by
Budi Wibowo
بسم الله الرّحمام
الرّحيم
Bukalah
catatan hidupmu niscaya akan tersingkap siapa sebenarnya dirimu. Maka tidak salah jika dikatakan kita
adalah masa lalu kita. Tapi
kebanyakan manusia lalai siapa mereka sebenarnya, sehingga mereka tidak peduli dengan penjagaan nama baik diri
mereka.
***
Kita adalah nama beserta atribut yang
melekat pada diri kita. Bila Anda menyebut Si Fulan maka yang terlintas dalam benak Anda adalah Si Fulan
beserta atribut yang melekat padanya. Fulan si tukang bagunan, yang jujur, yang baik pekerjaannya, yang
dermawan, dan sebagainya kesemuanya itu
merupakan atribut yang tidak dapat ditangkap
oleh indera secara langsung, adapun ujud atau penampilan berkulit putih,
yang bermata indah, tinggi yang ideal, memiliki rumah di Jakarta dan sebagainya
adalah atribut yang dapat ditangkap oleh indera secara langsung. Jadi atribut
itu ada yang bersifat fisik dan ada pula yang non fisik.
Siapa sebenarnya diri kita? Dalam pengadilan akhirat nanti seluruh anggota badan kita akan menjadi saksi atas
perbuatan yang telah kita lakukan, dalam
Surat Yasin disebutkan bahwa seluruh anggota badan itu terwakili oleh tangan dan kaki kita.
الْيَوْمَ نَخْتِمُ عَلَى
أَفْوَاهِهِمْ وَتُكَلِّمُنَا أَيْدِيهِمْ وَتَشْهَدُ أَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
“Pada
hari ini Kami tutup mulut mereka , tangan mereka akan berkata kepada Kami dan
kaki mereka akan memberi kesaksian
terhadap apa yang mereka kerjakan (QS. Yasin (36):65).
Bila seluruh anggota badan kita kelak akan menjadi saksi atas diri kita maka menjadi jelas bahwa diri kita pada hakekatnya
adalah yang mengelola dan memanfaatkan seluruh anggota badan kita. Bila
demikian jasad adalah instrument yang disiapkan oleh
Allah SWt agar kita memanfaatkan sebaik-baiknya.
إِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ
إِنِّي خَالِقٌ بَشَرًا مِنْ طِينٍ فَإِذَا سَوَّيْتُهُ وَنَفَخْتُ فِيهِ مِنْ رُوحِي
فَقَعُوا لَهُ سَاجِدِينَ
Ingat-lah ketika
Robbmu berfirman kepada –Malaikat:”Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari
tanah”. maka apabila telah kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya
roh (ciptaan)-Ku, maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya. (QS Ashaad (38):71-72).
Dari ayat tersebut kita
dapat mengambil pelajaran bahwa kita sebenarnya adalah substansi yang bersifat ghoib (roh) yang ditiupkan (diciptakan)
Allah SWt, maka performa badan hanyalah atribut yang menujukkan identitas kita belaka. Kita mendapat beban mengurus jasad kita, di
samping itu juga mengurus bagaimna agar baiknya lingkungan kita.
Secara
bersamaan Allah SWt juga menjadi pengelola jasad kita. Kita tidak dapat mengendalikan
denyut jantung, rithme nafas,
seluruh reaksi metabolisma yang
terjadi dalam tubuh, dlsb. Feomena ini dapat kita rasakan saat kita
tertidur. Inilah sebagian peran Allah SWt. Pada jasad
manusia.
Maka menjadi jelas bahwa dalam diri manusia terjadi sinergitas antara Tuhan dan manusia dalam mengelola sisi materiil manusia. Ucapan yang telah populer di kalangan kaum sufi, sbb:
Maka menjadi jelas bahwa dalam diri manusia terjadi sinergitas antara Tuhan dan manusia dalam mengelola sisi materiil manusia. Ucapan yang telah populer di kalangan kaum sufi, sbb:
مَنْ عَرَفَ نَفْسَهُ فَقَدْ عَرَفَ رَبَّهُ
“Siapa
yang mengenal dirinya, niscaya telah mengenal Tuhannya.”
Allah SWt. berfirman:
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي
عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ
“Dan apabila hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang
aku, maka (jawablah) Aku dekat.”(QS Al Baqarah (2):186).
***
Persaksian itu memerlukan bukti dari apa yang telah
disaksikan. Bukti itu suatu yang telah
disaksikan di masa lalu, yakni
tadi, kemarin, seminggu yang lalu atau beberapa tahun yang lalu, singkatnya saat kita masih hidup di dunia. Bila kita mau merenung
tentang siapa diri kita? Cukuplah dengan melihat
apa yang telah kita torehkan di masa lampau. Allah SWt. Mengajari kita tentang hal ini melalui firman berikut:
وَنُخْرِجُ لَهُ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ كِتَابًا يَلْقَاهُ مَنْشُورًااقْرَأْ كِتَابَكَ كَفَى بِنَفْسِكَ الْيَوْمَ
عَلَيْكَ حَسِيبًا
“Dan pada hari Kiamat Kami
keluarkan baginya sebuah kitab dalam keadaan terbuka. “Bacalah kitabmu , cukuplah dirimu sendiri
pada hari ini sebagai penghitung atas dirimu.” (QS. Al-Isra’ (17) : 13-14).
Torehan itu akan indah dikenang jika
kita selalu mengukir perjalanan hidup ini sesuai dengan tuntunan-Nya yakni
apapun yang kita jalani penuh rasa riang dan syukur, Allah SWt memberi khabar
tentang hamba yang demikian;
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ تَزَكَّى وَذَكَرَ اسْمَ رَبِّهِ
فَصَلَّى
“Sungguh beruntung orang yang
menyucikan diri (dengan beriman) dan mengingat nama Tuhannya, lalu mendirikan
shalat.”(QS AL-A’la (87):14-15).
Sebaliknya torehan itu terkenang sebagai
catatan buruk jika perjalanan hidup yang kita jalani penuh rasa ingkar dan
sumpah serapah. Pengingkaran dan sumpah serapah ini bisa
terjadi secara lahir maupun secara bathin (yang
tidak terungkap melalui lesan dan amal). Allah
SWt. menyatakan bahwa kebanyakan manusia
telah mengukir catatan hidupnya dengan catatan demikian.
بَلْ تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةُ
خَيْرٌ وَأَبْقَى
“Sedangkan kamu (orang-orang yang
ingkar) memilih kehidupan dunia, padahal kehidupan ahirat itu lebih baik dan
kekal.”(QS A-A’la (87):16-17).
***
Oleh karena itu untuk mengetahui identitas
diri ini tidak harus menunggu pengadilan akhirat kelak. Bukalah catatan hidupmu niscaya akan tersingkap siapa sebenarnya
dirimu. Maka tidak salah jika dikatakan kita
adalah masa lalu kita. Tapi kebanyakan manusia lalai siapa mereka
sebenarnya, sehingga mereka tidak peduli dengan penjagaan nama baik diri
mereka.
Wallahu ‘alamu bishawab.
و صلّ الله على سيّدنا محمّد وعلى
آله وصحبه وسلّ
اَللَّهُمَّ افْتَحْ عَلَيْنَا
فُتُحَ الْعَارِيْفِيْنَ بِحِكْمَاتِكَ
بَارَكَ
اللهُ لِئ وَلَكُمْ فِيْ الْقُرْ اَنِ الْعَظِمَ
وَنَفَعَنِئ وَ أِيَكُم
بِا لاَيَاتِ وَالْذِّكْرِ الْحَكِيْمَ
وَ قُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ
وَ اَنْتَ خَيْرٌ الَّراحِمِيْنَ
Bdl, Juni
2019
Al faqir
BW
Apik tenan....
BalasHapus