Terima Kasih Anda Telah Mengunjungi Blog Ini

Blog ini bukan untuk tujuan komersial, bila ada gadget tambahan yang bersifat komersial itu bukan kehendak pemilik blog !

Sabtu, 27 Oktober 2012

KHUTBAH IDUL ADHA : "Mencerahkan Kembali Karakter Bangsa yang Pudar"


By
Budi Wibowo

بِسْمِ اللهِ الرّحَمٰنِ الرّحِيْمِ

( Khutbah I )

Allahu akbar (9x) walillahilhamd

اَلحَمْدُ لِلّهِ الَّذِىَ اَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالهُدَى ودِيْنِ الحَقِ

اَشْهَدُ اَنْ  لاَ الَهَ الاَّ اللهُ
وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَلَّهُمَّ صَلِّى وَسَلِّمْ عَلَى محمّد عَبْدِكَ وَ رَسُولِكَ وَعَلَى آَلِهِ وَ اَصْحَابِهِ اَجْمَعِيْنَ: أَمَّابَعْدُ

فَيَا اَيُّهَا الحَاضِرُوْنَ : اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَ اَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

قَالَ الله تَعَلَى فِى القُرْأنِ الكَرِِيْمِ:

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى ءَامَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

و قالَ رَسُوْلُ اللهِ الْكَرِمَ

ألآ كُلُّكُمْ  رَاعٍ  وَ كُلُّكُمْ مَسْئُلٌ عَنْ رَعِيَّتِه 
صَدَّقَ اللهُ الْعَظِمَ وَ صَدَّقَ رَسُوْلُ اللهِ الْكَرِمَ

Puji syukur mari kita panjatkan kehadirat Allah SWT bahwasanya pada pagi hari ini kita masih diberi kesegaran jasmani sehingga  dapat  menghirup udara segar dalam lingkup masyarakat yang beriman di kampung yang kita cintai ini.   Salam dan sholawat mari kita panjatkan ke hadhirat junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW.

Judul khutbah yang akan saya bawakan pada kesempatan pagi ini adalah

Mencerahkan Kembali Karakter Bangsa yang  Pudar

(Allahu akbar) 3 x walillahil hamd,
Jamaah Id rahimakumullah,


A.    Tiga Pokok Pegangan Seorang Muslim di
          Tengah Pergaulan  Masyarakat.

Akhir-akhir ini kita seperti terhenjak menyaksikan beberapa peristiwa yang merisaukan di negeri ini.   Banyak kejadian yang menggambarkan telah menipisnya keimanan masyarakat,  tidak menggambarkan kesalehan sosial yang  telah diidam-idamkan oleh para pendiri negeri ini.   Betapa seringnya kita disuguhi tontonan kebrutalan masyarakat, seperti tawuran pelajar, tawuran  antar kampung, perusakan-perusakan fasilitas umum sebagai akibat dari kebijaksanaan pemerintah yang tidak selaras dengan keinginan masyarakat, korupsi yang dilakukan pejabat publik, narkoba, pembunuhan, pembegalan, perampokan  yang hampir setiap hari kita saksikan.   Bukan saja kaum dewasa yang menyaksikan tetapi anak balita yang baru melek-pun turut menyaksikan fragmen kejadian nyata itu.    

Bila  tidak  segera dilakukan pencegahan yang efektif fragmen demoralisasi ini lambat laun akan merubah karakter bangsa. 

Begitulah fakta riil yang kita temui dewasa ini, seakan bangsa ini telah meninggalkan nilai-nilai luhur yang telah dicanangkan oleh para  fonding fathers republik ini.   Perilaku-perilaku santun, toleransi, solidaritas, kepedulian sosial, gotong royong, dan semacamnya sebagai atribut good citizenship, telah memudar.

Kini masyarakat  mudah sekali terprovokasi untuk berbuat brutal dan anarkis, karena suasana hati yang selalu penuh  rasa kecurigaan, egoisme, cemburu  dlsb.   Akibat yang lebih mengerikan adalah bahwa bangsa ini tidak memiliki keunggulan jati diri  yang menjadi ciri sebuah bangsa .   Tentu kita akan  bertanya mengapa bisa terjadi kondisi demikian ?

Semua itu berangkat dari 3 kata yang berawal dari   ”kata pemimpin”, sebagaimana rasul bersabda;


1.  Kata Pemimpin
ألآ كُلُّكُمْ  رَاعٍ  وَ كُلُّكُمْ مَسْئُلٌ عَنْ رَعِيَّتِه 
Ingatlah kamu semua adalah pemimpin (wakil Allah) dan kamu semua akan bertanggung jawab terhadap apa yang kamu pimpin”. (HR Bukhori,Muslim,abu Daud,Tamizi) 1

Kita harus sadar bahwa sebenarnya kita semua adalah pemimpin atau wakil Allah, minimal adalah menjadi pemimpin diri sendiri.  Terlebih bagi mereka yang memiliki peran dalam masyarakat,  sebagai ibu rumah tangga, kepala rumah tangga, RT, Lurah camat, Bupati s/d Presiden.  Pendek kata dalam setiap segmen kehidupan, di situ  ada kepeimimpinan.    Maka semua dituntut harus mampu memerankan tugas masing-masing sesuai dengan kedudukan dan profesi yang dimiliki.

(Allahu akbar) 3 x walillahil hamd,
Jamaah Id rahimakumullah,

2.  Kata Keteladanan


خَيْرُ النَّسِ أحْسَنُهُمْ  خُلُقاً
Sebaik-baik manusia adalah orang yang terbaik akhlaknya di antara mereka.” (H.R Thabrani dari Abdullah bin Umar) 2.

Kebaikan manusia itu bukan ditentukan oleh keturunan, jabatan terlebih kekayaan.   Tetapi kebaikan manusia itu ditentukan oleh akhlak yang melekat padanya.  Yakni perbuatan baik yang menyembul pada dirinya baik dalam hubungan sesama manusia maupun kepada Tuhannya.  Maka setiap manusia dituntut harus mampu menjadi teladan kebaikan terhadap yang lain, dia harus mampu memerankan diri sebagai tempat pembanding  dalam kebaikan sebagaimana rasul bersabda bahwa

المُؤْمِنُ مِرْأةُ المُؤْمِنِ

"Seorang mukmin adalah cermin bagi mukmin yang lain."
(HR Ath-Thabrani dari Anas r.a.). 3


(Allahu akbar) 3 x walillahil hamd,
Jamaah Id rahimakumullah,


3.  Kata Kebiasaan

Setelah kita menyadari bahwa kita semua  memiliki peran sebagai pemimpin dan seorang pemimpin harus memberi keteladanan yang baik kepada yang dipimpinnya .  Maka seseorang akan dikatakan sebagai orang yang baik bila tabiat itu sudah menjadi kebiasaan pada dirinya.  Sebagaimana Nabi bersabda


الْخَيْرُ عاَدَةٌ وَالشَّرُّ لُجَاجَةٌ وَمَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِهْهُ
فِى الدِّيْنِ

Kebaikan itu dari kebiasaan, keburukan itu dari pemaksaan, dan barang siapa dikehendaki Allah mendapatkan kebaikan, maka Dia akan menjadikannya paham tentang agama” (H.R Ibn Majah dari Muawiyah )  4

Maka orang yang berakhlak mulia adalah orang yang mampu mengaktualisasikan perintah agama di tengah masyarakat.

  
(Allahu akbar) 3 x walillahil hamd,
Jamaah Id rahimakumullah

  1. Refleksivitas Ajaran Ibrahim AS terhadap
      Perbaikan Moral Bangsa

Ibrahim muda tumbuh di tengah kegelapan masyarakat.    Di tengah kegelapan itu  Ibrahim selalu berusaha mencari cahaya.  Dimanakah Tuhan ?  Ia berfikir bahwa Tuhan bukanlah patung-patung sebagai bagian dari dunia,  Tuhan bukanlah matahari atau bulan yang  sebentar bersinar dan tenggelam.   Tetapi Tuhan adalah  pemilik langit dan bumi dan yang menciptakan keduanya.

(Ingatlah) ketika dia (Ibrahim AS.) berkata kepada ayah dan kaumnya,”Patung-patung apakah ini yang kamu tekun menyembahnya?” Sesungguhnya Tuhan kamu ialah pemilik langit dan bumi, (Dialah) yang menciptakannya, dan aku termasuk orang yang dapat bersaksi atas itu.” (QS Al Anbiya [21] : 52 dan 56).

Menanamkan nilai ketauhidan  pada generasi muda adalah penting karena nilai itu merupakan pondamen yang mendasari gerak langkah generasi tersebut ke jenjang kehidupan yang akan mereka arungi di masa berikutnya.   Penanaman ini harus mampu menciptakan  generasi yang mampu berargumen secara detail tentang ketauhidan yang benar.    Ketauhidan yang benar selalu akan terefleksi dalam bentuk tindakan yang benar, yakni yang bersangkutan mampu mengaktualisasikan akhlak yang mulia di hadapan orang lain maupun dihadapan Tuhannya.  Sebagaimana Allah SWT memberi contoh dan memerintah pada hambanya sbb;

وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ

Berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan (QS. Al Qashash (28):77).


Ribuan tahun yang lalu Ibrahim AS telah mampu menanamkan ketauhidan yang benar kepada puteranya, sehingga  terjadi efek balik sebagai peneguh ketauhidan dirinya sebagaimana termaktub dalam Al Qur’an sbb;

“Wahai Bapaku kerjakanlah apa yang diperintahkan Allah kepadamu, insyaAllah Engkau akan mendapatiku termasuk orang yang benar (QS Asshaffat [ 37]:102)


(Allahu akbar) 3 x walillahil hamd,
Jamaah Id rahimakumullah

Rumah tangga adalah madrasah kecil yang memiliki peranan  besar dalam menciptakan kepribadian.   Dari rumah-rumah itulah putra bangsa ini berangkat membentuk  eksistensi  diri membentuk ciri suatu bangsa .   Allah berpesan

“Hai orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka”. (QS At-tahrim  [66]:6 )

Pada ayat tersebut tersirat makna bahwa, dalam diri setiap orang yang beriman pertama diperintahkan  untuk  menjaga diri dari ancaman api neraka.  Artinya sebelum Allah memerintahkan dirinya menjadi panutan dalam keluarga maka yang harus dibenahi dulu adalah akhlak pribadi yang melekat dalam dirinya, agar terhindar dari api neraka.  

Rasul bersabda:
كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَىَ الْفِطْرَةِ  حَتَّى يُعْرِبَ عَنْهُ لِسَانُهُ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ

Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci, hingga lisannya dapat mengungkapkan kehendak dirinya, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau orang Majusi (HR Al Aswad Ibnu Surai).5

Dari ungkapan Rasul tersebut nyata bahwa kedua orang tua sangat berpengaruh dalam pebentukkan watak atau kepribadian seorang anak.   Maka sikap dan mental orang tua inilah yang nanti akan dicontoh  putra dan putrinya kelak dalam meneruskan generasi yang akan datang.


(Allahu akbar) 3 x walillahil hamd,
Jamaah Id rahimakumullah

Mengikuti keteladanan atau mencontoh itu sebenarnya merupakan salah satu proses pembelajaran yang lebih banyak didominasi oleh penglihatan (visual), bahkan pengetahuan yang diperoleh melalui penglihatan atau visual memiliki keefektifan paling besar dibandingkan melalui pendengaran atau yang lain.   Pengaruh yang diserap melalui penglihatan (mata) 84 % akan mengubah perilaku, melalui pendengaran 11 % dan yang lain hanya 5% (Sanusi,2006). 6

Bagaimana mungkin orang tua yang borjuis akan membuahkan anak yang religis, bagaimana mungkin sekolah yang hanya mengutamakan transfer pengetahuan tanpa mengutamakan  budi pekerti dari peserta didiknya akan menghasilkan anak didik yang berkepribadian mulia,   bagaimana mungkin sekolah yang hanya mampu dijangkau oleh orang2 yang berada akan menghasilkan anak2 didik yang dapat berinteraksi bersama saudara mereka yang  dhuafa.  Akhirnya bagaimana mungkin seorang pemimpin yang arogan akan menghasilkan masyarakat yang toto tentrem kerto raharjo (Masyarakat yang adil makmur sejahtera)?  

Dalam konsep keteladanan ini rasul pernah bersabda bahwa

لَنْ تَهْلِكَ الرّعِيَّةُ وأِنْ كاَنَتْ ظَالِمِةً مُسِيئَةً أِذاَ كَانَتِ الوُلاَةُ هاَدِيَةً مَهْدِيَّةً وَلَكِنْ
تَهْلِكُ الرَّعِيَّةُ واِنْ كَانَتْ هَا دِيَةً أِذاَ كَانَتِ الوُلاَةُ ظَالِمَةً مُسِيْئَةً

Rakyat tidak akan mengalami kehancuran sekalipun mereka sesat dan jelek, apabila keadaan pemimpin/pemerintahannya suka menunjukkan ke jalan yang benar dan suka ditunjukkan ke jalan yang benar. Akan tetapi rakyat akan hancur sekalipun mereka suka menunjukkan ke jalan yang benar dan suka diberi petunjuk , apabila keadaan pemerintahannya sesat dan jelek.” (HR Abu Nu’aim). 7

Jadi pendidikan budi pekerti merupakan tanggungjawab bersama, baik secara formal maupun non formal, dan utamanya tanggung jawab para apparatur negara  yang diangkat dan dibayar melalui pungutan pajak hasil keringat anak bangsa.    Mereka harus mampu berperan sebagai sebagai change agent (agen perubahan). 

Inilah sebuah contoh keteladanan gerakan moral dari negeri seberang yang patut kita renungkan ;
 Zhu Rongji adalah Perdana Menteri China (1997-2002) dikenal sebagai orang yang sangat keras menyuarakan pemberantasan korupsi.   Lewat mulutnya dikenal ucapan yang melegenda:

Beri saya 100 peti mati,” katanya:”sembilan puluh sembilan akan saya gunakan untuk mengubur para karuptor, dan satu untuk mengubur saya, kalau saya melakukan tindakan korupsi”. (Santosa,2006 ) 8

Melalui keteladanan ini pembanguan ekonomi negeri China mengalami kemajuan yang dahsyat dan mengejutkan, ibarat raksasa yang sedang menggeliat, China diprediksi sanggup mengejar dan mendahului Amerika Serikat dalam kurun waktu tidak lebih dari setengah abad mendatang (Kompas, 2006). 9

Dalam msyarakat muslim ketegasan seseorang menegakkan kebenaran itu menggambarkan ketauhidan yang benar sebagaimana dicontohkan oleh Ibrahim AS ribuan tahun yang lalu, salah satunya adalah dihancurkan olehnya patung-putung  jahiliyah pada jamannya.   Apa bedanya penyembah patung dengan koruptor.  Meskipun secara subtansial berbeda tetapi secara hakekat adalah sama, yakni sama sama penyembah dunia.  

Bunga Sansefiera


(Allahu akbar) 3 x walillahil hamd,
Jamaah Id rahimakumullah


Hikmah Ibadah Kurban dan Ibadah Haji

Hari ini masyarakat muslim di seluruh dunia mengenang kembali peristiwa ribuan tahun yang lalu yang berkaitan dengan sejarah Ibrahim AS bersama keluarganya.    Ibarat sebuah telaga di tengah hutan yang tenang, kemudian datang seseorang melempar batu ke tengah telaga tersebut,  suara lemparan itu akan mengejutkan seluruh penghuni hutan dan habitat yang ada di dalam telaga.     Demikian halnya Allah SWT,  setiap firmannya selalu mengandung  makna yang menyentuh seluruh aspek kehidupan.   Seperti halnya yang berkaitan dengan perintah ibadah haji, perhatikan ayat berikut;

فِيهِ ءَايَاتٌ بَيِّنَاتٌ مَقَامُ إِبْرَاهِيمَ وَمَنْ دَخَلَهُ كَانَ ءَامِنًا

Di sana terdapat tanda-tanda nyata di antaranya ialah tempat Ibrahim berdiri beribadah.    Siapa yang memasukinya akan mendapat keamanan. (Qs Ali Imron [3]:97)
  
Para ulama menyimpulkan bahwa setiap firman Allah  akan selalu mengandung 2 (dua) makna  dimensial , yakni dimensi horizontal dan dimensi vertical.  Secara horizontal menggambarkan makna yang berkaitan dengan hubungan antar makhluk dan secara vertical menggambarkan hubungan antara makluk dengan Penciptanya.

  (Allahu akbar) 3 x walillahil hamd,
Jamaah Id rahimakumullah
   
Dimensi Horizontal

Hari ini sebagian hamba Allah dari berbagai penjuru dunia berkumpul di Tanah Suci Mekah.   Mereka tanggalkan berbagai macam atribut dunia.   Mereka saling bertemu bertatap muka.  Mereka saling menjaga toleransi, santun dan saling menolong   Mereka menghindari ucapan yang kotor, sikap sombong dan saling bertengkar.     Mereka sadar bahwa keberagaman itu merupakan ketetapan Allah dan meskipun  mereka berbeda tetapi tetap menyembah Tuhan Yang Satu.  Meskipun dalam kebhinekaan mereka tetap menjaga persatuan.   

Mereka  mendapat julukan sebagai tamu-tamu Allah.   Batallah identitas sebagai tamu Allah yang mulia itu bila mereka melakukan ucapan kotor, bersikap sombong apalagi  saling bertengkar satu sama lain, dan apalagi berbekal barang yang haram.   Karena Allah SWT berfirman

الْحَجُّ أَشْهُرٌ مَعْلُومَاتٌ فَمَنْ فَرَضَ فِيهِنَّ الْحَجَّ فَلَا رَفَثَ وَلَا فُسُوقَ وَلَا جِدَالَ فِي الْحَجِّ وَمَا تَفْعَلُوا مِنْ خَيْرٍ يَعْلَمْهُ اللَّهُ وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَاأُولِي الْأَلْبَابِ

  (Musim) Haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi (bln Syawal, Zukaidah dan Zulhijah), barang siapa yang menetapkan dalam bulan itu akan mengerjakan haji , maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam mengerjakan haji.  Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan niscaya Allah mengetahuinya.  Berbekalah dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.  (QS Al Baqarah [2]:197).    

Jadi ibadah haji adalah ibadah yang menyadarkan kita untuk  memahami bahwa perbedaan itu suatu keniscayaan, bersikap sopan serta menjaga persatuan itu adalah perintah yg  harus dikerkajan.


 (Allahu akbar) 3 x walillahil hamd,
Jamaah Id rahimakumullah
   
Di belahan bumi lain sebagian hamba Allah melaksanakan ibadah kurban,  kemudian daging kurban tersebut dibagikan kepada tetangga sekitar dan para fakir miskin   Tidak pandang bulu, golongan mereka apa agama mereka apa.   Bahkan Rasul memberi peringatan bagi mereka yang mampu berkorban tetapi tidak melaksanakan ibadah ini;

مَنْ وَجَدَ سَعَةً لأََ نْ يُضَحِّيَ فَلَمْ يُضَحِّ فَلاَ يَحْضُرْ مُصَلاَّناَ


Barang siapa yang mendapat kelapangan (kemampuan) untuk berkorban, namun tidak berkorban, maka jangan hadir di tempat sholat kami.” (HR Hakim). 
Pandangan masyarakat sekarang  lebih mengarah pada pandangan hidup materialistis    Dalam masyarakat yang materialistis aspek moral menjadi sesuatu yang tidak pernah disentuh.   Akibatnya sistem sosial yang berlaku menampakkan adanya stratifikasi.   Stratifikasi ini berimbas pada segala aspek kehidupan, baik ekonomi, politik maupun sosial.    Islam tidak menghendaki kultur masyarakat yang demikian.    Yang dikehendaki adalah system ummah, sebagaiman Allah berfirman;
                       
كَانَ ألنَّاسُ أُمَّةً وَٰ حِدَة ً

Manusia itu adalah umat yang satu.”( Al Baqarah [2]:213 )

Ummah mengandung dua pengertian.  Pertama,  merupakan ikatan persaudaraan dalam satu akidah, sebagaimana Firman Allah SWT

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ

Sesungguhnya orang-orang mukmin itu satu saudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu.”(QS Al Hujurat [49] : 10)

Kedua, ikatan persaudaraan yang diikat dalam suatu perjanjian walaupun beda akidah sebagaimana disebutkan dalam piagam Madinah  pasal  25. 10  

Prinsip satu umat membangkitkan semangat berat sama dipikul,ringan sama dijinjing  artinya Islam memerintahkan untuk membentuk keseimbangan yang mapan.  Keseimbangan ini tidak akan terbentuk tanpa adanya kepedulian satu sama lain.     Ibadah korban hanyalah merupkan salah satu prototype usaha membentuk kesimbangan itu.  Karena ibadah korban selain mengadung makna mendekatkan diri kepada  Allah SWT  juga mendekatkan antara Si Miskin dan Si Kaya
Maka ketika setiap individu  menyadari hikmah di balik ibadah kurban.   Hilanglah suasana hati yang selalu penuh  rasa kecurigaan, egoisme, cemburu  yang mudah menyulut tindakan brutal dan anarkis.



(Allahu akbar) 3 x walillahil hamd,
Jamaah Id rahimakumullah
   

Dimensi Vertikal

Setiap diri seharusnya menyadari bahwa kita semua, akhirnya akan pergi menunju puncak pendakian.  Di puncak pendakian itulah seorang hamba akan bertemu kekasih sejatinya.   Untuk mencapai puncak pendakian itu diperlukan bekal yang memadai, peralatan yang mendukung, badan yang sehat dan yang lebih penting adalah berpegang pada tali yang menghubungkan sampai pada puncak pendakian tersebut.  

Bekal yang memadai adalah bobot ketaqwaan kepada Allah SWT

وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَاأُولِي الْأَلْبَابِ

Berbekalah dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-ku hai orang-orang yang berakal.  (QS Al Baqarah [2]:197).  

Peralatan yang mendukung adalah pengetahuan tentang ma’rifatullah (mengenal Tuhan).  Sebuah pepatah mengatakan;

منَْ عَرَفَ نَفْسَهُ فَقَدْ عَرَفَ رَبَّهُ

“Siapa yang mengenal dirinya maka dia telah mengenal Tuhannya (Pemeliharanya ).”  

dan Allah berfirman,

وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ وَنَعْلَمُ مَا تُوَسْوِسُ بِهِ نَفْسُهُ وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيدِ
"Dan Kami sesungguhnya telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat dari pada urat lehernya." (QS Qaf [50]:16).


(Allahu akbar) 3 x walillahil hamd,
Jamaah Id rahimakumullah
   
Badan yang sehat adalah badan yang tidak dilumuri kemunafikan, badan yang sakit itu diibaratkan dengan sikap munafik yang berjangkit dalam diri seseorang. Badan yang sakit tidak akan mungkin mampu memegang pelita penerang yang dibutuhkan dalam perjalanan nanti. 

فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ فَزَادَهُمُ اللَّهُ مَرَضًا

Di hati mereka ada penyakit dan Allah menambah penyakit itu.(QS Al Baqarah [2]:10)

مَثَلُهُمْ كَمَثَلِ الَّذِي اسْتَوْقَدَ نَارًا فَلَمَّا أَضَاءَتْ مَا حَوْلَهُ ذَهَبَ اللَّهُ بِنُورِهِمْ وَتَرَكَهُمْ فِي ظُلُمَاتٍ لَا يُبْصِرُونَ

Perumpamaan bagi mereka adalah seperti orang yang memegang pelita maka ketika pelita itu menyala Allah mematikan dan meninggalkan mereka dalam kegelapan, mereka tidak akan mampu melihat .(QS Al Baqarah [2]:17)

Tali yang menghubungkan hingga puncak pendakian adalah Al-Qur’an dan Sunnah Rasul.

وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا

“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali Allah dan janganlah kamu bercerai berai (QS Ali Imran [3]: 103).

Semua manusia akan rugi, sebuah bangsa juga akan rugi, kecuali mereka yang selalu mengaktualisasikan kebajikan dan selalu menganjurkan kebenaran.    Kerugian itu bagaikan seorang yang tidak mampu mencapai puncak pendakian karena mereka tidak memiliki cukup bekal, tidak membawa perlengkapan yang memadai, badan yang sakit dan tidak mampu menggapai tali yang membentang sebagai penghubung menuju puncak pendakian.   

Dalam tatanan yang lebih luas sebuah bangsa tidak akan mecapai kemakmuran yang diidamkan sebab generasi yang ada di dalamnya tidak pernah mewariskan keteladan yang baik, tidak mewariskan akhlak yang baik, tidak mendidik generasinya dengan benar.  Dikatakan setiap generasi yang ada tidak pernah membimbing generasi berikutnya menuju puncak pendakian.  Akhirnya bangsa itu tidak akan pernah mencapai puncak pendakian yang mana di sana barokah  Allah SWT itu turun bagaikan hujan yang menyuburkan tanah yang telah mati, membasahi bumi yang tandus  dan mengairi sungai2 yang kering, sehingga tumbuh subur tanaman di atasnya.


(Allahu akbar) 3 x walillahil hamd,
Jamaah Id rahimakumullah
   
Allah SWT, berjanji

وَبَشِّرِ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ كُلَّمَا رُزِقُوا مِنْهَا مِنْ ثَمَرَةٍ رِزْقًا
“Dan berikanlah khabar gembira bagi nereka yang beriman dan berbuat kebajikkan bagi mereka taman syurga yang mengalir sungai-ungai di dalamnya dan setiap mereka diberikan buah-buahan dalam syurga itu (QS Al Baqarah [2]:25).

Dan Allah berjanji terhadap suatu bangsa,

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى ءَامَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat kami) itu,  maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.”( QS Al A’raaf [7]:96 )


***

PENUTUP

(Allahu akbar) 3 x walillahil hamd,
Jamaah Id rahimakumullah

Ibrahim AS ribuan tahun yang lalu telah memberi keteladanan yang mengagumkan baik kepada diri, keluarga dan masyarakat pada jamannya.    Warisan budi pekerti yang luhur itu sebenarnya  juga telah melekat pada nenek moyang kita bangsa Indonesia.  Betapa dahulu sangat kita rasakan nikmatnya masyarakat  yang penuh gotong royong dalam suasana agraris, santun dan penuh penghargaan terhadap sesama.   Kini warisan itu mulai pudar.

Semoga momentum Idul Adha ini dapat menghentakkan kembali kesadaran kita   untuk mengembalikan jati diri bangsa yang  pudar.   Semoga Allah SWT memberi kesadaran terhadap kita bangsa Indonesia, khususnya kampung halaman yang kita cintai ini.  Amiin.



بَارَكَ اللهُ لِئ وَلَكُمْ فِيْ الْقُرْ اَنِ الْعَظِمَ
وَنَفَعَنِئ وَ أِيَكُم بِا لاَيَاتِ وَالْذِّكْرِ الْحَكِيْمَ
وَ قُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَ اَنْتَ خَيْرٌ الَّراحِمِيْنَ

***

( Khutbah II )

(Allahu akbar) 7x walillahil hamd,



الحَمْدُ لِلَّهِ الّّذِى أمَرَنَا بِالإتِّخَادِ وَلإعْتِصَامِ
بِحَبْلِ اللهِ ألمَتيْنِ
أ شْهَدُ انْ لآإلٰهَ ألاّ ألله واشْهَدُ انَّ مُحَمّداً عَبْدُهُ ورَسُولُهُ

اللهمَّ صَلِّ وسَلِّم عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمّدٍ وَ عَلَى آلِهِ و اصْحَبِهِ أجْمَعِيْنَ

أمَا بَعْدُ:

فَيَا عِبَادَاللهِ آتّقُو الله مَا اسْتَطَعْتُمْ وَ سَا رِعُ إلَى مَغْفِرَةِ رَبِّ العَالَمِيْنَ : واَعْلَمُوا انّ الله سُبْحٰهُ وَتَعالَى أمَرَكُمْ بِامْرٍ بَدَأَ فِيْهِ

بِنَفْسِهِ و ثَنََّى بِمَلآ ءِكَتِهِ المُسَبِِّحَةِ بِقُدْسسِهِ, فَقَالَ تَعَالَى فِى القُرْآنِ العَاظيْمِ 


إِن َّ اللهَ وَمَلَٰٓئِكتَهُ , يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِىِّ ۚ يَٰٓأ يُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُواْ صَلُّواْ عَلَيْهِ وَسَلِّمُواْ تَسْلِيمًا

أللهمّ صَلِّ وسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدٍ المُرْسَلِيْنَ , وَعَلَى آلِهِ وَأصْحَابِهِ وَقَرَبَتِهِ وَأزْواَجِهِ وَذُرِّيَّاتِهِ اجْمَعِيْنَ. وارْضَاللهُمَّ عَلَى

اَرْبَعَةِ الخُلَفَاءِ الرَّاسِدِيْنَ


سَيِّدِنَا اَبِى بَكْرٍ و عُمَرَ و َ عُشْمَانَ و عَلِىِّ    

و عَلَى  بَقِيَّةِ   الصَّحَابَةِ والّتَابِعِيْنَ وتَابِعِ التَّابِعِيْنَ

وَمَنْ تَبِعَهُمْ  بِاِحْسَانٍ إلى يوم الدّين     

و عَلَيْنَا يَا اَرْحَمَ رَاحِمِيْنَ                             

Ya Allah,pagi ini kami hambaMu anak dari hambaMu, bersimpuh di hadapanMu memohon  kemurahanmu;
Ampunilah segala dosa kami,hapuskanlah segala kesalahan kami,
 Ampunilah dosa kedua orang tua kami, hapuskan segala kealahan  yang telah mereka lakukan,

Mereka telah membimbing kami, mereka telah menjadikan kami  sadar akan tanggung jawab kami,
Kami sadar  ternyata kami sering membuat luka hati mereka,  Padahal membimbing anak itu tidak mudah,
Membentuk pribadi anak yang sholeh itu  tidak gampang,

Ya Allah Ya Tuhan kami,
Maafkan hamba yang hina ini,  maafkan hamba yang bodoh ini,    maafkan hamba yang tidak mampu menjadi teladan kebaikan terhadap sesama,
Terhadap tetangga kiri kanan, terhadap kerabat kerja di tempat kerja kami,  terhadap murid-murid kami, terhadap bawahan kami, terhadap anak keturunan yang Engkau titipkan kepada kami,

Ya Allah Ya Tuhan kami
Jadikanlah pagi ini sebagai  kesempatan kami berikrar kepada-Mu,
Kami tidak akan mengulang kesesatan yang pernah kami lakukan,  kami sadar bahwa nasib bangsa ini bergantung pada pundak kami,  nasib anak dan cucu kami bergantung pada keteladanan yang kami tampakkan kepada mereka,

Maka bimbinglah kami untuk selalu dekat dengan-Mu, selalu mensyukuri atas nikmat-Mu, dan selalu berusaha untuk memperbaiki  penghambaan kami kepada-Mu,

Ya Allah  Ya Tuhan Kami,
Jadikanlah kami pemimpin dalam kebaikan,
Rasanya telah lelah diri kami melihat kejadian anarkis dan kebrutalan yang dilakukan sebagian anak bangsa di negeri ini,
Maka tampilkanlah di antara kami pemimpin yang mampu memberi teladan dan mampu menghancurkan kejahatan  yang telah melanda negeri ini,  sebagaimana Sikap Nabimu Ibrahim AS,  Nabimu Muhammad SAW, dan para Nabi-Mu yang lain,

Jadikanlah negeri ini sebagai negeri yang adil makmur sejahtera,  khususnya kampung kami tempat kami menginjakkan  kaki di sini,  sebagaimana pesanmu mengapa Engkau anjurkan mereka untuk berkurban,

Jadikanlah hamba-hamba-Mu yang sedang menunaikan Ibadah Haji, sebagai haji-haji yang mabrur,  sehingga mereka menjadi  penambah suburnya kedamaian negeri ini yang telah memudar.

اللهمّ انّا نسألك من خير ماسأك منه سيّدنا ونبيّنا محمّد عبدك ورسولُك
و نعوذبك من شرّ مااستعا ذك منه سيّدنا ونبيّنا محمّد عبدك ورسولُك
اللهمّ انّا نسألك موجبات رحمتك وعزاءم مغفرتك والسلامة من كلّ اثم والغنيمة من كلّ برّ والفوز با لجنّة والنّجاة من النار والعفو عندالحساب

رَبّنا لا تُزِع قُلُبَنَا بَءْدَ اِذ هَدَيْتَناَ
و هَبْلَنَا مَنْ لَدُنْكَ اِنَّكَ اَنْتَ الوَهَبُ

ربّنا اتّنا فئ الدنيا حسنة وفئ الاخرة حسنة وقنا عذاب النار

وصلّى الله على سيدنا محمّد وعلى اله وصحبه وسلّم

واللحمد لله ربّ العالمين

o0o

PUSTAKA


      Al Qur’an Karim
1   Imam Suyuti, 911 H. Al Jaami’ush Shogiir.  Maktab Dar Ihyaa Al Kitab ‘Arabyyah. Indonesia
               Juz 2.       Hal 95.
              
          
2   Imam Suyuti, 911 H. Al Jaami’ush Shogiir   Maktab Dar Ihyaa Al Kitab ‘Arabyyah.
            Indonesia. Juz 2.  Hal 9.
3   Imam Suyuti, 911 H. Al Jaami’ush Shogiir.  Maktab Dar Ihyaa Al Kitab ‘Arabyyah.
           Indonesia. Juz 2.  Hal 184.
4   Imam Suyuti, 911 H. Al Jaami’ush Shogiir.  Maktab Dar Ihyaa Al Kitab ‘Arabyyah.
           Indonesia. Juz 2.  Hal 13.
5   Imam Suyuti, 911 H. Al Jaami’ush Shogiir.    Maktab Dar  Ihyaa Al Kitab ‘Arabyyah. 
           Indonesia. Juz 2.  Hal 94.
6          Sanusi, Anwar. 2006. Jalan Kebahagiaan. Gema  Insani.    Jakarta. Hal.225
8     Santosa, F, H. .2006. Tidak ada Ampun Buat
koruptor.  In Cermin dari China Geliat Sang  Raksasa di Era   Globalisasi. Penerbit Buku Kompas. Jakarta. Hal  8.
9        Kompas. 2006. Memukau Tetapi Tidak Perlu Ditakuti.  In Cermin dari China Geliat Sang
            Raksasa di Era  Globalisasi. Penerbit Buku Kompas. Jakarta. Hal x
10          Pulungan, J, Suyuthi.  1994.  Prinsip-prinsip  Pemerintahan dalam Piagam Madinah
      Ditinjau dari Pandangan   Al Qur'an.  Raja Wali Pers. Jakarta.


Bdl, 25 Okt 2012 / 9 Zulhijah 1433 H

                            BW





Tidak ada komentar:

Posting Komentar