By
Budi Wibowo
بِسْمِ اللهِ
الرَّحْمَانِ الرّحِيْم
Untuk
apa bersujud bila hanya sekedar simbul,
untuk apa bersedekah bila hanya sekedar simbul, untuk apa bermanis muka dan berucap bila hanya sekedar
simbul, untuk apa berpekik “Allaahu Akbar !” bila hanya sekedar simbul, untuk apa ?
***
Ada
dosa yang dihapuskan melalui sholat fardhu, sholat jum’at dan ada pula melalui
ibadah puasa di bulan romadhon. Rasul
bersabda;
الصّلَوَتُ
الخَمْسُ وَالجُمْعَةُ إلَى الجُمْعَةِ وَ رَمَضَانُ إلَى رَمَضَانِ مُكَفِّرَاَة ٌ لِمَا بَيْنَهُنَّ إذَا اجْتُنِبَتِ الكَبَائِرُ
“Shalat fardhu, jum’at sampai Jum’at
berikutnya, dan Ramadhan sampai Ramadhan berikutnya, merupakan kafarat
(penebus) atas dosa-dosa yang dilakukan di antara kesemuanya itu selama
dosa-dosa besar dijauhinya.” (HR. Muslim, turmizi dan Ahmad dari Abu Harairah).1
Dalam
sabda Rasul SAW tersebut terkandung makna bahwa terdapat dua syarat terkabulnya
penghapusan dosa, yakni melaksanakan fardhu dan meninggalkan dosa-dosa
yang besar. Dua syarat tersebut saling
berkait antara satu dengan yang lain. Jika satu syarat tidak terpenuhi maka penghapusan tidak akan terjadi, juga
bermakna bahwa amal ibadah seorang hamba tidak akan diterima selama dua syarat
tersebut belum terpenuhi.
Kita sekarang
berada di bulan Sya’ban sebagai pintu masuk bulan Ramadhan bulan yang
penuh rahmat dan ampunan di dalamnya. Menyambut bulan yang mulia ini umat Islam
banyak yang melakukan persiapan secara simbolik seperti membersihkan tempat
ibadah, tempat tinggal, memotong kuku dan
merapikan rambut sampai dengan mandi besar, berbagi rezeki disertai do’a dalam majlis-majilis dzikir
yasinan. Tidak ada larangan menyambut
bulan puasa dengan cara-cara seperti itu,
namun ada yang lebih utama dari semua
itu, yakni memahami apa yang diberitakan oleh junjungan kita Rasulullah SAW;
وَهُوَ
شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيْهِ الاَعْمَا لُ إلَى رَبِّ العَالَمِيْنَ
“ Pada Bulan itu (Sya’ban) diangkat amalan-amalan kepada
Allah Rabbul ‘alamin. (HR Abu Daud dan Nasai). 2
Sabda
Rasul tersebut mengandung makna bahwa di akhir bulan ini (Sya’ban) Allah menutup
buku amal ibadah hambaNya selama selang waktu Romadhan yang lalu hingga akhir Sya’ban
ini. Allah SWT menghapus segala dosa
selama hamba melaksanakan kewajiban-kewajiban dan meninggalkan dosa-dosa
besar. Dosa-dosa itu seperti sabda Rasul SAW berikut;
فَيَغْفِرُ
اللهُ تَعَاَلَ لِجَمِعِ مَنْ لاَ يُشْرِكُ بِا اللهِ شَيْءً إلاّ مَنْ كَانَ سَاحِراً او كَاهِنًا او
مُشَاحِناً او مُدمِنَ خَمْرٍ أو مُصِرًا
على الزِّنًا او أكِلَ الرِّباَ او عاقَّ
الوَلِدَيْنِ او ِالنَّمَّامّ أو قاطِعَ الرّحِمِ فاِنَّ هَؤُلاَءِ لا يُغْفَرُ
لَهُمْ حَتَّى يَتُبُوا وَيُتْرَكُوا
“Allah SWT mengampuni semua
(dosa-dosa) orang yang tidak menyekutukan Allah SWT, bukan ahli sihir, bukan
dukun, bukan orang yang suka permusuhan, bukan pemabuk arak, bukan pezina,
bukan pemakan harta riba, bukan pendurhaka terhadap kedua orang tua, bukan yang
suka mengadu domba, dan bukan orang yang suka memutus tali persaudaraan, mereka
tidak diampuni hingga bertaubat dan suka
meninggalkan.” (Al Hadist dari Abu Hurairah dalam Duratun-nashihin).3
Bila
kita perhatikan sabda Rasul SAW tersebut ternyata ada tiga macam dosa yang
dilakukan manusia, yakni dosa yang berkaitan terhadap Allah SWT, terhadap sesama
manusia dan terhadap diri sendiri. Catatan
buruk itu akan dihapuskan jika manusia bertobat dan bertekad tidak mengulangi
lagi. Jadi penangguhan ampunan itu
bagi;
A. Dosa terhadap Allah SWT.
1. Musyrikin (peyekutu Allah SWT/ يُشْرِكُ
بِا اللهِ شَيْءً ).
Berlindung pada patung, pohon-pohon
besar dan benda-benda,
Berlindung
dengan Jin dengan membakar kemenyan, lebih percaya
dukun.
2. Ahli Sihir (سَاحِراً).
Pekerjaan memperdaya manusia melalui kerja sama dengan Jin.
3. Dukun ( كَاهِنًا ).
Dukun adalah orang yang
melakukan pemberitaan tentang perkara yang terjadi pada masa yang akan datang
dan mengaku mengetahui rahasia-rahasia atau hal-hal gaib yang sebenarnya hanya
Allahlah yang tahu.
B. Dosa terhadap sesama manusia.
4. Orang yang suka menyebar permusuhan (مُشَاحِناً ).
5. Pezina (مُصِرًا
على الزِّنًا ).
6. Pemakan harta riba (أكِلَ الرِّباَ ) atau pemakan harta dari perdagangan yang diharamkan.
7. Pendurhaka terhadap kedua orang tua
(عاقَّ
الوَلِدَيْن ).
8. Pengadu domba ( النَّمَّامّ ).
9. Orang yang suka memutus tali
persaudaraan ( قاطِعَ
الرّحِمِ ).
C. Dosa terhadap diri sendir.
10. Pemabuk arak (مُدمِنَ
خَمْرٍ ).
Menyadari
hal tersebut seharusnya di bulan Sya’ban ini segera
bertobat dan meninggalkan perbuatan-perbuatan dosa besar tersebut. Bukan sekedar meninggalkan tetapi juga
diikuti tindakan mengembalikan sesuatu yang bukan haknya, memohon maaf kepada
sesama kerabat, kedua orang tua dan menyambung silaturahmi sebelum catatan amal
itu ditutup. Kalau toh kitab itu sudah
ditutup seharusnya memanfaatkan sebaik-baiknya perintah-perintah ibadah di bulan Ramadhan. Rasul bersabda;
من
صام رمضان إيمانا واحتسابا غفر له ما تقدم من ذنبه
“Barang siapa
berpuasa di bulan Ramodhan dengan iman dan penuh perhitungan niscaya diampuni
dosa2-nya yg telah lalu.”(HR Bukhari)4
Demikian memaknai
persiapan menyambut Romadhon di Bulan Sya’ban. Begitu besarnya kasih
sayang Allah SWT kepada kaum muslim Dia buka bulan Romadhan sebagai bulan
pengampunan. Semoga Allah memberi kesempatan kita mereguk nikmatnya
bulan tersebut. Amiiin.
***
Untuk
apa bersujud bila hanya sekedar simbul,
untuk apa bersedekah bila hanya sekedar simbul, untuk apa bermanis muka dan berucap bila hanya sekedar
simbul, untuk apa berpekik “Allaahu Akbar !” bila hanya sekedar simbul, untuk apa ?
وصلّ الله على سيّدنامحمّدٍ
وعلى آله و صحبه وسلّم
Allahu
‘alamu bishawabi.
PUSTAKA
1 Imam Suyuti. _______. Al Jaamingush Shogir.
Juz II Maktab
Dar Ihya Alkitab Arabiyah. Indonesia. Hal. 50.
2 Sabiq, Sayyid.
1978. Fiqhussunnah. Penerjemah :
Muhyiddin Syaf.
PT Al Ma’arif. Bandung. Jilid 3.
Hal. 244.
3 _____1987. Duratun-nashihin. Penerjemah : Abu H.F Ramadlan.
Mahkota. Surabaya.
Hal. 822.
4 Al-Buchori,
Al-Sindi. 2011. Shohih Al Bukhari Dar
Al Kotob Al Ilmiyah. Lebanon. Edisi 5. Juz 1. Hal. 626.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar