By
Budi Wibowo
بِسْمِ اللهِ الرّحَمٰنِ الرّحِيْمِ
( Khutbah I )
Allahu akbar (9x) walillahilhamd
اَلحَمْدُ
لِلّهِ الَّذِىَ اَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالهُدَى ودِيْنِ الحَقِ
اَشْهَدُ اَنْ لاَ الَهَ الاَّ اللهُ
وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَلَّهُمَّ صَلِّى وَسَلِّمْ عَلَى محمّد
عَبْدِكَ وَ رَسُولِكَ وَعَلَى آَلِهِ وَ اَصْحَابِهِ اَجْمَعِيْنَ: أَمَّابَعْدُ
فَيَا اَيُّهَا الحَاضِرُوْنَ : اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ
تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَ اَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
قَالَ الله تَعَلَى فِى القُرْأنِ
الكَرِِيْمِ:
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى ءَامَنُوا وَاتَّقَوْا
لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا
فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
و قالَ رَسُوْلُ اللهِ
الْكَرِمَ
ألآ
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَ كُلُّكُمْ مَسْئُلٌ عَنْ رَعِيَّتِه
صَدَّقَ اللهُ الْعَظِمَ وَ صَدَّقَ رَسُوْلُ
اللهِ الْكَرِمَ
Puji syukur mari
kita panjatkan kehadirat Allah SWT bahwasanya pada pagi hari ini kita masih diberi
kesegaran jasmani sehingga dapat menghirup udara segar dalam lingkup
masyarakat yang beriman di kampung yang kita cintai ini. Salam dan sholawat mari kita panjatkan ke
hadhirat junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW.
Judul khutbah yang
akan saya bawakan pada kesempatan pagi ini adalah
Mencerahkan Kembali Karakter Bangsa yang Pudar
(Allahu
akbar) 3 x walillahil hamd,
Jamaah Id rahimakumullah,
Jamaah Id rahimakumullah,
A.
Tiga Pokok Pegangan Seorang Muslim di
Tengah Pergaulan Masyarakat.
Akhir-akhir ini
kita seperti terhenjak menyaksikan beberapa peristiwa yang merisaukan di negeri
ini. Banyak kejadian yang menggambarkan
telah menipisnya keimanan masyarakat,
tidak menggambarkan kesalehan sosial yang telah diidam-idamkan oleh para pendiri negeri
ini. Betapa seringnya kita disuguhi
tontonan kebrutalan masyarakat, seperti tawuran pelajar, tawuran antar kampung, perusakan-perusakan fasilitas
umum sebagai akibat dari kebijaksanaan pemerintah yang tidak selaras dengan
keinginan masyarakat, korupsi yang dilakukan pejabat publik, narkoba,
pembunuhan, pembegalan, perampokan yang
hampir setiap hari kita saksikan. Bukan
saja kaum dewasa yang menyaksikan tetapi anak balita yang baru melek-pun
turut menyaksikan fragmen kejadian nyata itu.
Bila tidak
segera dilakukan pencegahan yang efektif fragmen demoralisasi ini lambat
laun akan merubah karakter bangsa.
Begitulah fakta
riil yang kita temui dewasa ini, seakan bangsa ini telah meninggalkan
nilai-nilai luhur yang telah dicanangkan oleh para fonding fathers republik
ini. Perilaku-perilaku santun,
toleransi, solidaritas, kepedulian sosial, gotong royong, dan semacamnya
sebagai atribut good citizenship, telah memudar.
Kini masyarakat mudah
sekali terprovokasi untuk berbuat brutal dan anarkis, karena suasana hati yang selalu
penuh rasa kecurigaan, egoisme,
cemburu dlsb. Akibat yang lebih mengerikan adalah bahwa bangsa
ini tidak memiliki keunggulan jati diri yang menjadi ciri sebuah bangsa . Tentu
kita akan bertanya mengapa bisa terjadi
kondisi demikian ?
Semua itu
berangkat dari 3 kata yang berawal dari ”kata pemimpin”, sebagaimana rasul bersabda;
1. Kata Pemimpin
ألآ كُلُّكُمْ رَاعٍ وَ
كُلُّكُمْ مَسْئُلٌ عَنْ رَعِيَّتِه
“Ingatlah kamu
semua adalah pemimpin (wakil Allah) dan kamu semua akan bertanggung jawab
terhadap apa yang kamu pimpin”. (HR Bukhori,Muslim,abu Daud,Tamizi) 1
Kita harus sadar
bahwa sebenarnya kita semua adalah pemimpin atau wakil Allah, minimal adalah
menjadi pemimpin diri sendiri. Terlebih
bagi mereka yang memiliki peran dalam masyarakat, sebagai ibu rumah tangga, kepala rumah
tangga, RT, Lurah camat, Bupati s/d Presiden.
Pendek kata dalam setiap segmen kehidupan, di situ ada kepeimimpinan. Maka semua dituntut harus mampu memerankan
tugas masing-masing sesuai dengan kedudukan dan profesi yang dimiliki.
(Allahu
akbar) 3 x walillahil hamd,
Jamaah Id rahimakumullah,
Jamaah Id rahimakumullah,
2. Kata Keteladanan
خَيْرُ النَّسِ أحْسَنُهُمْ
خُلُقاً
“Sebaik-baik
manusia adalah orang yang terbaik akhlaknya di antara mereka.” (H.R Thabrani
dari Abdullah bin Umar) 2.
Kebaikan manusia itu bukan ditentukan oleh keturunan,
jabatan terlebih kekayaan. Tetapi
kebaikan manusia itu ditentukan oleh akhlak yang melekat padanya. Yakni perbuatan baik yang menyembul pada
dirinya baik dalam hubungan sesama manusia maupun kepada Tuhannya. Maka setiap manusia dituntut harus mampu
menjadi teladan kebaikan terhadap yang lain, dia harus mampu memerankan diri
sebagai tempat pembanding dalam kebaikan
sebagaimana rasul bersabda bahwa
المُؤْمِنُ مِرْأةُ المُؤْمِنِ
"Seorang mukmin adalah cermin bagi mukmin yang lain." (HR Ath-Thabrani dari Anas r.a.). 3
(Allahu
akbar) 3 x walillahil hamd,
Jamaah Id rahimakumullah,
Jamaah Id rahimakumullah,
3. Kata Kebiasaan
Setelah kita menyadari
bahwa kita semua memiliki peran sebagai
pemimpin dan seorang pemimpin harus memberi keteladanan yang baik kepada yang
dipimpinnya . Maka seseorang akan
dikatakan sebagai orang yang baik bila tabiat itu sudah menjadi kebiasaan pada
dirinya. Sebagaimana Nabi bersabda
الْخَيْرُ
عاَدَةٌ وَالشَّرُّ لُجَاجَةٌ وَمَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِهْهُ
فِى الدِّيْنِ
فِى الدِّيْنِ
“Kebaikan itu dari kebiasaan, keburukan itu dari pemaksaan, dan barang siapa dikehendaki Allah mendapatkan kebaikan, maka Dia akan menjadikannya paham tentang agama” (H.R Ibn Majah dari Muawiyah ) 4
Maka orang yang
berakhlak mulia adalah orang yang mampu mengaktualisasikan perintah agama di tengah
masyarakat.
(Allahu
akbar) 3 x walillahil hamd,
Jamaah Id rahimakumullah
Jamaah Id rahimakumullah
- Refleksivitas Ajaran Ibrahim AS
terhadap
Perbaikan
Moral Bangsa
Ibrahim
muda tumbuh di tengah kegelapan masyarakat.
Di tengah kegelapan itu Ibrahim
selalu berusaha mencari cahaya.
Dimanakah Tuhan ? Ia berfikir
bahwa Tuhan bukanlah patung-patung sebagai bagian dari dunia, Tuhan bukanlah matahari atau bulan yang sebentar bersinar dan tenggelam. Tetapi Tuhan adalah pemilik langit dan bumi dan yang menciptakan
keduanya.
“ (Ingatlah)
ketika dia (Ibrahim AS.) berkata kepada ayah dan kaumnya,”Patung-patung apakah
ini yang kamu tekun menyembahnya?” Sesungguhnya Tuhan kamu ialah pemilik langit
dan bumi, (Dialah) yang menciptakannya, dan aku termasuk orang yang dapat
bersaksi atas itu.” (QS Al Anbiya [21] : 52 dan 56).
Menanamkan nilai ketauhidan
pada generasi muda adalah penting karena nilai itu merupakan pondamen
yang mendasari gerak langkah generasi tersebut ke jenjang kehidupan yang akan
mereka arungi di masa berikutnya.
Penanaman ini harus mampu menciptakan
generasi yang mampu berargumen secara detail tentang ketauhidan yang
benar. Ketauhidan yang benar selalu akan terefleksi dalam
bentuk tindakan yang benar, yakni yang bersangkutan mampu mengaktualisasikan
akhlak yang mulia di hadapan orang lain maupun dihadapan Tuhannya. Sebagaimana Allah SWT memberi contoh dan
memerintah pada hambanya sbb;
وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ
“Berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah
telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan (QS.
Al Qashash (28):77).
Ribuan tahun yang lalu Ibrahim
AS telah mampu menanamkan
ketauhidan yang benar kepada puteranya, sehingga terjadi efek balik sebagai peneguh ketauhidan
dirinya sebagaimana termaktub dalam Al Qur’an sbb;
“Wahai Bapaku kerjakanlah apa yang diperintahkan Allah
kepadamu, insyaAllah Engkau akan mendapatiku termasuk orang yang benar (QS
Asshaffat [ 37]:102)
(Allahu akbar) 3 x walillahil hamd,
Jamaah Id rahimakumullah
Jamaah Id rahimakumullah
Rumah tangga adalah madrasah kecil yang memiliki
peranan besar dalam menciptakan
kepribadian. Dari rumah-rumah itulah
putra bangsa ini berangkat membentuk
eksistensi diri membentuk ciri suatu
bangsa . Allah berpesan
“Hai orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka”. (QS At-tahrim [66]:6 )
Pada ayat tersebut tersirat makna bahwa, dalam diri setiap
orang yang beriman pertama diperintahkan untuk
menjaga diri dari ancaman api neraka.
Artinya sebelum Allah memerintahkan dirinya menjadi panutan dalam keluarga
maka yang harus dibenahi dulu adalah akhlak pribadi yang melekat dalam dirinya,
agar terhindar dari api neraka.
Rasul bersabda:
كُلُّ مَوْلُوْدٍ
يُوْلَدُ عَلَىَ الْفِطْرَةِ حَتَّى
يُعْرِبَ عَنْهُ لِسَانُهُ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ
يُمَجِّسَانِهِ
Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci, hingga lisannya dapat
mengungkapkan kehendak dirinya, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya
Yahudi, Nasrani atau orang Majusi (HR Al Aswad Ibnu Surai).5
Dari ungkapan Rasul tersebut nyata bahwa kedua orang tua
sangat berpengaruh dalam pebentukkan watak atau kepribadian seorang
anak. Maka sikap dan mental orang tua
inilah yang nanti akan dicontoh putra
dan putrinya kelak dalam meneruskan generasi yang akan datang.
(Allahu akbar) 3 x walillahil hamd,
Jamaah Id rahimakumullah
Jamaah Id rahimakumullah
Mengikuti keteladanan atau mencontoh itu sebenarnya
merupakan salah satu proses pembelajaran yang lebih banyak didominasi oleh
penglihatan (visual), bahkan pengetahuan yang diperoleh melalui penglihatan
atau visual memiliki keefektifan paling besar dibandingkan melalui pendengaran
atau yang lain. Pengaruh yang diserap
melalui penglihatan (mata) 84 % akan mengubah perilaku, melalui pendengaran 11
% dan yang lain hanya 5% (Sanusi,2006). 6
Bagaimana mungkin orang tua yang borjuis akan
membuahkan anak yang religis, bagaimana mungkin sekolah yang hanya
mengutamakan transfer pengetahuan tanpa mengutamakan budi pekerti dari peserta didiknya akan
menghasilkan anak didik yang berkepribadian mulia, bagaimana mungkin sekolah yang hanya mampu dijangkau
oleh orang2 yang berada akan menghasilkan anak2 didik yang dapat berinteraksi
bersama saudara mereka yang dhuafa. Akhirnya bagaimana mungkin seorang pemimpin
yang arogan akan menghasilkan masyarakat yang toto tentrem kerto raharjo
(Masyarakat yang adil makmur sejahtera)?
Dalam konsep keteladanan ini rasul pernah bersabda bahwa
لَنْ تَهْلِكَ
الرّعِيَّةُ وأِنْ كاَنَتْ ظَالِمِةً مُسِيئَةً أِذاَ كَانَتِ الوُلاَةُ هاَدِيَةً
مَهْدِيَّةً وَلَكِنْ
تَهْلِكُ الرَّعِيَّةُ واِنْ كَانَتْ هَا دِيَةً أِذاَ كَانَتِ الوُلاَةُ ظَالِمَةً مُسِيْئَةً
تَهْلِكُ الرَّعِيَّةُ واِنْ كَانَتْ هَا دِيَةً أِذاَ كَانَتِ الوُلاَةُ ظَالِمَةً مُسِيْئَةً
”Rakyat tidak akan mengalami kehancuran sekalipun mereka
sesat dan jelek, apabila keadaan pemimpin/pemerintahannya suka menunjukkan ke
jalan yang benar dan suka ditunjukkan ke jalan yang benar. Akan tetapi rakyat
akan hancur sekalipun mereka suka menunjukkan ke jalan yang benar dan suka
diberi petunjuk , apabila keadaan pemerintahannya sesat dan jelek.” (HR Abu
Nu’aim). 7
Jadi pendidikan budi pekerti merupakan tanggungjawab
bersama, baik secara formal maupun non formal, dan utamanya tanggung jawab para
apparatur negara yang diangkat dan
dibayar melalui pungutan pajak hasil keringat anak bangsa. Mereka harus mampu berperan sebagai sebagai
change agent (agen perubahan).
Inilah sebuah contoh keteladanan gerakan moral dari negeri
seberang yang patut kita renungkan ;
Zhu Rongji adalah
Perdana Menteri China
(1997-2002) dikenal sebagai orang yang sangat keras menyuarakan pemberantasan
korupsi. Lewat mulutnya dikenal ucapan
yang melegenda:
”Beri saya 100 peti mati,” katanya:”sembilan puluh sembilan akan saya gunakan untuk mengubur para karuptor, dan satu untuk mengubur saya, kalau saya melakukan tindakan korupsi”. (Santosa,2006 ) 8
Melalui keteladanan ini pembanguan ekonomi negeri China mengalami kemajuan yang dahsyat dan mengejutkan, ibarat raksasa yang sedang menggeliat, China diprediksi sanggup mengejar dan mendahului Amerika Serikat dalam kurun waktu tidak lebih dari setengah abad mendatang (Kompas, 2006). 9
”Beri saya 100 peti mati,” katanya:”sembilan puluh sembilan akan saya gunakan untuk mengubur para karuptor, dan satu untuk mengubur saya, kalau saya melakukan tindakan korupsi”. (Santosa,2006 ) 8
Melalui keteladanan ini pembanguan ekonomi negeri China mengalami kemajuan yang dahsyat dan mengejutkan, ibarat raksasa yang sedang menggeliat, China diprediksi sanggup mengejar dan mendahului Amerika Serikat dalam kurun waktu tidak lebih dari setengah abad mendatang (Kompas, 2006). 9
Dalam msyarakat muslim ketegasan seseorang menegakkan
kebenaran itu menggambarkan ketauhidan yang benar sebagaimana dicontohkan oleh Ibrahim AS
ribuan tahun yang lalu, salah satunya adalah dihancurkan olehnya patung-putung jahiliyah pada jamannya. Apa bedanya penyembah patung dengan
koruptor. Meskipun secara subtansial
berbeda tetapi secara hakekat adalah sama, yakni sama sama penyembah dunia.
Bunga Sansefiera |
(Allahu akbar) 3 x walillahil hamd,
Jamaah Id rahimakumullah
Jamaah Id rahimakumullah
Hikmah Ibadah Kurban dan Ibadah Haji
Hari ini masyarakat muslim di seluruh dunia mengenang
kembali peristiwa ribuan tahun yang lalu yang berkaitan dengan sejarah Ibrahim AS
bersama keluarganya. Ibarat sebuah
telaga di tengah hutan yang tenang, kemudian datang seseorang melempar batu ke
tengah telaga tersebut, suara lemparan
itu akan mengejutkan seluruh penghuni hutan dan habitat yang ada di dalam
telaga. Demikian halnya Allah SWT, setiap firmannya selalu mengandung makna yang menyentuh seluruh aspek kehidupan. Seperti halnya yang berkaitan dengan perintah
ibadah haji, perhatikan ayat berikut;
فِيهِ ءَايَاتٌ بَيِّنَاتٌ
مَقَامُ إِبْرَاهِيمَ وَمَنْ دَخَلَهُ كَانَ ءَامِنًا
Di sana
terdapat tanda-tanda nyata di antaranya ialah tempat Ibrahim berdiri beribadah. Siapa
yang memasukinya akan mendapat keamanan. (Qs Ali Imron [3]:97)
Para ulama menyimpulkan
bahwa setiap firman Allah akan selalu
mengandung 2 (dua) makna dimensial ,
yakni dimensi horizontal dan dimensi vertical.
Secara horizontal menggambarkan makna yang berkaitan dengan hubungan
antar makhluk dan secara vertical menggambarkan hubungan antara makluk dengan
Penciptanya.
(Allahu akbar) 3 x walillahil hamd,
Jamaah Id rahimakumullah
Jamaah Id rahimakumullah
Dimensi Horizontal
Hari ini sebagian hamba Allah dari berbagai penjuru dunia
berkumpul di Tanah Suci Mekah. Mereka
tanggalkan berbagai macam atribut dunia.
Mereka saling bertemu bertatap muka.
Mereka saling menjaga toleransi, santun dan saling menolong Mereka menghindari ucapan yang kotor, sikap
sombong dan saling bertengkar. Mereka
sadar bahwa keberagaman itu merupakan ketetapan Allah dan meskipun mereka berbeda tetapi tetap menyembah Tuhan
Yang Satu. Meskipun dalam kebhinekaan
mereka tetap menjaga persatuan.
Mereka mendapat julukan sebagai tamu-tamu
Allah. Batallah identitas sebagai tamu
Allah yang mulia itu bila mereka melakukan ucapan kotor, bersikap sombong
apalagi saling bertengkar satu sama
lain, dan apalagi berbekal barang yang haram.
Karena Allah SWT berfirman
الْحَجُّ
أَشْهُرٌ مَعْلُومَاتٌ فَمَنْ فَرَضَ فِيهِنَّ الْحَجَّ فَلَا رَفَثَ وَلَا
فُسُوقَ وَلَا جِدَالَ فِي الْحَجِّ وَمَا تَفْعَلُوا مِنْ خَيْرٍ يَعْلَمْهُ
اللَّهُ وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَاأُولِي
الْأَلْبَابِ
(Musim) Haji
adalah beberapa bulan yang dimaklumi (bln Syawal, Zukaidah dan Zulhijah),
barang siapa yang menetapkan dalam bulan itu akan mengerjakan haji , maka tidak
boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan
niscaya Allah mengetahuinya. Berbekalah
dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai
orang-orang yang berakal. (QS Al Baqarah
[2]:197).
Jadi ibadah haji adalah ibadah
yang menyadarkan kita untuk memahami bahwa
perbedaan itu suatu keniscayaan, bersikap sopan serta menjaga persatuan itu adalah
perintah yg harus dikerkajan.
(Allahu akbar) 3 x walillahil hamd,
Jamaah Id rahimakumullah
Jamaah Id rahimakumullah
Di belahan bumi lain sebagian hamba Allah melaksanakan
ibadah kurban, kemudian daging kurban
tersebut dibagikan kepada tetangga sekitar dan para fakir miskin Tidak pandang bulu, golongan mereka apa
agama mereka apa. Bahkan Rasul memberi
peringatan bagi mereka yang mampu berkorban tetapi tidak melaksanakan ibadah
ini;
مَنْ وَجَدَ سَعَةً لأََ نْ يُضَحِّيَ فَلَمْ يُضَحِّ فَلاَ يَحْضُرْ
مُصَلاَّناَ
“Barang siapa yang mendapat kelapangan (kemampuan) untuk berkorban, namun tidak berkorban, maka jangan hadir di tempat sholat kami.” (HR Hakim).
Pandangan masyarakat sekarang lebih mengarah pada pandangan hidup
materialistis Dalam masyarakat yang materialistis aspek
moral menjadi sesuatu yang tidak pernah disentuh. Akibatnya sistem sosial yang berlaku
menampakkan adanya stratifikasi.
Stratifikasi ini berimbas pada segala aspek kehidupan, baik ekonomi,
politik maupun sosial. Islam tidak
menghendaki kultur masyarakat yang demikian. Yang dikehendaki adalah system ummah, sebagaiman Allah berfirman;
كَانَ ألنَّاسُ أُمَّةً وَٰ حِدَة ً
“Manusia itu adalah umat yang satu.”( Al Baqarah [2]:213 )
Ummah mengandung
dua pengertian. Pertama, merupakan ikatan persaudaraan dalam satu
akidah, sebagaimana Firman Allah SWT
إِنَّمَا
الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ
“Sesungguhnya orang-orang
mukmin itu satu saudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu.”(QS
Al Hujurat [49] : 10)
Kedua, ikatan persaudaraan yang diikat dalam suatu
perjanjian walaupun beda akidah sebagaimana disebutkan dalam piagam
Madinah pasal 25. 10
Prinsip satu umat membangkitkan semangat berat sama dipikul,ringan sama dijinjing artinya Islam memerintahkan untuk membentuk keseimbangan yang mapan. Keseimbangan ini tidak akan terbentuk tanpa adanya kepedulian satu sama lain. Ibadah korban hanyalah merupkan salah satu prototype usaha membentuk kesimbangan itu. Karena ibadah korban selain mengadung makna mendekatkan diri kepada Allah SWT juga mendekatkan antara Si Miskin dan Si Kaya.
Maka ketika setiap individu menyadari hikmah di balik ibadah kurban. Hilanglah suasana hati yang selalu
penuh rasa kecurigaan, egoisme,
cemburu yang mudah menyulut tindakan
brutal dan anarkis.
(Allahu akbar) 3 x walillahil hamd,
Jamaah Id rahimakumullah
Jamaah Id rahimakumullah
Dimensi Vertikal
Setiap diri seharusnya menyadari bahwa kita semua, akhirnya
akan pergi menunju puncak pendakian. Di
puncak pendakian itulah seorang hamba akan bertemu kekasih sejatinya. Untuk mencapai puncak pendakian itu
diperlukan bekal yang memadai, peralatan yang mendukung, badan yang sehat dan
yang lebih penting adalah berpegang pada tali yang menghubungkan sampai pada
puncak pendakian tersebut.
Bekal yang memadai adalah bobot ketaqwaan kepada Allah SWT
وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ
التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَاأُولِي الْأَلْبَابِ
Berbekalah dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah
takwa dan bertakwalah kepada-ku hai orang-orang yang berakal. (QS Al Baqarah [2]:197).
Peralatan yang mendukung adalah pengetahuan tentang ma’rifatullah
(mengenal Tuhan). Sebuah pepatah mengatakan;
منَْ
عَرَفَ نَفْسَهُ فَقَدْ عَرَفَ رَبَّهُ
“Siapa yang mengenal dirinya maka dia telah mengenal
Tuhannya (Pemeliharanya ).”
dan Allah berfirman,
وَلَقَدْ خَلَقْنَا
الْإِنْسَانَ وَنَعْلَمُ مَا تُوَسْوِسُ بِهِ نَفْسُهُ وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ
مِنْ حَبْلِ الْوَرِيدِ
"Dan Kami sesungguhnya telah menciptakan manusia dan
mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat dari pada
urat lehernya." (QS Qaf [50]:16).
(Allahu akbar) 3 x walillahil hamd,
Jamaah Id rahimakumullah
Jamaah Id rahimakumullah
Badan yang sehat adalah badan yang tidak dilumuri
kemunafikan, badan yang sakit itu diibaratkan dengan sikap munafik yang
berjangkit dalam diri seseorang. Badan yang sakit tidak akan mungkin mampu
memegang pelita penerang yang dibutuhkan dalam perjalanan nanti.
فِي
قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ فَزَادَهُمُ اللَّهُ مَرَضًا
Di hati mereka
ada penyakit dan Allah menambah penyakit itu.(QS Al Baqarah [2]:10)
مَثَلُهُمْ كَمَثَلِ الَّذِي اسْتَوْقَدَ نَارًا فَلَمَّا أَضَاءَتْ مَا
حَوْلَهُ ذَهَبَ اللَّهُ بِنُورِهِمْ وَتَرَكَهُمْ فِي ظُلُمَاتٍ لَا يُبْصِرُونَ
Perumpamaan
bagi mereka adalah seperti orang yang memegang pelita maka ketika pelita itu
menyala Allah mematikan dan meninggalkan mereka dalam kegelapan, mereka tidak
akan mampu melihat .(QS Al Baqarah [2]:17)
Tali yang menghubungkan hingga puncak pendakian adalah
Al-Qur’an dan Sunnah Rasul.
وَاعْتَصِمُوا
بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا
“Dan
berpeganglah kamu semuanya kepada tali Allah dan janganlah kamu bercerai berai
(QS Ali Imran [3]: 103).
Semua
manusia akan rugi, sebuah bangsa juga akan rugi, kecuali mereka yang selalu mengaktualisasikan
kebajikan dan selalu menganjurkan kebenaran.
Kerugian itu bagaikan seorang yang tidak mampu mencapai puncak pendakian
karena mereka tidak memiliki cukup bekal, tidak membawa perlengkapan yang
memadai, badan yang sakit dan tidak mampu menggapai tali yang membentang
sebagai penghubung menuju puncak pendakian.
Dalam
tatanan yang lebih luas sebuah bangsa tidak akan mecapai kemakmuran yang
diidamkan sebab generasi yang ada di dalamnya tidak pernah mewariskan keteladan
yang baik, tidak mewariskan akhlak yang baik, tidak mendidik generasinya dengan
benar. Dikatakan setiap generasi yang
ada tidak pernah membimbing generasi berikutnya menuju puncak pendakian. Akhirnya bangsa itu tidak akan pernah
mencapai puncak pendakian yang mana di sana
barokah Allah SWT itu turun bagaikan
hujan yang menyuburkan tanah yang telah mati, membasahi bumi yang tandus dan mengairi sungai2 yang kering, sehingga
tumbuh subur tanaman di atasnya.
(Allahu akbar) 3 x walillahil hamd,
Jamaah Id rahimakumullah
Jamaah Id rahimakumullah
Allah
SWT, berjanji
وَبَشِّرِ
الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ
تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ كُلَّمَا رُزِقُوا مِنْهَا مِنْ ثَمَرَةٍ رِزْقًا
“Dan
berikanlah khabar gembira bagi nereka yang beriman dan berbuat kebajikkan bagi
mereka taman syurga yang mengalir sungai-ungai di dalamnya dan setiap mereka
diberikan buah-buahan dalam syurga itu (QS Al Baqarah [2]:25).
Dan
Allah berjanji terhadap suatu bangsa,
وَلَوْ
أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى ءَامَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ
مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا
يَكْسِبُونَ
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan
bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan
bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan
perbuatannya.”( QS Al A’raaf [7]:96 )
***
PENUTUP
(Allahu akbar) 3 x walillahil hamd,
Jamaah Id rahimakumullah
Jamaah Id rahimakumullah
Semoga momentum Idul Adha ini dapat menghentakkan kembali
kesadaran kita untuk mengembalikan jati
diri bangsa yang pudar. Semoga Allah SWT memberi kesadaran terhadap
kita bangsa Indonesia ,
khususnya kampung halaman yang kita cintai ini.
Amiin.
بَارَكَ اللهُ لِئ وَلَكُمْ فِيْ الْقُرْ اَنِ الْعَظِمَ
وَنَفَعَنِئ وَ أِيَكُم بِا لاَيَاتِ وَالْذِّكْرِ الْحَكِيْمَ
وَ قُلْ رَبِّ
اغْفِرْ وَارْحَمْ وَ اَنْتَ خَيْرٌ الَّراحِمِيْنَ
***
( Khutbah II )
(Allahu akbar) 7x walillahil hamd,
الحَمْدُ لِلَّهِ الّّذِى أمَرَنَا
بِالإتِّخَادِ وَلإعْتِصَامِ
بِحَبْلِ اللهِ ألمَتيْنِ
أ شْهَدُ انْ لآإلٰهَ ألاّ ألله واشْهَدُ انَّ مُحَمّداً عَبْدُهُ ورَسُولُهُ
اللهمَّ صَلِّ وسَلِّم عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمّدٍ وَ عَلَى آلِهِ و اصْحَبِهِ أجْمَعِيْنَ
أمَا بَعْدُ:
فَيَا عِبَادَاللهِ آتّقُو الله مَا اسْتَطَعْتُمْ وَ سَا رِعُ إلَى مَغْفِرَةِ رَبِّ العَالَمِيْنَ : واَعْلَمُوا انّ الله سُبْحٰهُ وَتَعالَى أمَرَكُمْ بِامْرٍ بَدَأَ فِيْهِ
بِنَفْسِهِ و ثَنََّى بِمَلآ ءِكَتِهِ المُسَبِِّحَةِ بِقُدْسسِهِ, فَقَالَ تَعَالَى فِى القُرْآنِ العَاظيْمِ
بِحَبْلِ اللهِ ألمَتيْنِ
أ شْهَدُ انْ لآإلٰهَ ألاّ ألله واشْهَدُ انَّ مُحَمّداً عَبْدُهُ ورَسُولُهُ
اللهمَّ صَلِّ وسَلِّم عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمّدٍ وَ عَلَى آلِهِ و اصْحَبِهِ أجْمَعِيْنَ
أمَا بَعْدُ:
فَيَا عِبَادَاللهِ آتّقُو الله مَا اسْتَطَعْتُمْ وَ سَا رِعُ إلَى مَغْفِرَةِ رَبِّ العَالَمِيْنَ : واَعْلَمُوا انّ الله سُبْحٰهُ وَتَعالَى أمَرَكُمْ بِامْرٍ بَدَأَ فِيْهِ
بِنَفْسِهِ و ثَنََّى بِمَلآ ءِكَتِهِ المُسَبِِّحَةِ بِقُدْسسِهِ, فَقَالَ تَعَالَى فِى القُرْآنِ العَاظيْمِ
إِن َّ اللهَ وَمَلَٰٓئِكتَهُ , يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِىِّ ۚ يَٰٓأ يُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُواْ صَلُّواْ عَلَيْهِ وَسَلِّمُواْ تَسْلِيمًا
أللهمّ صَلِّ وسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدٍ المُرْسَلِيْنَ , وَعَلَى آلِهِ وَأصْحَابِهِ وَقَرَبَتِهِ وَأزْواَجِهِ وَذُرِّيَّاتِهِ اجْمَعِيْنَ. وارْضَاللهُمَّ عَلَى
اَرْبَعَةِ الخُلَفَاءِ الرَّاسِدِيْنَ
سَيِّدِنَا اَبِى بَكْرٍ و عُمَرَ و َ عُشْمَانَ
و عَلِىِّ
و عَلَى
بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ
والّتَابِعِيْنَ وتَابِعِ التَّابِعِيْنَ
وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِاِحْسَانٍ إلى يوم الدّين
و عَلَيْنَا يَا اَرْحَمَ رَاحِمِيْنَ
Ya Allah,pagi ini kami hambaMu anak dari hambaMu, bersimpuh
di hadapanMu memohon kemurahanmu;
Ampunilah segala
dosa kami,hapuskanlah segala kesalahan kami,
Ampunilah dosa
kedua orang tua kami, hapuskan segala kealahan yang telah mereka lakukan,
Mereka telah
membimbing kami, mereka telah menjadikan kami
sadar akan tanggung jawab kami,
Kami sadar ternyata kami sering membuat luka hati
mereka, Padahal membimbing anak itu
tidak mudah,
Membentuk pribadi
anak yang sholeh itu tidak gampang,
Ya Allah Ya Tuhan
kami,
Maafkan hamba
yang hina ini, maafkan hamba yang bodoh
ini, maafkan hamba yang tidak mampu
menjadi teladan kebaikan terhadap sesama,
Terhadap tetangga
kiri kanan, terhadap kerabat kerja di tempat kerja kami, terhadap murid-murid kami, terhadap bawahan
kami, terhadap anak keturunan yang Engkau titipkan kepada kami,
Ya Allah Ya Tuhan
kami
Jadikanlah pagi ini
sebagai kesempatan kami berikrar kepada-Mu,
Kami tidak akan
mengulang kesesatan yang pernah kami lakukan,
kami sadar bahwa nasib bangsa ini bergantung pada pundak kami, nasib anak dan cucu kami bergantung pada keteladanan
yang kami tampakkan kepada mereka,
Maka bimbinglah
kami untuk selalu dekat dengan-Mu, selalu mensyukuri atas nikmat-Mu, dan selalu
berusaha untuk memperbaiki penghambaan
kami kepada-Mu,
Ya Allah Ya Tuhan Kami,
Jadikanlah kami
pemimpin dalam kebaikan,
Rasanya telah
lelah diri kami melihat kejadian anarkis dan kebrutalan yang dilakukan sebagian
anak bangsa di negeri ini,
Maka tampilkanlah
di antara kami pemimpin yang mampu memberi teladan dan mampu menghancurkan
kejahatan yang telah melanda negeri
ini, sebagaimana Sikap Nabimu Ibrahim
AS, Nabimu Muhammad SAW, dan para
Nabi-Mu yang lain,
Jadikanlah negeri
ini sebagai negeri yang adil makmur sejahtera,
khususnya kampung kami tempat kami menginjakkan kaki di sini,
sebagaimana pesanmu mengapa Engkau anjurkan mereka untuk berkurban,
Jadikanlah
hamba-hamba-Mu yang sedang menunaikan Ibadah Haji, sebagai haji-haji yang mabrur, sehingga mereka menjadi penambah suburnya kedamaian negeri ini yang
telah memudar.
اللهمّ
انّا نسألك من خير ماسأك منه سيّدنا ونبيّنا محمّد عبدك ورسولُك
و نعوذبك من شرّ مااستعا ذك منه سيّدنا ونبيّنا محمّد عبدك ورسولُك
اللهمّ انّا نسألك موجبات رحمتك وعزاءم مغفرتك والسلامة من كلّ اثم والغنيمة من كلّ برّ والفوز با لجنّة والنّجاة من النار والعفو عندالحساب
و نعوذبك من شرّ مااستعا ذك منه سيّدنا ونبيّنا محمّد عبدك ورسولُك
اللهمّ انّا نسألك موجبات رحمتك وعزاءم مغفرتك والسلامة من كلّ اثم والغنيمة من كلّ برّ والفوز با لجنّة والنّجاة من النار والعفو عندالحساب
رَبّنا
لا تُزِع قُلُبَنَا بَءْدَ اِذ هَدَيْتَناَ
و
هَبْلَنَا مَنْ لَدُنْكَ اِنَّكَ اَنْتَ الوَهَبُ
ربّنا اتّنا فئ الدنيا حسنة وفئ الاخرة حسنة وقنا عذاب النار
وصلّى الله على سيدنا محمّد وعلى اله وصحبه وسلّم
واللحمد لله ربّ العالمين
o0o
PUSTAKA
Al Qur’an Karim
1 Imam Suyuti, 911 H. Al Jaami’ush
Shogiir. Maktab Dar Ihyaa Al Kitab ‘Arabyyah. Indonesia .
Juz 2. Hal 95.
2 Imam Suyuti, 911 H. Al Jaami’ush
Shogiir Maktab Dar Ihyaa Al Kitab ‘Arabyyah.
3 Imam Suyuti, 911 H. Al Jaami’ush
Shogiir. Maktab Dar Ihyaa Al Kitab ‘Arabyyah.
4 Imam Suyuti, 911 H. Al Jaami’ush
Shogiir. Maktab Dar Ihyaa Al Kitab ‘Arabyyah.
5 Imam
Suyuti, 911 H. Al Jaami’ush Shogiir. Maktab
Dar Ihyaa Al Kitab ‘Arabyyah.
Indonesia.
Juz 2. Hal 94.
6
Sanusi, Anwar. 2006. Jalan Kebahagiaan. Gema Insani. Jakarta. Hal.225
8 Santosa, F, H. .2006. Tidak ada Ampun Buat
koruptor. In Cermin
dari China Geliat Sang Raksasa
di Era Globalisasi. Penerbit Buku Kompas. Jakarta. Hal 8.
9
Kompas. 2006. Memukau Tetapi
Tidak Perlu Ditakuti. In Cermin dari China Geliat Sang
Raksasa di Era Globalisasi. Penerbit Buku Kompas. Jakarta. Hal x
10
Pulungan, J, Suyuthi. 1994.
Prinsip-prinsip Pemerintahan dalam Piagam
Madinah
Ditinjau
dari Pandangan Al Qur'an. Raja Wali
Pers. Jakarta.
Bdl, 25 Okt 2012
/ 9 Zulhijah 1433 H
BW
Tidak ada komentar:
Posting Komentar