Terima Kasih Anda Telah Mengunjungi Blog Ini

Blog ini bukan untuk tujuan komersial, bila ada gadget tambahan yang bersifat komersial itu bukan kehendak pemilik blog !

Selasa, 23 Juli 2019

Politik itu Berubah Menjadi Berhala


by
Budi Wibowo

بسم الله الرّحمام الرّحيم

Kini berhala-berhala itu  bercokol dalam sanubari orang-orang yang menuhankan hawa nafsunya.  Ujud demikian terlihat dari sikap pemecah belah agama dan persatuan  bangsa.  Perilaku demikian dapat  ditelusuri melalui pendekatan individu,  bagaimana  cara mereka dalam merebut kekuasaan (berpolitik).  Maka tidak salah jika dikatakan  bahwa di jaman jahiliyah modern ini politik dapat berubah ujud menjadi  berhala. 
.
***

Bila kita berbicara politik, yang menjadi cakupan bahasan selalu tentang kursi kekuasaan dalam pemerintahan.  Banyak diantara hamba Allah yang berambisi  mecapai wilayah tersebut.  Berbagai cara mereka lakukan  bahkan dengan menggelontorkan biaya yang besar sekalipun mereka tempuh, padahal  pencapaian itu juga harus ditempuh melalui jembatan ilmu.  Ulama menyatakan bahwa

مَنْ اَرَادَ الدُّنْيَا فَعَلَيْهِ باِلْعِلْمِ, وَمَنْ اَرَادَ الآخِرَةَ فَعَلَيْهِ 

باِلْعِلْمِ , مَنْ اَرَادَ هُمَا فَعَلَيْهِ باِلعِلْمِ

Barang siapa menginginkan  dunia maka hendaklah dengan ilmu, barang siapa menginginkan  akhirat  hendaklah dengan  ilmu dan barang siapa menginginkan keduanya hendaklah dengan ilmu.

Dari pernyataan ulama  tersebut tersirat pesan bahwa  untuk meraih sebuah cita-cita harus dilandasi  dengan   ilmu.   Semua itu tergantung pada niat atau motivasi yang menjadi daya dorong dari apa yang ingin dicapai.   Bila niat itu hanya untuk meraih dunia maka segala daya dan upaya  akan ditempuh tanpa melihat rambu-rambu moral.   

Politik tanpa moralpun bisa terjadi pada kondisi dimana agama hanya  digunakan sebagai bungkus  belaka.   Tindakan demikian termasuk menyekutukan Tuhan,  sebagaimana Allah SWt. berfirman sbb;

 أَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ أَفَأَنْتَ تَكُونُ عَلَيْهِ وَكِيلًا 

“Sudahkah engkau (Muhammad) melihat orang yang menjadikan keinginannya sebagai tuhannya?.  Apakah engkau akan menjadi pelindungnya?” (QS. Al-Furqan [25]:43).

وَلَا تَكُونُوا مِنَ الْمُشْرِكِينَ , مِنَ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ

Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, yaitu orang yang  memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan .  Setiap golongan bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.(QS Ar Rum [30]:31-32).

Selanjutnya Rasul SAW menasehati kita  sbb;

إ ذَا قاَلَ الرَّجُلُ لأخِيْهِ : ياَ كَافِرُ , فَقَدْ باَءَ بِهِ أحَدُهُمَا

Jika seseorang mengatakan saudaranya “Wahai kafir” maka sebutan itu akan kembali pada salah satu dari keduanya. (HR Bukhari)*

Yang dimaksud hadist tersebut adalah  barang siapa memanggil dengan sebutan kafir atau musuh Allah padahal yang bersangkutan tidak demikian, maka tuduhan itu akan kembali kepadanya.

Selanjutnya Allah SWt mengajari  hamba-Nya dalam  membina persatuan
كَانَ النَّاسُ أُمَّةً وَاحِدَةً

"Manusia itu adalah umat yang satu” (Al Baqarah [2]:213)

ضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ أَيْنَ مَا ثُقِفُوا إِلَّا بِحَبْلٍ مِنَ اللَّهِ وَحَبْلٍ مِنَ النَّاسِ

“Mereka itu diliputi kehinaan  dimanapun mereka berada, kecuali mereka berpegang pada tali (agama) Allah dan  tali (perjanjian) dengan manusia.” (QS Al Imran [3]:112)

Pada masa awal perkembangan Islam pemerintahan itu dipimpin oleh Rasulullah dan tali perjanjian yang mereka tetapkan terkenal dengan sebutan “Piagam Madinah” .  Perjanjian itu mengikat baik antar golongan, antara agama maupun antar suku,  seperti halnya  “Panca Sila” sebagai dasar negara  Republik Indonesia.  Di dalam kedua perjanjian itu dijamin hak-hak asasi manusia (keselamatan beragama, jiwa/kehormatan, akal/berpendapat, keluarga/keturunan serta harta /hak milik.),  Maka jelas bahwa jika ada kelompok yang hendak melanggar perjanjian tersebut  niscaya mereka akan mendapat hinaan baik dari Alllah SWt maupun dari penduduk bumi ini, sebab kelompok demikian mengabaikan tujuan pokok dari syariah, yaitu keadilan,  yakni menjamin manfaat dan mencegah kemudhlorotan.

Allah SWt berfirman;

لَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ

 يُخْرِجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ أَنْ تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ 

اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ

Tidak ada salahnya kalian bersikap adil  dan berbuat baik terhadap orang-orang yang tidak meyerangmu karena alasan agama dan tidak mengusirmu dari tempat tinggalmu.  Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat adil. (QS Al Mumtahanah [60]:8).

***

Dari uraian di atas kita dapat mengambil pelajaran bahwa sebagai hamba Allah hendaklah kita memahami sifat-sifat Allah SWt sehingga terhindar dari sikap yang menimbulkan kecemburuan-Nya.  Allah SWt. telah  menyampaikan ujud kecemburuan-Nya itu melalui para utusan-Nya.  Saat Allah mengutus Ibrahim AS Dia hancurkan berhala-berhala yang menjadi sesembahan kaum Ibrahim  saat itu, karena perbuatan tersebut (menyembah berhala) dianggap sebagai sebuah kebodohan (jahiliyah) demikian pula  di jaman  Rasululllah SAW.  Mereka itu dikenal dengan sebutan kaum musyrikin.

Kini berhala-berhala itu telah bercokol dalam sanubari orang-orang yang menuhankan hawa nafsunya.  Ujud demikian terlihat dari sikap pemecah belah agama dan persatuan  bangsa.  Perilaku demikian dapat ditelusuri melalui pendekatan individu bagaimana  cara mereka dalam merebut kekuasaan (berpolitik).  Maka tidak salah jika dikatakan  bahwa di jaman jahiliyah modern ini politik dapat berubah ujud menjadi  berhala. 

Wallahu a’lamu bishawab.

و صلّ الله على سيّدنا محمّد وعلى آله وصحبه وسلّم
بَارَكَ اللهُ لِئ وَلَكُمْ فِيْ الْقُرْ اَنِ الْعَظِمَ
وَنَفَعَنِئ وَ أِيَكُم بِا لاَيَاتِ وَالْذِّكْرِ الْحَكِيْمَ
وَ قُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَ اَنْتَ خَيْرٌ الَّراحِمِيْنَ
=======
*Al-Sindi, 2011.  Sahih Al-Bukhari.  Dar Al-Kotob Al-Ilmiyah. Juz 4. Lebanon. Hal 127.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar