Serial Khubah Jum'at
by
Budi Wibowo*
بسم الله الرّمان الرّحيم
الحمد لله نستعنه و نستغفره ونعذ بالله من شرور انفسنا
من يهدالله فلا مضلّ له ومن يضلل فلا هادئ له
اَشْهَدُ اَنْ لاَ الَهَ الاَّ اللهُ
وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى محمّد عَبْدِكَ وَ رَسُولِكَ وَعَلَى آَلِهِ وَ اَصْحَابِهِ اَجْمَعِيْنَ: أَمَّابَعْدُ
فَيَا اَيُّهَ الْحَاضِرُوْنَ : اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَ اَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
قَلَ اللهُ تَعَلئَ فِئ الْقُرْانِ الْعَظِيْمِ : اَعُذُ بِا اللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بسم الله الرّمان الرّحمين
يَاأَيُّهَا
الَّذِينَ ءَامَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ(2)كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ
اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ
صَدَّقَ الله الْعَظِيمَ وَصَدَّقَ رَسُوْلُ اللهِ الْكَرِيم
Mungkin
kita sangat terheran-heran pada akhir-akhir ini menyaksikan, membaca atau
mendengar dari media masa yang mengabarkan bahwa seorang pejabat Negara yang
menempati kedudukan mulia telah menyekutukan Tuhan dengan jabatannya. Dengan jabatannya dia berbuat
sewenang-wenang menyakiti hati
rakyat. Menjual keimanan dengan harga
yang murah. Meskipun manusia bukan
Tuhan dan tidak mungkin menyamaiNya, seharusnya meneladani segala sikap yang
diteladankan-Nya, sebagaimana gelar-gelar yang terkumpul dalam “asmaul husna”
(nama-nama yang baik bagi diriNya).
sourch:http//4.bp.blogspot.com |
Kembali
pada masalah bobroknya para pemimpin di negeri ini, kita tidak boleh serta
merta menuding secara individu kepada mereka.
Tetapi kita harus menyadari bahwa mereka adalah ibarat buah yang tidak
lepas dari pohonnya. Siapakah yang
menjadi pohon itu ? Tentu masyarakat itu sendiri. Jadi, pemimpin yang tampil dengan berbagai
bentuk karakternya itu, sebenarnya sebagai produk dari masyarakat darimana
mereka berasal.
Dalam
kacamata Islam, runtuhnya karakter mulia yang telah dicontohklan Nabi SAW dan
para sahabat pada generasi sekarang
menunjukkan semakin longgarnya generasi sekarang dalam memegang ajaran Allah dan Rasul-Nya. Kondisi seperti ini telah terantisipasi
Allah SWT dalam Firman-Nya sbb;
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى ءَامَنُوا
وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ
كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
“Jikalau
sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan
kepada mereka berkah dari langit dan bumi,
tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat kami) itu, maka kami siksa mereka
disebabkan perbuatannya.” (QS Al-A’Raaf [7]:96).
Dalam
ayat tersebut dapat kita simpulkan bahwa tampilnya individu pemicu kerusakan
itu sebenarnya hanyalah ibarat fenomena gunung es. Artinya bobroknya pemimpin itu sebenarnya
menggambarkan kebobrokan masyarakatnya.
Kebobrokan masyarakat ini tidak terlepas dari peran para pemimpin dari
tingkat atas hingga paling bawah. Bila
kita tarik sampai ke bawah tidak terlepas dari peran orang tua sebagai
pemimpin rumah tangga sebagai komponen
pembentuk masyarakat yang lebih luas.
***
As-Shidiq,
adalah sikap yang dicontohkan Nabi dan sikap ini erat kaitannya dengan
keteladanan. Shidiq berarti benar, para
ulama sering mengatakan sebagai sifat jujur.
Shiddiqun berarti orang yang memiliki keselarasan isi hati, ucapan dan tindakan atau sikap. Sebagai kepala rumah tangga seorang ayah atau
kepala rumah tangga harus memiliki sikap demikian. Inilah sikap yang harus dimiliki oleh orang
yang beriman.
يَاأَيُّهَا
الَّذِينَ ءَامَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ(2)كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ
اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ
“Wahai orang yang beriman mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat ? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan.” (QS Ash- shaff : 61 :2-3).
Allah
SWT, memberikan bekal kepada setiap kepala rumah tangga, dengan mengisahkan
hambanya yang sholeh (Luqman) dalam mendidik putranya. Bila kita perhatikan ada tiga pokok pikiran
yang harus diterapkan oleh setiap kepala rumah tangga dalam mendidik
keluarganya.
1. Seorang
kepala rumah tangga harus mampu melarang
keras anggota keluarganya menyekutukan Allah SWT.
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لاِبْنِهِ وَهُوَ
يَعِظُهُ يَابُنَيَّ لا تُشْرِكْ بِاللَّه إِنَّ
الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, diwaktu ia
memberi pelajaran :”Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.” (Luqman
[31]:13)
Mempersekutukan Allah, yaitu
membuat Tuhan lain sebagai tandingan dari Allah, dapat juga mengandung makna
sebagai mencintai sesuatu melebihi cintanya kepada Allah SWT.
فَلَا
تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَنْدَادًا وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ
“Karena itu janganlah kamu mengadakan tandingan
(sekutu-sekutu) bagi Allah padahal kamu mengetahui.” (Al Baqororh [2]: 22)
Mungkin dalam praktek tidak
menyebut secara langsung nama Tuhan
tandingan tersebut, tetapi secara psikologis manusia terjerat dalam kondisi
memuja benda tersebut (syirik).
Demikian, sehingga para mufasir membagi syirik dalam dua kategori yaitu
“syirik yang nyata” dan “syirik yang tersembunyi”. Syirik
nyata adalah dengan jelas-jelas menganggap makhluk sebagai Tuhan,
sedangkan syirik tersembunyi seperti yang telah diilustrasikan di atas tadi.
Menanamkan pengertian semacam
ini penting karena kurang pemahaman
dalam ketauhidan akan memiliki pengaruh
besar dalam tatanan kehidupan.
Penyekutuan sekecil apapun Allah mengetahuinya, itulah sebab Luqman
melarang keras terhadap putranya berbuat demikian.
Selanjutnya
Luqman menasehati terhadap anaknya:”
يَابُنَيَّ إِنَّهَا إِنْ تَكُ مِثْقَالَ
حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ
فَتَكُنْ فِي صَخْرَةٍ أَوْ فِي السَّمَوَاتِ
أَوْ فِي
الْأَرْضِ يَأْتِ بِهَا اللَّهُ إِنَّ
اللَّهَ لَطِيفٌ خَبِيرٌ
“Wahai anakku !
Sungguh jika ada suatu perbuatan seberat biji sawi dan berada dalam batu atau
di langit, niscaya Allah akan memberinya (balasan). Sesungguhnya Allah maha halus, maha teliti.” (QS
Luqman [31]:16).
2. Seorang
kepala keluarga harus mampu membangkitkan anggota keluarganya untuk mendirikan
sholat.
Selanjutnya
Luqman meberi nasehat;
يَابُنَيَّ أَقِمِ الصَّلَاةَ وَأْمُرْ
بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ
الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلَى مَا أَصَابَكَ إِنَّ
ذَلِكَ مِنْ
عَزْمِ الْأُمُورِ
Wahai anakku !
Laksanakanlah shalat dan suruhlah (manusia) berbuat makruf dan cegahlah (mereka)
dari yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu, sesungguhnya yang
demikian itu termasuk perkara yang penting. (QS Luqman
[31]:17).
Pada ayat lain disebutkan dalam
Al Qur’an;
وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ
عَلَيْهَا لَا نَسْأَلُكَ
رِزْقًا نَحْنُ نَرْزُقُكَ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَى
“Dan perintahkanlah kepada
keluargamu mendirikan sholat mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam
mengerjakannya. Kami tidak meminta
rezeki kepadamu, Kamilah yang meberi rezeki kepadamu, Dan akibat (yang baik)
itu adalah bagi orang yang bertaqwa.” (QS Thaha [20] :132).
Keasyikan menikmati dunia kadang melalaikan manusia dalam menaati perintah Allah, keadaan seperti inilah oleh mufasir yang disebut dengan syirik tersembuyni. Seorang kepala rumah tangga harus peka terhadap jebakan dunia yang melenakan ini. Allah menyindir hambanya yang memberati dunia dengan kalimat berikut;
لَا
نَسْأَلُكَ رِزْقًا نَحْنُ نَرْزُقُكَ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَى
Kami tidak
meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang meberi rezeki kepadamu, Dan akibat (yang
baik) itu adalah bagi orang yang bertaqwa.
Sholat yang benar menggambarkan penghambaan yang benar,selain itu juga menunjukkan kesetiaan yang benar. Oleh karena itu tidak mungkin hamba yang telah setia kepada Tuhannya membiarkan kemungkaran atau penghinaan terhadap Tuhannya. Maka sudah menjadi konskwensi logis bila selanjutnya Allah menguatkan perintah sholat dengan perintah pemberantasan kemungkaran dan penganjuran kebaikan (ma’ruf), dengan cara yang teliti atau dengan jalan kesabaran. Ini dapat kita perhatikan dalam susunan kalimat pada ayat-ayat di atas, bahwa perintah sholat mendahului perintah yang lainnya, menunjukkan bahwa pencegahan kemungkaran tidak ada nilainya tanpa didahului dengan sholat, demikian juga perbuatan ma’ruf (kebaikan) tidak memiliki nilai tanpa didahului kepatuhan melaksanakan perintah sholat.
إِنَّ
الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ
وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ
مَا تَصْنَعُونَ
“ٍSesungguhnya
sholat itu mencegah dari perbuatan keji
dan mungkar, dan sesungguhnya mengingat Allah itu (shalat) adalah lebih besar keutamaannya dari
ibadah-ibadah yang lain, dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS
Al Ankabut [29]:45)
Kini dapat kita bayangkan
seandainya ada anggota keluarga yang tidak patuh melaksanakan sholat. Ia jelas akan menjadi sumber petaka dalam suatu
keluarga.
3. Seorang kepala keluarga harus mampu
memerintahkan anggota keluarganya untuk berlaku sopan.
Selanjutnya Luqman, menasihati
keluarganya, sbb;
وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا
تَمْشِ فِي الْأَرْضِ
مَرَحًا إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ
فَخُورٍ
وَاقْصِدْ
فِي مَشْيِكَ وَاغْضُضْ مِنْ صَوْتِكَ
إِنَّ أَنْكَرَ الْأَصْوَاتِ لَصَوْتُ الْحَمِيرِ
“Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia (karena
sombong) dan janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang
yang sombong dan membanggakan diri. Dan
sederhanakanlah dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara
keledai.”
(QS Luqman [31]:18-19).
وَأَنْذِرْ
عَشِيرَتَكَ الْأَقْرَبِينَ(214)وَاخْفِضْ جَنَاحَكَ
لِمَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ
“Dan berilah peringatan
kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat dan sederhanakanlah dirimu terhadap
orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman.“(QS Asy
Syu’araa [26]:214-215).
Kesombongan sebenarnya merupakan
sikap atau pakaian Allah SWT, artinya hanya Allahlah yang berhak
menyandangnya. Maka jika ada manusia
yang memiliki sikap sombong sepadan
dengan “kelancangan” manusia tersebut mengenakan pakain Allah SWT. Kepada orang seperti ini Allah tidak
menyukainya, dalam suatu hadist disebutkan bahwa Allah tidak akan memandangnya,
bahkan dalam suatu hadist disebutkan bahwa Tidak akan masuk syurga orang
yang di dalam hatinya terdapat seberat biji dzarah pun dari kesombongan.”
لاَ
يَدْخُلُ الجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِى قَلْبِهِ مِثْقَلَ ذَرَةٍ
مِنْ كِبْرٍ
Jabatan dan hartalah biasanya
yang mudah menggelincirkan manusia ke dalam lembah kesombongan. Na’udzubillahi min dzalik.
***
Seperti
telah di jelaskan pada keterangan yang dahulu, bahwa seorang ayah harus mampu
memerintah dan memberi contoh yang baik pada seluruh anggota keluarganya, mampu menundukkan istri dalam menegakkan amar
ma’ruf nahi mungkar, karena isteri memiliki peran yang sangat besar dalam rumah
tangga dalam pembentukan watak seorang anak.
Demikian
khutbah singkat ini semoga bermanfaat bagi diri saya dan jamaa’h sekalian
sebagai sumbangsih untuk menyikapi agar tidak terjadi distorsi akhlak pada
bangsa ini di masa mendatang. Amiin.
Wallahu
‘alamu bishawab.
بَارَكَ
اللهُ لِئ وَلَكُمْ فِيْ الْقُرْ اَنِ الْعَظِمَ
وَنَفَعَنِئ
وَ أِيَكُم بِا لاَيَاتِ وَالْذِّكْرِ الْحَكِيْمَ
وَ
قُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَ اَنْتَ خَيْرٌ الَّراحِمِيْنَ
Kutbah Ke Dua
الحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى
أمَرَنَا بِالإتِّخَادِ وَلإعْتِصَامِ
بِحَبْلِ اللهِ ألمَتيْنِ
أ شْهَدُ انْ لآإلٰهَ ألاّ ألله واشْهَدُ انَّ مُحَمّداً عَبْدُهُ ورَسُولُهُ
اللهمَّ صَلِّ وسَلِّم عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمّدٍ وَ عَلَى آلِهِ و اصْحَبِهِ أجْمَعِيْنَ
أمَا بَعْدُ:
فَيَا عِبَادَاللهِ آتّقُو الله مَا اسْتَطَعْتُمْ وَ سَا رِعُ إلَى مَغْفِرَةِ رَبِّ العَالَمِيْنَ : واَعْلَمُوا انّ الله سُبْحٰهُ وَتَعالَى أمَرَكُمْ بِامْرٍ بَدَأَ فِيْهِ
بِنَفْسِهِ و ثَنَّى بِمَلآ ءِكَتِهِ المُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ, فَقَالَ تَعَالَى فِى القُرْآنِ العَاظيْمِ :
إِن َّ اللهَ وَمَلَٓئِكتَهُ , يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِىِّ ۚ يَٰٓأ يُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُواْ صَلُّواْ عَلَيْهِ وَسَلِّمُواْ تَسْلِيمًا
أللهمّ صَلِّ وسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدٍ المُرْسَلِيْنَ , وَعَلَى آلِهِ وَأصْحَابِهِ وَقَرَبَتِهِ وَأزْواَجِهِ وَذُرِّيَّاتِهِ اجْمَعِيْنَ.
بِحَبْلِ اللهِ ألمَتيْنِ
أ شْهَدُ انْ لآإلٰهَ ألاّ ألله واشْهَدُ انَّ مُحَمّداً عَبْدُهُ ورَسُولُهُ
اللهمَّ صَلِّ وسَلِّم عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمّدٍ وَ عَلَى آلِهِ و اصْحَبِهِ أجْمَعِيْنَ
أمَا بَعْدُ:
فَيَا عِبَادَاللهِ آتّقُو الله مَا اسْتَطَعْتُمْ وَ سَا رِعُ إلَى مَغْفِرَةِ رَبِّ العَالَمِيْنَ : واَعْلَمُوا انّ الله سُبْحٰهُ وَتَعالَى أمَرَكُمْ بِامْرٍ بَدَأَ فِيْهِ
بِنَفْسِهِ و ثَنَّى بِمَلآ ءِكَتِهِ المُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ, فَقَالَ تَعَالَى فِى القُرْآنِ العَاظيْمِ :
إِن َّ اللهَ وَمَلَٓئِكتَهُ , يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِىِّ ۚ يَٰٓأ يُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُواْ صَلُّواْ عَلَيْهِ وَسَلِّمُواْ تَسْلِيمًا
أللهمّ صَلِّ وسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدٍ المُرْسَلِيْنَ , وَعَلَى آلِهِ وَأصْحَابِهِ وَقَرَبَتِهِ وَأزْواَجِهِ وَذُرِّيَّاتِهِ اجْمَعِيْنَ.
وارْضَاللهُمَّ عَلَى
اَرْبَعَةِ الخُلَفَاءِ الرَّاسِدِيْنَ
سَيِّدِنَا اَبِى بَكْرٍ و عُمَرَ و َ عُشْمَانَ و عَلِىِّ,
اَرْبَعَةِ الخُلَفَاءِ الرَّاسِدِيْنَ
سَيِّدِنَا اَبِى بَكْرٍ و عُمَرَ و َ عُشْمَانَ و عَلِىِّ,
والّتَابِعِيْن و عَلَى بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ
وتَابِعِ
التَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ
بِاِحْسَانٍ إلى يَوْمِ الدِّينَ
و عَلَيْنَا يَا اَرْحَمَ
رَاحِمِيْنَ
اللهُمَّ أصْلِحْ جَمِيْعَ وُلاَةِ المُسْلِمِيْنَ و اىصُرِ الإسْلَامَ و المُسْلِمِيْنَ
وأهْلِكِ الكَفَرَةَ و المُسْرِكِيْنَ, وَاعْلِ كَلِمَتَكَ إلَى يَوْمِدِيْنَ
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلمُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ و المُؤْمِنِيْنَ والمؤمِنَاتِ , الاحيَاءِ مِنْهُمْ وَلاَمْوَاتِ, إنَّكَ سَامِعٌ مُجِبُ ادّعءوَاتِ يَا قَاضِىَ
الحَاجَاتِ
رَبَّنَا ءَاتِنَا فِي الدُّنْيَا
حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
عِبَادَاللهِ إنَّالله يَأمُرُ بِاالعَدْدْلِ
وَلاِحْسَانِ و إيْتَآءِ ذىِ القُرْبىٰ و يَنْهَى عَنِ اافَحْشَآءِ وَالمُنْكَرِ
والبَغْى, يَعِظُكُم لَعَلّكُمْ
تَذَكَرُوْنَ,
فَاذْكُرُوا
اللهَ العَاظِيْمَ يَذْكُرُكُمْ,
واشْكُرُوهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ,
واسْئَلُهوهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ
و
لَذِكْرُاللهِ أجَلُّ و اكْبَرُ
=====
*Telah disampaikan Penulis dalam khutbah Jum'at 11 Okt. 2013, di salah satu masjid di Bandarlampung,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar