Terima Kasih Anda Telah Mengunjungi Blog Ini

Blog ini bukan untuk tujuan komersial, bila ada gadget tambahan yang bersifat komersial itu bukan kehendak pemilik blog !

Sabtu, 03 Januari 2015

Hikmah Penciptaan Waktu

(Menyambut Tahun Baru)*)

by

Budi Wibowo

بسم الله الرّحمان الرّحيم

Seperti halnya seorang manajer perusahaan, setiap akhir tahun atau awal tahun dia selalu melakukan evaluasi, sebagai wujud kewajiban  dalam rangka meningkatkan  kwalitas dan volume produk yang dihasilkan, sehingga keuntungan akan dapat diraih di masa mendatang.  Itulah kehidupan dalam ukuran dunia. 

Bagaimana dengan kehidupan ukhrawi ?    Bila kita mau menyadari  sebenarnya sama, bahwa setiap individu adalah manager atau pengelola industri diri.  Produk yang dihasilkan seharusnya berupa  ketaqwaan yang semakin meningkat terwujud dalam bentuk akhlakul karimah, bukan sebaliknya.  
Bunga Sakura

***

Kata “kapan”  merupakan kata tanya yang dijawab dengan keterangan waktu, seperti sekarang besuk, minggu ini tanggal sekian bulan atau tahun sekian.  Seandainya Allah SWT tidak menciptakan kata tersebut niscaya Allah tidak akan menciptakan waku, seandainya Allah tidak menciptakan waktu niscaya Allah tidak akan menciptakan matahari dan bulan,  seandainya Allah tidak menciptakan mata hari dan bulan  bumi tidak tercipta,  seandainya bumi tidak tercipat manusia tidak akan diciptakan_Nya.     Dapat kita simpulkan bahwa semua ciptaan dengan segala macam fenomenanya itu diperuntukkan bagi manusia. 

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para ,malaikat ”Sesunjgguha Aku hendak menciptakan seseorang sebagai khalifah di muka bumi ini’” (QS Albaqarah [2]:30)

Kata kholifah mengandung pengertian  pemimpin atau wakil Allah;

يَادَاوُدُ إِنَّا جَعَلْنَاكَ خَلِيفَةً فِي الْأَرْضِ فَاحْكُمْ بَيْنَ النَّاسِ بِالْحَقِّ وَلَا تَتَّبِعِ الْهَوَى فَيُضِلَّكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ

Hai Daud sesungguhnya Kami menjadikankamu khalifah (penguasa) di muka bumi , maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah".

 Sebagai pemimpin atau wakil Allah manusia diberi hak untuk memanfaatkan bumi dan sesisinya  sesuia dengan petunjuk dan perintah-Nya.   Jadi penciptaan waktu itu sangat erat kaitannya dengan hal pemeliharaan alam semesta ini! Ternyata waktu diciptakan berkaitan dengan penciptaan matahari dan bulan, perhatikan firman berikut;

هُوَ الَّذِي جَعَلَ الشَّمْسَ ضِيَاءً وَالْقَمَرَ نُورًا وَقَدَّرَهُ مَنَازِلَ لِتَعْلَمُوا عَدَدَ السِّنِينَ وَالْحِسَابَ مَا خَلَقَ اللَّهُ ذَلِكَ إِلَّا بِالْحَقِّ يُفَصِّلُ الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ


“Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkanNya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perthitungan waktu.  Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak.  Dia menjelaskan (tanda2 kebesaranya ) kepada orang-orang yang mengatahui. (QS Yunus [10] :5)

Ada apa dengan waktu ? Inilah pertanyaan yang harus dijawab atas fenomena yang terjadi di dalamnya.  Ada beberapa ayat yang menggambakan pentingya penyertaan waktu,  yang paling kita kenal adalah sumpah Allah SWT dengan persaksian waktu sbb

وَالْعَصْرِ(1)إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ(2)إِلَّا الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ(3)

Demi masa.  Sesungguhnya manusia benar2 benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan nasehat-menasehati supaya menaati kebenaran dan nasehat-menasehati supaya menetapi kebenaran. (QS Al ‘Ashr [103:1-3)            

Maka dengan waktu keimanan seseorang dapat dinyatakan, dengan waktu amal sholeh seseorang dapat diungkapkan dan dengan waktu ucapan seseorang dapat dibuktikan.  Selanjutnya Allah SWT  berfirman :

وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوا وَءَاثَارَهُمْ

Dan kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan,  {QS Yasin [36]:12)

Jadi setiap setiap individu  adalah pengukir sejarah dirinya sendiri.  

Pada posisi sekarang kita hanya mampu melihat catatan yang kita buat masa lalu dan masa kini, tetapi masa datang adalah masa yang penuh ketidak pastian yang belum dapat kita lihat.   


Masa lalu

Masa lalu adalah catatan sejarah yang telah kita ukir.  Apa yang telah kita perbuat ?  Sudahkah kita melakukan hal yang diperintahkan dan menajuhi yang dilarang ?  Meskipun kita tidak mampu menyimpulkan tentang perbuatan kita di hadapan Allah SWT di masa lalu, kita dapat melihat itu berdasarkan ucapan  Rasul   tentang kwalitas perbuatan yang telah kita lakukan.  Indikasi itu menggambarkan betapa kita selalu menyesali perbuatan yang mengandung kemaksiatan di hadapan Allah.  Bayangan kemaksiatan atau aib itu  selalu menghantui setiap langkah yang kita lakukan di masa kini sebagai peringatan.  Inilah indikasi bahwa Allah telah mengangkat derajat kita di hadapan-Nya atas perbuatan yang telah kita lakukan di masa lalu.

اِذَا أَرَدَ اللهُ بِعَبْدِهِ خَيْراً فَقَّهَهُ فىِ الدِّيْنِ وَ زَهَّدَهُ فِى الدُّنْيَا وَ بَصَّرَهُ بِعُيُوبِ

Jika Allah SWT menghendaki kebaikan bagi seorang hamba-Nya, maka Dia akan memberi kepandaian dalam agama, menjandikan zuhud di dunia dan memperlihatkan aib (cacat) dirinya. (HR.Abu Na’im ) 1

Kepandaian dalam agama mengandung makna dapat mengambil hikmah dan melaksanakan segala perintah agama.  Zuhud artinya tidak berpandangan hidup materialistis. 


Masa kini

Masa kini adalah masa yang kita jalani sekarang.  Allah  SWT memberi peringatan di masa kini seperti ayat di bawah ini.

وَالْعَصْرِ(1)إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ(2)إِلَّا الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ(3)

Demi masa.  Sesungguhnya manusia benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan nasehat-menasehati supaya menaati kebenaran dan nasehat-menasehati supaya menetapi kesabaran. (QS Al ‘Ashr [103:1-3).

Itulah pegangan yang harus kita pegang dan kita hayati di masa kini.    Hamba yang memperhatikan perintah tersebut akan selalu berusaha  berhati-hati dalam segala ucapan tindakan, berpikir matang dan bertindak bijak.   Rasul menyebutkan bahwa   sbb;

خِيَارُكُمْ مَنْ ذَكَرَكُمْ بِاللهِ رُؤْيَتُهُ, وَزَادَّفِيْ عِلْمِكُمْ مَنْطِقُهُ , وَرَغَبَكُمْ فِيْ الآخِرَةِ عَمَلَهُ

Sebaik-baik orang di antara kamu adalah yang apabila melihatnya membuatmu teringat kepada Allah, perkataannya menambah ilmu agamamu, serta amal perbuatannya memberi semangat kepada kalian untuk beramal demi akhirat kalian.” (HR Al Hakim dari Ibn Umar dengan shahih). 2
      

Masa depan

Allah memberi peringatan tentang masa depan, sbb:

 يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ

“Wahai orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah SWT,  hendaknya setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (QS Al Hasyr [59]:18 )
Firman tersebut memberi isyarat bahwa dengan melihat  ke belakang atau masa lalu dan masa kini kita dapat menetapkan apa yang akan kita lakukaan di masa mendatang, adalah masa yang harus kita jalani hingga  terminal akhir perjalanan kita, yakni  kematian.  Oleh karena itu ketika seorang hamba sadar akan kepastian tersebut dia akan memepersiapkan bekal untuk menghadapi kematian yg telah pasti itu.  Kesadaran yang tinggi tentang kepepastian kematian ini hanya disandang oleh orang-orang yang cerdas.  Sebagaimana  rasul bersabda;
الكَيسُ مَنْ دَانَ نَفسَهُ وَعَمِلَ لمَا بَعْدَ المَوْت

“Orang yang cerdik adalah orang yang mengihitung-hitung (kekurangan ) dirinya dan beramal untuk bekal nanti sesudah mati ( HR Ahmad , Tarmizi, Ibn Majah dan Al Hakim) 3

Jadi pemusatan perhatian menyongsong masa depan adalah memepersiapkan bekal menghadapi kematian.  Bekal itu adalah kebaikan yang harus kita pertahankan kita tingkatkan kwalitas dan volumenya.  Sebaliknya kita tinggalkan amal yang bersifat mubadzir dan dzolim, artinya kita jauhi  berkawan dengan syaiton.

***
Seperti halnya seorang manajer perusahaan, setiap akhir tahun atau awal tahun dia selalu melakukan evaluasi, sebagai wujud kewajiban  dalam rangka  meningkatkan  kwalitas dan volume produk yang dihasilkan, sehingga keuntungan akan dapat diraih di masa mendatang.  Itulah kehidupan dalam ukuran dunia.   Bagaimana dengan kehidupan ukhrawi ?    Bila kita mau menyadari  sebenarnya sama, bahwa setiap individu adalah manager atau pengelola industri diri.  Produk yang dihasilkan seharusnya berupa  ketaqwaan yang semakin meningkat terwujud dalam bentuk akhlakul karimah, bukan sebaliknya.   Tuhan ber sabda;
orang yang mulia di antara kamu adalah orang yang paling bertaqwa. (Al Hujurat[49]:13)  
pengejawantahan firman tersebut akan terlihat dalam tidakan yang mulia sebagaimana sabda Rasul SAW  berikut;
خَيْرٌ النَاسِ احْسَنُهُمْ خُلُقا

Sebaik-baik manusia di antara kamu adalah yg terbaik akhlaknya.
 (HR Thabrani dari Abdullah bin umar).4

Allah memerintahkan agar hamba_Nya selalu melakukan kesEimbangan yang mapan antar kehidupan duniawi dan ukhrawi, sebagaimana firman berikut,

وَابْتَغِ فِيْمَا ءَاتَكَ اللهُ الدَّارَ الأَخِرَةَ وَلاَ تَنْسَ نَصِيْبَكَ امِنَ الدُّنْيَ

"Dan carilah pada apa yang telah di anugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat dan janganlah kamu melupakan kebahagiaanmu dari (kenikmatan) duniawi." (Al Qashash [28]:77)

Demikian khutbah singkat ini semoga bermanfaat pada diri saya dan jama’ah sekalian.   Amiin.

وصلّ الله على سيّدنامحمّدٍ وعلى آله و صحبه وسلّم

Wallahu  ‘alamu bishawabi.

PUSTAKA
Al Qur’an Karim
1 Imam Suyuti. _______. Al Jaami’ush Shogir. Juz I.    Maktab
              Dar  Ihya Alkitab  Arabiyah. Indonesia. Hal. 17.

2 Imam Suyuti. _______. Al Jaamingush Shogir.   Juz II.   Maktab
            Dar Ihya Alkitab Arabiyah.    Indonesia.   Hal. 8. 
    
 3  Imam Suyuti. _______. Al Jaamingush Shogir. Juz II
            Maktab  Dar Ihya Alkitab  Arabiyah. Indonesia.
            Hal. 98.

4  Imam Suyuti. _______. Al Jaamingush Shogir. Juz II
            Maktab  Dar Ihya Alkitab  Arabiyah. Indonesia.
            Hal. 9.
____________
*) Materi khutbah yg telah disampaikan penulis pada tgl 2 Jan 2015 di salah satu Masjid di Bandarlampung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar