Jejak Maksiat Tidak akan
Pernah Terhapus
by
Budi Wibowo
بسم الله الرّمن
الرّحيم
Engkau adalah cermin. Kebeningannya bergantung pada percikan
jejakmu. Janganlah engkau lontari dengan
percikan kotor, barangkali engkau tak
sempat membersihkannya.
***
Bila kita mau menyadari, sebenarnya
di alam ini berlaku ketetapan-ketetapan , dalam bahasa Alqur’an kita sebut sunnatullah. Manusia menyebutnya dengan sebutan hukum alam. Di dalam hukum alam terkandung hukum-hukum moral, yakni mengatur
bagaimana manusia berperilaku di muka
bumi ini. Sumber dari hukum alam adalah Pencipta alam
semesta ( Allah SWt. ). Muara dari hukum alam adalah keadilan.
Allah SWt berfirman
;
وَإِذَا حَكَمْتُمْ
بَيْنَ النَّاسِ أَنْ تَحْكُمُوا بِالْعَدْلِ
“Dan
apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil”.
(QS An Nisaa’ [4]:58)
Dalam bahasa Al Qur’an kata ‘maksiat’ berarti durhaka,
maka perbuatan maksiat dapat kita kategorikan sebagai pelanggaran terhadap hukum moral. Lawan dari maksiat adalah
mulia. Dikatakan mulia karena amal
perbuatan yang dilakukan melontarkan percikan-percikan pahala, sebaliknya
perbuatan maksiat melontarkan percikan-percikan dosa. Dalam
Alqur’an disebutkan bahwa manusia yang paling mulia
di antara manusia adalah orang yang paling patuh terhadap penegakan hukum moral yang ditetapkan Allah SWt.
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ
عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ
“Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah
adalah yang paling bertaqwa di antara kamu.”(QS Al Hujurat [49]:13)
Kita juga mendengar istilah hukum positip yakni aturan hukum yang ditetapkan oleh penguasa. Pada dasarnya hukum positip merupakan elemen
dari hukum alam ,
sebab bertujuan bagaimana menegakkan hukum moral .
Jadi tujuan
manusia merumuskan aturan-aturan (hukum positip) adalah untuk memberikan kepastian berlangsungnya hukum moral. Tanpa adanya hukum positip tidak
mungkin sebuah negara terbentuk. Oleh karena itu bukanlah dinamakan produk hukum positip jika aturan hukum yang
ditetapkan mencederai keadilan, sebab akan timbul ketidak-tentraman atau
kegaduhan jika ketetapan tersebut dijalankan
.
***
Manusia adalah pengukir sejarah untuk dirinya, artinya manusia sebagai pengukir catatan moral dirinya sendiri. Demikian Allah SWt
menerangkan sebagaimana termaktub dalam surat Yasin ayat 12:
إنَّا نَحْنُ نُحْيِي الْمَوْتَى وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوا وَءَاثَارَهُمْ
Dan kamilah yang mencatat apa yang telah mereka
kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. (QS Yain [36}:12)
Catatan tersebut sebagai dokumen (bukti)
perjalanan manusia selama di dunia. Oleh karena itu tidak mungkin catatan tersebut akan terhapuskan. Argumen ini disampaikan
Allah SWt dalam ayat berikut:
إِنَّهُ عَلَى
رَجْعِهِ لَقَادِرٌ(8)يَوْمَ تُبْلَى السَّرَائِرُ(9)
"Sungguh, Allah benar-benar
kuasa untuk mengembalikannya (hidup setelah mati). Pada hari itu ditampakkan segala rahasia". (QS.
Ath-Thariq [86]:8-9).
Segala rahasia akan ditampakkan . Rahasia itu meliputi apa yang terjadi antara
hati hamba dengan Tuhannya dan antara sesama hamba. Selanjutnya Rasul SAW menerangkan bahwa Allah
tidak melihat jabatan ,harta dan penampilan seseorang, tetapi Ia hanya akan melihat apa yang
terucap (terniat) dalam hati hamba dan perbuatan yang dilakukannya.
إنّ الله تعالى لا ينْظر إلي
صواركم و أموالكم
و لكنْ إنما ينظر إلي
قلوبكم و أعمالكم
“Sesungguhnya Allah tidak melihat
bentuk tubuhmu dan pula harta-hartamu, tetapi Allah melihat pada hatimu dan
amal perbuatanmu.” (HR. Muslim dan Ibn Majah).
Amal-amal perbuatan manusia sebenarnya merupakan
penjelamaan dari ungkapan hati. Ungkapan tersebut baru dicatat sebagai pahala
atau dosa ketika seorang hamba telah
mengeksekusi dalam bentuk perbuatan lahiriah. Allah SWt memberikan bonus satu
kebaikan bila hamba
mengurungkan niat buruknya (perbuatan maksiat).
Kini menjadi jelas bahwa jika seorang hamba telah
melakukan perbuatan maksiat , perbuatan tersebut akan memercikkan dosa. Tumpukan percikan itu akan semakin banyak jika
si hamba tidak mengakui perbuatannya, sebab argumen baru yang dilakukan selain
menambah percikan kotor juga menambah tumpukan jejak-jejak maksiat yang ada
sebelumnya. Jadi jejak-jejak maksiat
seorang hamba tidak akan pernah terhapuskan.
وصلّ
الله على سيّدنامحمّدٍ وعلى آله و صحبه وسلّم
Wallahu ‘alamu bishawab
Semoga tulisan singkat ini bermanfaat
pada diri saya dan pembaca
sekalian. Amiin.
بَارَكَ اللهُ لِئ
وَلَكُمْ فِيْ الْقُرْ اَنِ الْعَظِمَ
وَنَفَعَنِئ وَ أِيَكُم بِا لاَيَاتِ وَالْذِّكْرِ الْحَكِيْمَ وَ قُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَ اَنْتَ خَيْرٌ الَّراحِمِيْنَ
Bdl, 11 Mar '18
23 JumadilAkhir 1439 H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar