(Menyambut Tahun Baru)*)
by
Budi Wibowo
بسم الله الرّحمان الرّحيم
Seperti halnya
seorang manajer perusahaan, setiap akhir tahun atau awal tahun dia selalu
melakukan evaluasi, sebagai wujud kewajiban
dalam rangka meningkatkan kwalitas
dan volume produk yang dihasilkan, sehingga keuntungan akan dapat diraih di
masa mendatang. Itulah kehidupan dalam
ukuran dunia.
Bagaimana dengan
kehidupan ukhrawi ? Bila kita mau
menyadari sebenarnya sama, bahwa setiap
individu adalah manager atau pengelola industri diri. Produk yang dihasilkan seharusnya berupa ketaqwaan yang semakin meningkat terwujud
dalam bentuk akhlakul karimah, bukan sebaliknya.
Bunga Sakura |
***
Kata
“kapan” merupakan kata tanya yang
dijawab dengan keterangan waktu, seperti sekarang besuk, minggu ini tanggal
sekian bulan atau tahun sekian.
Seandainya Allah SWT tidak menciptakan kata tersebut niscaya Allah tidak
akan menciptakan waku, seandainya Allah tidak menciptakan waktu niscaya Allah
tidak akan menciptakan matahari dan bulan,
seandainya Allah tidak menciptakan mata hari dan bulan bumi tidak tercipta, seandainya bumi tidak tercipat manusia tidak
akan diciptakan_Nya. Dapat kita simpulkan bahwa semua ciptaan dengan
segala macam fenomenanya itu diperuntukkan bagi manusia.
وَإِذْ
قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para ,malaikat ”Sesunjgguha
Aku hendak menciptakan seseorang sebagai khalifah di muka bumi ini’” (QS Albaqarah [2]:30)
Kata
kholifah mengandung pengertian pemimpin
atau wakil Allah;
يَادَاوُدُ إِنَّا جَعَلْنَاكَ
خَلِيفَةً فِي الْأَرْضِ فَاحْكُمْ بَيْنَ النَّاسِ بِالْحَقِّ وَلَا تَتَّبِعِ
الْهَوَى فَيُضِلَّكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ
“Hai Daud sesungguhnya Kami menjadikankamu khalifah (penguasa) di muka bumi , maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah".
Sebagai pemimpin atau wakil Allah manusia diberi hak untuk memanfaatkan bumi dan sesisinya sesuia dengan petunjuk dan perintah-Nya. Jadi penciptaan waktu itu sangat erat kaitannya dengan hal pemeliharaan alam semesta ini! Ternyata waktu diciptakan berkaitan dengan penciptaan matahari dan bulan, perhatikan firman berikut;
هُوَ
الَّذِي جَعَلَ الشَّمْسَ ضِيَاءً وَالْقَمَرَ نُورًا وَقَدَّرَهُ مَنَازِلَ لِتَعْلَمُوا
عَدَدَ السِّنِينَ وَالْحِسَابَ مَا خَلَقَ اللَّهُ ذَلِكَ إِلَّا بِالْحَقِّ يُفَصِّلُ
الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ
“Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan
bercahaya dan ditetapkanNya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan
bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perthitungan waktu. Allah tidak menciptakan yang demikian itu
melainkan dengan hak. Dia menjelaskan
(tanda2 kebesaranya ) kepada orang-orang yang mengatahui. (QS Yunus [10] :5)
Ada
apa dengan waktu ? Inilah pertanyaan yang harus dijawab atas fenomena yang
terjadi di dalamnya. Ada beberapa ayat
yang menggambakan pentingya penyertaan waktu,
yang paling kita kenal adalah sumpah Allah SWT dengan persaksian waktu
sbb
وَالْعَصْرِ(1)إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي
خُسْرٍ(2)إِلَّا الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ
وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ(3)
Demi masa.
Sesungguhnya manusia benar2 benar dalam kerugian, kecuali orang-orang
yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan nasehat-menasehati supaya menaati
kebenaran dan nasehat-menasehati supaya menetapi kebenaran. (QS Al ‘Ashr
[103:1-3)
Maka
dengan waktu keimanan seseorang dapat dinyatakan, dengan waktu amal sholeh
seseorang dapat diungkapkan dan dengan waktu ucapan seseorang dapat dibuktikan. Selanjutnya Allah SWT berfirman :
وَنَكْتُبُ
مَا قَدَّمُوا وَءَاثَارَهُمْ
Dan kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan
bekas-bekas yang mereka tinggalkan, {QS
Yasin [36]:12)
Jadi
setiap setiap individu adalah pengukir
sejarah dirinya sendiri.
Pada
posisi sekarang kita hanya mampu melihat catatan yang kita buat masa lalu dan
masa kini, tetapi masa datang adalah masa yang penuh ketidak pastian yang belum
dapat kita lihat.
Masa lalu
Masa
lalu adalah catatan sejarah yang telah kita ukir. Apa yang telah kita perbuat ? Sudahkah kita melakukan hal yang diperintahkan
dan menajuhi yang dilarang ? Meskipun
kita tidak mampu menyimpulkan tentang perbuatan kita di hadapan Allah SWT di
masa lalu, kita dapat melihat itu berdasarkan ucapan Rasul tentang kwalitas perbuatan yang telah kita
lakukan. Indikasi itu menggambarkan
betapa kita selalu menyesali perbuatan yang mengandung kemaksiatan di hadapan
Allah. Bayangan kemaksiatan atau aib itu
selalu menghantui setiap langkah yang
kita lakukan di masa kini sebagai peringatan.
Inilah indikasi bahwa Allah telah mengangkat derajat kita di hadapan-Nya
atas perbuatan yang telah kita lakukan di masa lalu.
اِذَا أَرَدَ اللهُ بِعَبْدِهِ خَيْراً فَقَّهَهُ فىِ الدِّيْنِ وَ
زَهَّدَهُ فِى الدُّنْيَا وَ بَصَّرَهُ بِعُيُوبِ
Jika Allah SWT menghendaki kebaikan bagi seorang hamba-Nya, maka
Dia akan memberi kepandaian dalam agama, menjandikan zuhud di dunia dan memperlihatkan
aib (cacat) dirinya. (HR.Abu Na’im ) 1
Kepandaian
dalam agama mengandung makna dapat mengambil hikmah dan melaksanakan segala
perintah agama. Zuhud artinya tidak
berpandangan hidup materialistis.
Masa kini
Masa
kini adalah masa yang kita jalani sekarang.
Allah SWT memberi peringatan di
masa kini seperti ayat di bawah ini.
وَالْعَصْرِ(1)إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي
خُسْرٍ(2)إِلَّا الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ
وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ(3)
Demi masa.
Sesungguhnya manusia benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang
yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan nasehat-menasehati supaya menaati
kebenaran dan nasehat-menasehati supaya menetapi kesabaran. (QS Al ‘Ashr
[103:1-3).
Itulah
pegangan yang harus kita pegang dan kita hayati di masa kini. Hamba
yang memperhatikan perintah tersebut akan selalu berusaha berhati-hati dalam segala ucapan tindakan, berpikir
matang dan bertindak bijak. Rasul
menyebutkan bahwa sbb;
خِيَارُكُمْ مَنْ ذَكَرَكُمْ
بِاللهِ رُؤْيَتُهُ, وَزَادَّفِيْ عِلْمِكُمْ مَنْطِقُهُ , وَرَغَبَكُمْ فِيْ
الآخِرَةِ عَمَلَهُ
“Sebaik-baik orang di antara kamu adalah yang apabila
melihatnya membuatmu teringat kepada Allah, perkataannya menambah ilmu agamamu,
serta amal perbuatannya memberi semangat kepada kalian untuk beramal demi
akhirat kalian.” (HR Al Hakim dari Ibn Umar dengan shahih). 2
Masa depan
Allah
memberi peringatan tentang masa depan, sbb:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ
وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ
“Wahai orang yang beriman, bertaqwalah
kepada Allah SWT, hendaknya setiap diri memperhatikan apa yang telah
diperbuatnya untuk hari esok (QS Al Hasyr
[59]:18 )
Firman
tersebut memberi isyarat bahwa dengan melihat ke belakang atau masa lalu dan masa kini kita
dapat menetapkan apa yang akan kita lakukaan di masa mendatang, adalah masa
yang harus kita jalani hingga terminal
akhir perjalanan kita, yakni kematian. Oleh karena itu ketika seorang hamba sadar
akan kepastian tersebut dia akan memepersiapkan bekal untuk menghadapi kematian
yg telah pasti itu. Kesadaran yang
tinggi tentang kepepastian kematian ini hanya disandang oleh orang-orang yang
cerdas. Sebagaimana rasul bersabda;
الكَيسُ
مَنْ دَانَ نَفسَهُ وَعَمِلَ لمَا بَعْدَ المَوْت
“Orang
yang cerdik adalah orang yang mengihitung-hitung (kekurangan ) dirinya dan
beramal untuk bekal nanti sesudah mati ( HR Ahmad , Tarmizi, Ibn Majah dan Al
Hakim) 3
Jadi pemusatan perhatian menyongsong
masa depan adalah memepersiapkan bekal menghadapi kematian. Bekal itu adalah kebaikan yang harus kita
pertahankan kita tingkatkan kwalitas dan volumenya. Sebaliknya kita tinggalkan amal yang bersifat
mubadzir dan dzolim, artinya kita jauhi berkawan
dengan syaiton.
***
Seperti halnya seorang manajer
perusahaan, setiap akhir tahun atau awal tahun dia selalu melakukan evaluasi,
sebagai wujud kewajiban dalam rangka meningkatkan
kwalitas dan volume produk yang dihasilkan, sehingga keuntungan akan dapat
diraih di masa mendatang. Itulah kehidupan
dalam ukuran dunia. Bagaimana dengan kehidupan ukhrawi ? Bila
kita mau menyadari sebenarnya sama,
bahwa setiap individu adalah manager atau pengelola industri diri. Produk yang dihasilkan seharusnya berupa ketaqwaan yang semakin meningkat terwujud
dalam bentuk akhlakul karimah, bukan sebaliknya. Tuhan ber sabda;
orang yang mulia di antara kamu adalah orang
yang paling bertaqwa. (Al
Hujurat[49]:13)
pengejawantahan firman tersebut akan
terlihat dalam tidakan yang mulia sebagaimana sabda Rasul SAW berikut;
خَيْرٌ النَاسِ احْسَنُهُمْ خُلُقا
Sebaik-baik manusia di antara kamu adalah yg terbaik akhlaknya. (HR Thabrani dari Abdullah bin umar).4
Allah memerintahkan agar hamba_Nya
selalu melakukan kesEimbangan yang mapan antar kehidupan duniawi dan ukhrawi,
sebagaimana firman berikut,
وَابْتَغِ فِيْمَا ءَاتَكَ
اللهُ الدَّارَ الأَخِرَةَ وَلاَ تَنْسَ نَصِيْبَكَ امِنَ الدُّنْيَ
"Dan carilah pada apa yang telah di anugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat dan janganlah kamu melupakan kebahagiaanmu dari (kenikmatan) duniawi." (Al Qashash [28]:77)
Demikian
khutbah singkat ini semoga bermanfaat pada diri saya dan jama’ah sekalian. Amiin.
وصلّ
الله على سيّدنامحمّدٍ وعلى آله و صحبه وسلّم
Wallahu ‘alamu
bishawabi.
PUSTAKA
Al Qur’an Karim
1 Imam
Suyuti. _______. Al Jaami’ush Shogir. Juz I. Maktab
Dar Ihya Alkitab Arabiyah. Indonesia. Hal. 17.
2 Imam Suyuti. _______. Al
Jaamingush Shogir. Juz II. Maktab
Dar Ihya Alkitab Arabiyah. Indonesia.
Hal. 8.
3
Imam Suyuti. _______. Al Jaamingush Shogir. Juz II
Maktab Dar Ihya Alkitab Arabiyah. Indonesia.
Hal. 98.
4 Imam Suyuti. _______. Al Jaamingush Shogir. Juz II
Maktab Dar Ihya Alkitab Arabiyah. Indonesia.
Hal. 9.
____________
*) Materi khutbah yg telah disampaikan
penulis pada tgl 2 Jan 2015 di salah satu Masjid di Bandarlampung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar