by
Budi Wibowo
بسم الله الرّحمام
الرّحيم
Kini berhala-berhala itu bercokol dalam sanubari orang-orang yang
menuhankan hawa nafsunya. Ujud demikian
terlihat dari sikap pemecah belah agama dan persatuan bangsa. Perilaku
demikian dapat ditelusuri melalui pendekatan
individu, bagaimana
cara mereka dalam merebut kekuasaan (berpolitik). Maka tidak salah jika dikatakan bahwa di jaman jahiliyah modern ini politik
dapat berubah ujud menjadi berhala.
.
***
Bila kita berbicara politik, yang
menjadi cakupan bahasan selalu tentang kursi kekuasaan dalam pemerintahan. Banyak diantara hamba Allah yang
berambisi mecapai wilayah tersebut. Berbagai cara mereka lakukan bahkan dengan menggelontorkan biaya yang
besar sekalipun mereka tempuh, padahal pencapaian itu juga harus ditempuh melalui
jembatan ilmu. Ulama menyatakan bahwa
مَنْ اَرَادَ الدُّنْيَا فَعَلَيْهِ باِلْعِلْمِ,
وَمَنْ اَرَادَ الآخِرَةَ فَعَلَيْهِ
باِلْعِلْمِ , مَنْ اَرَادَ هُمَا فَعَلَيْهِ باِلعِلْمِ
باِلْعِلْمِ , مَنْ اَرَادَ هُمَا فَعَلَيْهِ باِلعِلْمِ
“Barang siapa menginginkan dunia maka hendaklah dengan ilmu, barang siapa menginginkan akhirat hendaklah
dengan ilmu
dan barang siapa menginginkan keduanya hendaklah dengan ilmu.”
Dari pernyataan ulama tersebut
tersirat pesan bahwa untuk meraih sebuah
cita-cita harus
dilandasi dengan ilmu.
Semua itu tergantung pada niat atau motivasi yang menjadi daya dorong dari apa yang
ingin dicapai. Bila niat itu hanya untuk meraih dunia maka
segala daya dan upaya akan ditempuh tanpa
melihat rambu-rambu moral.
Politik tanpa moralpun bisa terjadi pada kondisi dimana agama hanya digunakan sebagai bungkus belaka. Tindakan demikian termasuk menyekutukan Tuhan, sebagaimana Allah SWt. berfirman sbb;
Politik tanpa moralpun bisa terjadi pada kondisi dimana agama hanya digunakan sebagai bungkus belaka. Tindakan demikian termasuk menyekutukan Tuhan, sebagaimana Allah SWt. berfirman sbb;
أَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ أَفَأَنْتَ تَكُونُ عَلَيْهِ وَكِيلًا
“Sudahkah engkau (Muhammad) melihat orang yang menjadikan keinginannya
sebagai tuhannya?. Apakah engkau akan menjadi pelindungnya?” (QS.
Al-Furqan [25]:43).
وَلَا تَكُونُوا مِنَ الْمُشْرِكِينَ
, مِنَ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ
فَرِحُونَ
“Dan janganlah kamu termasuk orang-orang
yang mempersekutukan Allah, yaitu orang yang
memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan . Setiap golongan bangga dengan apa yang ada
pada golongan mereka.”(QS Ar Rum [30]:31-32).
Selanjutnya Rasul SAW menasehati kita sbb;
إ ذَا قاَلَ الرَّجُلُ لأخِيْهِ : ياَ كَافِرُ ,
فَقَدْ باَءَ بِهِ أحَدُهُمَا
Jika seseorang
mengatakan saudaranya “Wahai kafir” maka sebutan itu akan kembali pada salah
satu dari keduanya. (HR Bukhari)*
Yang dimaksud hadist tersebut adalah barang siapa memanggil dengan sebutan kafir
atau musuh Allah padahal yang bersangkutan tidak demikian, maka tuduhan itu
akan kembali kepadanya.
Selanjutnya Allah SWt mengajari hamba-Nya dalam membina
persatuan
كَانَ النَّاسُ أُمَّةً
وَاحِدَةً
"Manusia itu adalah umat yang satu” (Al Baqarah [2]:213)
ضُرِبَتْ
عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ أَيْنَ مَا ثُقِفُوا إِلَّا بِحَبْلٍ مِنَ اللَّهِ وَحَبْلٍ
مِنَ النَّاسِ
“Mereka itu diliputi kehinaan dimanapun mereka berada, kecuali mereka
berpegang pada tali (agama) Allah dan tali
(perjanjian) dengan manusia.” (QS Al Imran
[3]:112)
Pada masa awal perkembangan Islam pemerintahan itu dipimpin
oleh Rasulullah dan tali perjanjian yang mereka tetapkan terkenal dengan
sebutan “Piagam Madinah” . Perjanjian
itu mengikat baik antar golongan, antara agama maupun antar suku, seperti halnya “Panca Sila” sebagai dasar negara Republik Indonesia. Di dalam kedua perjanjian itu dijamin hak-hak
asasi manusia (keselamatan beragama, jiwa/kehormatan, akal/berpendapat,
keluarga/keturunan serta harta /hak milik.),
Maka jelas bahwa jika ada kelompok yang hendak melanggar perjanjian
tersebut niscaya
mereka akan mendapat hinaan baik dari Alllah SWt
maupun dari penduduk bumi ini, sebab kelompok demikian mengabaikan tujuan pokok
dari syariah, yaitu keadilan, yakni menjamin manfaat dan mencegah kemudhlorotan.
Allah SWt berfirman;
لَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ
عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ
يُخْرِجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ أَنْ تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ
اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ
يُخْرِجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ أَنْ تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ
اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ
Tidak
ada salahnya kalian bersikap adil dan
berbuat baik terhadap orang-orang yang tidak meyerangmu karena alasan agama dan
tidak mengusirmu dari tempat tinggalmu.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat adil. (QS
Al Mumtahanah [60]:8).
***
Dari uraian di atas kita dapat
mengambil pelajaran bahwa sebagai hamba Allah hendaklah kita memahami
sifat-sifat Allah SWt sehingga terhindar dari sikap yang menimbulkan kecemburuan-Nya. Allah SWt. telah
menyampaikan ujud kecemburuan-Nya itu melalui
para utusan-Nya. Saat Allah mengutus Ibrahim AS Dia hancurkan
berhala-berhala yang menjadi sesembahan kaum Ibrahim saat itu, karena perbuatan tersebut (menyembah berhala) dianggap
sebagai sebuah kebodohan (jahiliyah) demikian pula di jaman
Rasululllah SAW. Mereka itu
dikenal dengan sebutan kaum musyrikin.
Kini berhala-berhala itu telah
bercokol dalam sanubari orang-orang yang menuhankan hawa nafsunya. Ujud demikian terlihat dari sikap pemecah
belah agama dan persatuan bangsa.
Perilaku
demikian dapat ditelusuri melalui pendekatan
individu bagaimana cara mereka
dalam merebut kekuasaan (berpolitik).
Maka tidak salah jika dikatakan bahwa
di jaman jahiliyah modern ini politik dapat berubah ujud menjadi berhala.
Wallahu a’lamu
bishawab.
و صلّ الله على سيّدنا محمّد وعلى
آله وصحبه وسلّم
بَارَكَ
اللهُ لِئ وَلَكُمْ فِيْ الْقُرْ اَنِ الْعَظِمَ
وَنَفَعَنِئ وَ أِيَكُم
بِا لاَيَاتِ وَالْذِّكْرِ الْحَكِيْمَ
وَ قُلْ رَبِّ اغْفِرْ
وَارْحَمْ وَ اَنْتَ خَيْرٌ الَّراحِمِيْنَ
=======
*Al-Sindi, 2011. Sahih Al-Bukhari. Dar Al-Kotob Al-Ilmiyah. Juz 4. Lebanon. Hal
127.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar