik akan (masuk) ke neraka Jahanam; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Mereka itu adalah sejahat-jahat makhluk.” (QS Al Bayyinah [98]:6).
Demikian
tulisan pendek ini semoga bermanfaat bagi penulis dan pembaca sekalian. Amiin.
وصلّ
الله على سيّدنامحمّدٍ وعلى آله و صحبه وسلّم
Wallahu ‘alamu bishawab.
Sept. 2017 /Muharam 1439 H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar